Lareyna adalah istri yang semena-mena pada suaminya karena selama ini dia mengira suaminya menikahinya hanya karena bisnis.
Sebuah kesalahpahaman terjadi antara mereka hingga hubungan mereka semakin jauh padahal sudah berlangsung selama tiga tahun.
Hingga sebuah insiden terjadi, Ayden menyelamatkannya dan menukar nyawanya demi keselamatan Lareyna. Di ujung kebersamaan mereka Lareyna baru tahu kalau Ayden selama ini mencintainya.
Dia menyesal karena sudah mengabaikan Ayden, andai ada kesempatan kedua dia ingin memperbaiki semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vicka Villya Ramadhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tugas Istri Menyenangkan Suami
Suasana ruang makan itu terasa begitu canggung, Lareyna masih merasa begitu malu karena bersikap manja pada Ayden di hadapan ayahnya.
Tetapi, dalam hati dia tidak menyalahkan dirinya melainkan menyalahkan ayahnya yang tiba-tiba sudah ada di ruang makan, sepagi ini.
Dia tidak tahu kapan ayahnya datang dan urusan apa yang membuat Jonathan Thompson ini datang begitu pagi ke rumah mereka.
"Apa dia selalu begitu? Setiap pagi?"
Pertanyaan Jonathan itu semakin membuat Lareyna ingin menenggelamkan dirinya ke dasar samudera. Bukan karena dia malu bermanja pada suaminya melainkan dia malu dengan sikapnya kepada Ayden selama ini.
"Aku senang melakukannya, Ayah. Aku merasa dia membutuhkanku. Aku senang dia nggak bersikap mandiri, itu artinya aku berguna untuknya," ucap Ayden.
Oh Ayden ... mengapa kamu selalu saja membuat Lareyna meleleh? Pipinya bahkan saat ini sudah terasa begitu keram karena terus tersenyum semenjak dia bangun tidur.
Jonathan melirik Lareyna, dari tatapannya Lareyna bisa mengartikan jika ayahnya itu mengatakan, "Lihatlah pilihan Ayah, dia luar biasa, bukan?"
Bergegas Lareyna memalingkan wajahnya, dia begitu salah tingkah ditatap oleh ayahnya seperti itu. Dia tahu dia pernah salah, sumber kesalahannya adalah dia yang lebih memilih menggunakan telinganya untuk mendengarkan setiap perkataan Morgan dibandingkan menggunakan otaknya untuk mencari tahu seperti apa kepribadian Ayden Graham itu sendiri.
"Kamu jangan terlalu memanjakannya, ingatkan dia tugas seorang istri, Ayden," ucap Jonathan lagi. Dia khawatir jika Lareyna tidak bisa melayani Ayden dengan baik karena terbiasa dilayani.
Kembali Ayden tersenyum. "Tugas istriku hanya satu, Ayah, dia harus bisa menyenangkan aku. Dan aku senang jika dia bermanja padaku, tak apa jika dia tidak tahu memasak, aku bekerja keras untuk menghasilkan uang agar aku bisa membeli makanan ataupun membayar Bibi Layla untuk memasak. Tugasnya akan terpenuhi jika dia selalu dalam keadaan bahagia, karena jika dia bahagia itu artinya dia bisa membuatku senang."
Jonathan tergelak, dia tahu Ayden berkata apa yang ada di pikiran dan apa yang dia rasakan, tetapi dia tidak menyangka saja putrinya yang sangat manja ini akan mendapatkan lelaki seperti yang dia harapkan.
Di tangan Ayden, Lareyna pasti akan baik-baik saja. Sejak awal dia menemukan Ayden dan melihat sorot matanya itu, Jonathan tahu dia adalah sosok yang berhati lembut tetapi memiliki ketegasan. Dia sebenarnya tidak berniat menjodohkan Ayden dan Lareyna, dia berharap Ayden bisa menjadi kakak untuk Lareyna, itu sudah cukup, tetapi ternyata dia sungguh diberkati karena Ayden memiliki perasaan lebih terhadap Lareyna.
"Putriku sungguh beruntung mendapatkan suami sepertimu. Tolong jangan sakiti hatinya, Ayden. Ayah percayakan dia padamu," ucap Jonathan sembari tersenyum lembut.
