"Ibumu pembunuh!"teriak Amanda.Dadanya bergemuruh.Emosinya berkobar-kobar melihat sang putri kecilnya kini meregang nyawa karena ulah mertuanya.
"Kamu mengatakan ibuku seorang pembunuh?Dia itu mertuamu!Yang berarti ibumu juga Amanda!"teriak Richard tak mau kalah.Ia tak mau ibunya dituduh sebagai pelenyap nyawa putrinya.
Amanda,seorang istri yang harus mencari nafkah karena suaminya , Richard tak mau bekerja setelah dipecat dari tempatnya bekerja.Ia harus mengasuh putrinya yang masih berusia dua bulan,namun tanpa sepengetahuan Amanda,ibu mertuanya memberikan makanan yang belum boleh dikonsumsi oleh bayi , hingga sang anak meninggal dunia.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?Ikuti terus yuk kisah mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra Deanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 28
Ibu dan Mbak Arin akhirnya pergi,sedangkan aku diarahkan untuk membuat laporan dari rekaman cctv.Memang ada yang membawa mobil sewaan itu.Tak lupa aku mengabari tempat aku menyewa kalau mobil dicuri.
Aku harus bolak-balik mengurus kehilangan mobil ini.Melapor ke kantor polisi terdekat,lalu mengurus beberapa surat lainnya.Belum lagi pihak pemilik mobil tetap menyalahkanku dengan alasan lalai.
Namanya juga orang yang sedang berduka,jelas akan banyak yang kelupaan.Aku masih manusia.
Wajar panik lalu meninggalkan kunci mobil seperti itu.Karena aku tidak mau menimbulkan masalah yang lebih besar lagi,aku menurut saja apa yang diperintahkan oleh pemilik mobil dan baru selesai sekitar jam sembilan malam.Aku langsung pulang ke rumah.
"Bagaimana mobilnya?Kita tidak disuruh mengganti rugi kan?"Ibu langsung menodongku dengan banyak pertanyaan,salah satunya ya ini.Aku memijat pelipisku."Ya doakan saja mobil itu cepat ketemu"jawabku.
"Huh , ini semua salah kamu.Kalau harus ganti rugi,kamu cari uangnya."tukas ibu.Aku tak menjawab agar tidak membuat emosiku semakin naik.
Hari ini aku benar-benar mendapatkan ujian yang sangat luar biasa.Karena mengurus ini semua lama,aku sampai lupa dengan pemakaman Lisa.Mbak Arin mengabarkan jika Lisa sudah dimakamkan dan para tetangga datang untuk melayat.
Rumah kosanku yang biasanya sepi dan sunyi, kini dipenuhi oleh kerumunan orang yang datang untuk mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Lisa.
Suasana di dalam rumah menjadi tegang dan tidak nyaman, dengan suara-suara bisikan dan tangisan yang terdengar di antara kerumunan orang.
Aku sendiri terlihat tidak nyaman dengan situasi ini dan berdiri di sudut ruangan dengan mata yang terus-menerus memandang ke lantai. Aku tidak bisa menahan perasaan bersalah dan sedih yang menghantui hatiku.
Sementara itu, Ibu terlihat memasang topengnya seakan-akan sangat sedih kehilangan Lisa agar mendapat simpati banyak pelayat.
Setelah beberapa jam, kerumunan orang mulai berkurang dan satu per satu dari mereka berpamitan. Suara-suara ucapan terima kasih dan belasungkawa masih terdengar.
Aku berdiri di depan pintu, mengucapkan terima kasih kepada tamu-tamunya yang berpamitan. Dengan Mbak Arin yang berdiri di sebelahku.
Sekarang Ibu sedang menghitung uang hasil pemberian para pelayat.Ibu benar-benar hanya memikirkan uang saja.
"Lebih baik kamu mandi dulu."ucap Mbak Arin sambil memberikan handuk kepadaku.
Aku masuk ke kamar mandi.Keadaan kos sangat sepi.Setelah mandi dan berganti pakaian,aku duduk lagi di depan kosan."Ada makanan Mbak?"tanyaku pada mbak arin.
"Ibu tidak mau memberikan uang untuk beli makanan."jawaban Mbak Arin lagi-lagi membuatku menarik nafas dalam-dalam.
"Bu?Kenapa Ibu menahan semua uangnya?"tanyaku
."Loh,kalian berdua kalau mau makan yang cari uang.Uang yang ada padaku ini semua adalah milikku."jawabnya sambil berbaring.
"Bu,sekali saja Richard mohon.Jangan membuat keadaan semakin keruh.Memangnya ibu mau apa dengan uang itu?"tanyaku mencoba mengontrol ucapanku.Ibu tak menjawab malah menutup wajahnya dengan bantal.
Aku tidak habis fikir dengan kelakuan Ibu."Mbak , tunggu di sini dulu.Aku mau cari makanan."ujarku sambil berjalan keluar kosan menuju warteg terdekat.Untung saja masih ada yang buka hingga aku bisa membeli makanan untukku dan Mbak Arin.
Terlihat Mbak Arin terus berjalan mondar-mandir di depan kosan.Setelah aku sampai,kami pun masuk ke dalam untuk makan bersama.
"Kalian nggak membelikan makanan untuk ibu juga?"tanya Ibu yang bangun dari baringnya ketika kami mulai makan.
"Bukannya Ibu punya uang?Beli saja makan untuk Ibu sendiri."jawabku.Sejujurnya aku sangat kecewa dengan sikap Ibu.Yah siapa tahu dengan begini Ibu mau berubah.
Bersambung..