Permaisuri Bai Mengyan adalah anak dari Jenderal Besar Bai An
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Una~ya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 28
"Jin Ran, ke istana dingin!" Perintah Raja.
Jin Ran tersentak, tidak menyangka akan ada masa di mana Raja menginjakkan kaki ke istana dingin. "Baik Yang Mulia!" Sahut dia cepat. Begitu kaku perasaannya hingga tidak pernah mengunjungi istrinya ketika masih di istana Róngyù. Meski kecurigaan Menteri Shen beralasan tapi dia bisa meminta orang kepercayaannya untuk mengecek kebenaran. Dalam hati bertanya, Jin Ran tetap melaksanakan perintah. Dia memilih diam menemani sang Raja menuju istana dingin.
Jin Ran memilih jalan yang jarang di lewati pelayan. Ketika keduanya sampai di depan gerbang istana dingin, mereka mendengar suara pelayan Permaisuri──Raja berhenti.
"Apa yang Mulia Permaisuri meminta sesuatu?" Tanya dayang Lan.
"Tidak ada Dayang Lan."
"Lalu mengapa kau di luar?"
"Permaisuri muntah lagi, dia meminta saya keluar."
Dayang menghela nafas berat. "Istana tidak mengizinkan tabib memeriksa Permaisuri. Tabib yang di bawah Lord Xuhuan juga di tolak oleh Permaisuri. Sudahlah, bagaimana obat yang kau rebus sejak pagi?"
Ahyun menggelengkan kepala. "Tidak berhasil, bagaimana ini Dayang Lan!"
Dari dalam kamar terdengar suara benda jatuh yang membuat kedua pelayan itu berlari menemui Permaisuri. Raja dan Pengawal pribadinya masuk ke dalam istana dingin dan berdiri di depan pintu kamar Permaisuri. Tangan yang tadi terangkat memegang pintu terhenti, mendadak ragu. Raja berbalik dan meminta Jin Ran menepi, dia tidak mengizinkan pengawal pribadinya menemani masuk ke dalam kamar atau sekedar melihat keadaan Permaisuri.
Jin Ran mengangguk, menyingkir dengan cepat dan mencari posisi aman dan tepat, jika Raja dalam bahaya dia bisa segera kembali. Tempat yang tidak terlalu jauh, juga tidak terlalu dekat. Dimana dia tidak bisa mendengar pembicaraan antara Raja dan Permaisuri tetapi masih bisa memantau dengan jelas.
Saat Jin Ran pergi, Raja masih ragu untuk masuk. Hal berikutnya yang dia dengar adalah teriakan Ahyun membuatnya tanpa sadar menarik pintu dan melangkah masuk ke dalam kamar. Kedua pelayan yang berada di dalam terkejut.
"Yang Mulia Raja!!!" Kedua pelayan tadi terduduk di lantai sembari menunduk. Kaku dan takut.
Raja melangkah mendekat kasur Permaisuri. Di sana dia dapat melihat wanita itu sudah bersandar dengan darah yang membasahi bajunya. Matanya menatap mata Raja dengan nafas terengah-engah. Tangan putihnya memegang dada dan terlihat kesakitan.
"Kalian Keluar!!" Perintah Raja.
Tapi dayang Lan memohon. "Yang Mulia, Permai──"
"Keluar!!" Katanya lagi.
Kedua pelayan itu tahu mereka tidak bisa membantah Raja. Meski berat, mereka keluar dari kamar.
Tinggallah mereka berdua. Raja memperhatikan keadaan kamar yang jelas tidak terawat. Barang-barang yang berada di atas meja samping kasur berantakan di lantai. Mungkin, suara barang jatuh yang dia dengar tadi adalah benda-benda itu. Dingin sama seperti namanya.
Raja mendekat lalu dia duduk di ujung kasur. Hal tersebut, membuat Permaisuri terkejut.
"Permaisuri, apa kau yang memanggil pasukan khusus ke perbatasan?"
Permaisuri menutup matanya menahan sakit. Di hadapan Raja, dia adalah wanita yang lemah. Dia harus berpura-pura menjadi wanita paling lemah. Perlahan-lahan, mencoba berbicara. "Pasukan Khusus? Apa maksudnya?"
Raja memperhatikan ekspresi wanita di depannya. Dia tampak terkejut mendengar berita yang Raja bawa. "Apa kau yang memanggil pasukan khusus ke perbatasan?"
Permaisuri memegang tangan Raja bermaksud mencari tumpuan saat dia bangun. "Apa yang terjadi di perbatasan hingga pasukan khusus harus terlibat? Apa yang anda bicarakan Yang Mulia?" Ucapnya gemetar.