Ayden menganggukalu dia menggenggam tangan Lareyna. "Apa yang sudah aku miliki artinya sudah menjadi bagian dari diriku. Menyakitinya sama saja aku menyakiti diriku sendiri."
"Ayden, tolong berhentilah, aku sudah terbang terlalu tinggi. Apakah kamu nggak akan menghempaskan aku?"
Jonathan tertawa sedangkan Ayden dengan penuh ketegasan dia menggeleng. "Aku nggak akan melakukan itu."
"Sudah-sudah, ayo sarapan. Ayden dan Ayah akan ke perusahaan," ucap Jonathan kemudian dia kembali menikmati kentang tumbuk favoritnya.
Lareyna dan Ayden saling menatap. Gadis itu tampak malu-malu saat Ayden mulai menatapnya lalu menepuk pahanya yang biasa menjadi tempat Lareyna duduk. Dia menggeleng, tidak mungkin melakukan itu saat ada ayahnya. Ayden tertawa, dia hanya sedang menggoda istri kecilnya ini saja.
—00—
Mata hazel itu terus melirik ke arah jam tangannya. Dia sudah bosan mengikuti mata kuliah yang memang tidak dia sukai tetapi harus dia lalui. Dulu, dia sangat menyukai mata kuliah ini karena dosennya sangat tampan dan tergolong muda, seusia Ayden. Tetapi itu di masa lalu, saat ini yang paling tampan dan selalu ingin Lareyna lihat adalah Ayden Graham. Suaminya!
Dosen itu juga sering kali mencuri pandang pada Lareyna, ada rumor yang mengatakan dia menyukai Lareyna hanya saja Lareyna menjalin hubungan dengan Morgan Frederick.
"Hari ini sampai di sini saja pertemuan kita. Untuk tugas tadi, kumpulan pada Lareyna dan dia yang akan membawanya ke ruangan saya. Saya menunggu dua jam dari sekarang."
Lareyna mendengus pelan, dia ingat dulu juga seperti ini tetapi dia tidak keberatan karena dia selalu mendapatkan pujian dari dosennya ini. Dia juga tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan nilai bagus, asalkan dia datang mengantarkan tugas teman-temannya, dia pasti akan dijaminkan nilai terbaik.
"Retha, kamu saja yang mengantar tugasnya. Aku malas," ucap Lareyna di sela-sela mengerjakan tugas tersebut.
"Bukankah akhir-akhir ini kamu suka dengan dosen itu? Walau aku akui Ayden Graham itu memang lebih tampan, tetapi kamu 'kan nggak pernah mau melewatkan untuk melihat pria tampan. Aku akan menemanimu."
Tangan Lareyna menoyor kepala Margaretha yang saat ini justru tertawa. "Kamu sedang menceritakan dirimu sendiri?"
Tawa Margaretha semakin pecah. Tetapi beberapa detik kemudian dia menghentikan tawa itu. "Dengar-dengar Morgan akan mengadakan acara ulang tahunnya. Kamu mendapatkan undangan?"
Tangan Lareyna yang sedang mencatat itu terhenti. Dia baru ingat jika tiga hari lagi Morgan akan berulang tahun. Dia kembali teringat, saat itu dia menemani Morgan sampai pagi hingga Ayden mencarinya. Dia terbangun di salah satu kamar hotel dalam keadaan mabuk berat. Keadaannya lemas dan dia menemukan di kamar itu tidak hanya ada dia sendiri melainkan ada Ayden yang sedang sibuk di depan laptopnya.
Lareyna tidak tahu mengapa dia sampai mabuk dan tidak tahu kapan Ayden berada di kamarnya. Yang dia ingat, pagi itu Morgan juga datang dan mengatakan Ayden hampir melecehkannya. Untung saja hal itu tidak terjadi karena keluarga Frederick tidak mengancam Ayden. Sejak hari itu kebenciannya pada Ayden sudah tidak bisa ditakar lagi.
'Aku penasaran. Apakah alurnya akan sama di pesta kali ini? Dan Ayden, bagaimana bisa dia berada di dalam kamar itu?"
dia untuknya bukan untukmu
sadarlah kamu
jangan kau ganggu
biarkan dia bersamanya..🎶
ohhh sungguh kasihannya dirimu Morgan
la la la la
🥰
KELAUT AJA.........!!!!!!!!!!!!!
Wkwkwkwk.....
dasar Cassandra...bawel.....
suasana semakin hidup....😂