Jendral yang membawa kemenangan dalam perang, satu-satunya sword master kekaisaran itulah Duke Killian Fredrick.
Namun, satu hal yang membuat dirinya gemetar. Hal yang tidak terjadi bahkan dalam perang berdarah sekalipun.
"Killian, sudah saatnya mengakhiri segalanya." Itulah yang diucapkan Duchess Grisela Fredrick.
Tangan Killian mengepal, pernikahan yang terjadi di usia 9 tahun saat dirinya sakit-sakitan dan tidak memiliki kekuasaan di keluarganya. Dan sekarang setelah keadaan baik-baik saja, perceraian?
"Apa kamu fikir dapat keluar dari kekaisaran dengan mudah? Bukankah kamu berjanji untuk menemaniku selama-lamanya." Tanya Killian.
Hal yang membuat Grisela menarik tangannya. Wanita yang benar-benar mengetahui dirinya tidak akan hidup dalam waktu lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Villain 1
Entah kenapa Grisela gugup, tidak mengerti mengapa begini.
"Aku akan segera kembali kali ini. Karena itu tunggulah aku."
"I...iya! Sudah kamu harus kembali ke kamarmu!" Ucap Grisela gugup.
Killian bangkit kemudian tersenyum. Melangkah meninggalkan kamar Grisela. Namun, kala melangkah menelusuri lorong dirinya menatap ke arah jendela berkabut. Mengingat lembar demi lembar halaman.
Dirinya tidak mengetahui dengan baik apa itu cinta. Tapi karena penulis buku catatan tersebut dirinya mengetahui perasaan macam apa ini.
Terdiam sejenak air matanya mengalir, dari rasa sakit."Tidak apa-apa, tidak apa-apa..." gumamnya tersenyum.
Namun apa yang sebenarnya yang tertulis dalam buku catatan tersebut. Selain cara untuk mempercepat peningkatan kemampuannya?
Isinya hanya sebuah perpisahan.
***
Time line pertama_
Seorang putri Count Nicolas yang terbilang tidak begitu cantik. Begitu pemalu berkenalan dengannya. Seorang anak yang sedikit takut.
"Namaku Grisela, ayah mengatakan kita akan menikah. Jadi---" Kalimat anak perempuan pemalu itu terhenti.
"Ayah! Usir dia!" Teriak sang penulis buku catatan. Lebih tepatnya Killian Frederick.
"Killian, Grisela memang tidak terlalu banyak mempelajari etika. Tapi dia anak yang baik. Kamu akan cepat akrab dengannya." William tersenyum pada putranya.
Tidak ada jawaban, dirinya hanya ingin mati seorang diri. Dengan begitu ayahnya akan bersedia memiliki anak dari Duchess. Tidak merasakan rasa sakit lagi akibat ledakan mana. Lagipula umurnya tidak akan panjang bukan. Untuk apa memiliki seseorang yang dekat dengannya.
Tapi kala pernikahan itu tiba, rasa sakit akibat ledakan mana kembali terasa. Setiap detik anak perempuan itu selalu datang ke kamarnya menangis sesenggukan.
"Killian, apa sakit? A...aku berharap dapat memindahkan sedikit rasa sakitmu. A...aku pandai menahan rasa sakit!" Ucap anak itu menangis kencang.
Hal yang bagaikan cahaya penghiburan bagi Killian. Dirinya tersenyum, walaupun air matanya tetap mengalir. Bahkan Duchess, maupun Duke tidak pernah begitu peduli padanya. Tapi anak ini menangis? Ingin menggantikan rasa sakitnya?
"Rasa sakit tidak dapat dibagi." Jawaban dari Killian.
"Benar rasa sakit tidak dapat dibagi. Tapi aku akan menemani Killian. Kita sudah menikah, seperti ibu dan ayah yang saling menjaga." Ucap Grisela kecil memegang jemari tangannya erat.
Setiap detik tidak dapat mengendalikan kemampuannya. Tidak ada peningkatan sama sekali. Grisela selalu datang, membimbingnya berjalan. Jika rasa sakit itu kambuh rasanya bagaikan ingin mati. Terkadang bagaikan terbakar, terkadang pula rasa dingin menusuk ke tulang.
Hingga pada usianya yang ke 12 tahun. Rasa sakit semakin menjadi-jadi bahkan saat melangkah bersama di taman. Kala itu Killian berlutut di atas salju menahan rasa sakitnya, sedangkan Grisela memeluknya erat.
"Killian, aku akan memanggil pelayan." Ucap Grisela ketakutan.