Tapi Raja kehilangan fokus saat tangan Permaisuri menyentuh tangannya. Dia melihat tangan dingin, pucat dan kurus yang menggenggam lengannya, lalu beralih menatap mata Permaisuri. "Kau tahu dimana Plakat Emas Jenderal? Aku dengar, pasukan khusus tidak bisa dipanggil oleh sembarangan orang. Sementara keturunan Bai An yang tersisa hanya dirimu"
"Keturunan Jenderal Besar? Tidak Yang Mulia, anda salah! Keturunan keluarga Bai bisa memerintah pasukan khusus dengan syarat dia harus memiliki Plakat Emas. Siapapun itu!" Permaisuri berbicara dengan pelan seolah-olah menahan sakit.
Raja terdiam pada posisinya. Dalam hati dia bertanya. Jika benar, maka kemungkinan Bai Jing Wen yang memanggil pasukan khusus rahasia, tapi mengapa? Bukankah dia pergi membawa pasukan perbatasan kabut merah karena kecewa terhadap keputusannya.
Kembali memperhatikan wajah Permaisuri. Ada perasaan aneh memasuki hatinya. Dia tidak pernah sedekat ini pada siapapun. Benar, bahwa dia memiliki selir, sama seperti Permaisuri──mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendekati Raja.
"Kau──kau merasa ini tidak adil?" Perkataan itu keluar tanpa di duga, bahkan Raja pun terheran setelah kalimat itu keluar dari mulutnya.
Permaisuri menatap jendela yang terbuka, bunga yang baru di tanam mekar terlihat cantik. "Dulu, orang-orang bilang bahwa istana dingin sangat menyeramkan tapi saat aku masuk ke tempat ini, rasanya biasa saja──tidak menyeramkan. Keputusan Yang Mulia Raja, aku tidak berani mengatakan tidak adil."
Setelah mendengar jawaban Permaisuri, perasaan Raja semakin kacau. Dia mengangguk mengerti lalu pergi dari istana dingin. Kepergian Raja menyulut rasa penasaran Permaisuri. Ekspresi pria itu terlihat tidak karuan, Permaisuri menerka sesuatu yang ganjal dalam hatinya.
Selimut di sibak, mengambil sapu tangan dan membersihkan sisa darah palsu yang tadi di muntahkan. Permaisuri tersenyum, rencananya berhasil. Sengaja membuat Raja mengira bahwa Jenderal perbatasan Bai Jing Wen memanggil pasukan khusus rahasia agar pria itu tidak cap sebagai pemberontakan seperti ayahnya.
Melindungi keluarga yang tersisa adalah kewajiban dia sebagai putri Jenderal. Satu persatu dari mereka yang ikut dalam penyerangan keluarganya akan di balas perlahan-lahan.
"Yang Mulia permaisuri"
Kedua pelayan masuk ke dalam kamar, mereka tersenyum lega. Beruntung, Permaisuri segera tiba. Beberapa detik terlambat, mereka semua akan di hukum.
Ah Yun mendekat. "Bagaimana Permaisuri bisa masuk ke istana?"
"Menyamar sebagai pelayan. Berkat keahlian Lord Xuhuan dan bantuan Janda Selir Kerajaan Liu." Kata Permaisuri.
Tidak terduga, kehidupan di istana dingin lebih mendebarkan dari pada kehidupan di istana Permaisuri. Dia bisa menyaksikan bunga-bunga mekar di pegunungan, bisa berinteraksi dengan banyak orang selain kedua pelayannya dan para pelayan istana Permaisuri dan yang paling dia tidak duga──Raja berbicara dengannya dalam rentan waktu cukup lama.
Dan untuk pertama kali dalam hidupnya dia menyentuh seorang pria dan itu Raja. Permaisuri beranggapan bahwa keluarganya pasti merasa bahagia. Masa dimana mereka berada di ruangan yang sama. Orang-orang berpikir Permaisuri akan merasakan kesepian seumur hidupnya. Apalagi, setelah masuk ke istana dingin. Namun, prasangka memanglah prasangka. Buktinya, dia bisa bertemu dengan Raja──tempat paling tidak memungkinkan.
Sebelum meninggalkan istana dingin, dia sudah memprediksi ada kemungkinan Raja mengirim seseorang ke tempatnya, tapi dia terkejut bahwa Raja masuk ke kamarnya dan berbicara. Dia cukup beruntung bisa kembali dengan cepat.
"Ah Yun, besok seseorang dari kediaman Lord Xuhuan akan mengirim surat lewat tembok belakang. Berhati-hatilah!" Pesan Permaisuri.
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