"Ini tidak sakit, tidak sakit sama sekali. Bahkan jika sakit, hanya sebentar. Karena kematian adalah pembebasan bagiku. Jika mati tidak akan terasa sakit lagi kan?" Gumamnya menatap elang es yang hinggap di dahan pohon dapat terbang kemana saja. Dirinya iri... benar-benar iri... burung yang dapat terbang dengan bebas...
"Tidak, bagaimana Killian dapat meninggalkanku sendiri. Killian tidak kasihan padaku. Jika kamu tidak ada---" Grisela menangis sesenggukan.
Killian hanya dapat menenangkan anak itu dengan menepuk punggungnya.
Tapi ada perasaan nyaman yang aneh, bagaikan lebih tenang. Apa dirinya dapat mengendalikan mana? Namun, tubuhnya terjatuh di atas dinginnya salju, perlahan tidak sadarkan diri.
Samar terdengar teriakkan Grisela yang memanggil para pelayan.
***
Waktu dapat berlalu dengan cepat, sudah tiga hari berlalu. Bagaikan keajaiban, dirinya mendapatkan ketenangan untuk mengendalikan mana.
Dalam kereta kuda yang melaju menuju kuil, hanya untuk bersyukur bagaimana dirinya dapat sembuh, mereka berangkat atas perintah Duchess. Beberapa kupu-kupu cahaya kecil diciptakan oleh Killian dalam perjalanan.
"Keren! Aku menyukainya, Killian benar-benar hebat." Ucap Grisela kagum, hingga laju kereta membuat tangan mereka bersinggungan.
Terdiam dalam kecanggungan. Grisela-nya, seperti peri musim dingin. Tidak peduli bagaimana definisi cantik bagi orang lain. Tapi hanya ada Grisela sudah cukup membuat dirinya bahagia.
"Apa ada mawar yang tidak akan layu." Pinta Grisela memohon.
Menggunakan sihirnya, Killian mewujudkannya. Memberikan setangkai mawar pada Grisela.
Tiba-tiba saja, kereta terhenti. Guncangan hebat terasa, ada longsoran batu yang menuju ke arah mereka.
Killian menggunakan sihirnya untuk teleportasi. Tapi cukup terkejut, sihir yang hanya mencapai tebing curam, tidak mencapai tempat yang aman.
Grisela memeluk berusaha melindunginya. Gadis ini melindunginya, memeluk dirinya begitu erat tidak peduli pada apapun.
Kala mata Killian terbuka, keadaan Grisela luka parah. Jemari tangannya gemetar, berusaha menaikkan Grisela ke punggungnya.
"Killian tinggalkan aku. Aku berat, kakimu sakit bukan..." Pinta Grisela lirih.
"Tidak sakit! Kemana-mana kita akan bersama. Selamanya kita bersama." Ucap Killian masih menggendong Grisela di punggungnya.
Meskipun kaki Killian sendiri sedikit pincang. Luka di kepala, punggung, Grisela hampir tidak sadarkan diri kehabisan darah. Ini kesalahannya, benar-benar kesalahannya.
Hanya berharap satu-satunya keajaiban dalam hidupnya tetap bernapas. Peri musim dinginnya...
Pada akhirnya langkah Killian terhenti menyadari ada asap. Itu artinya ada orang di dekat tempat ini.
Sebuah rumah tua sederhana. Disanalah dirinya bertemu dengan Annete, sang saintess. Orang yang mengobati Grisela hingga sembuh sepenuhnya. Saintess merupakan sosok yang baik, itulah yang tersimpan dalam benak Killian penuh rasa syukur.
Butuh semalaman untuk Grisela sadarkan diri. Selama itu juga, dirinya yang menjaganya. Tidak meninggalkannya sama sekali. Kadal Killian ingin melihat senyumannya, menatap bagaimana manisnya Grisela ketika sadar nanti.
Kala pagi menyapa, Grisela membuka matanya. Bukankah itu seperti keajaiban bagi Killian?
"Apa kamu bangsawan?" Tanya Sarah (adik Annete) pada mereka.
"Benar, ini biaya pengobatan dan sewanya. Maaf hanya ini." Grisela tersenyum, memberikan hampir semua perhiasan yang mereka pakai.
"Ini terlalu berlebihan!" Ucap Annete.
"Tidak, aku dan Killian punya banyak di rumah. Terimakasih sudah menyelamatkan nyawa kami." Grisela menunduk beberapa kali, walaupun kepalanya masih terasa sakit.
Annete mendekat, tersenyum, kemudian berbisik pada Grisela."Obati lebih banyak orang. Mereka memerlukanmu."
Grisela saat itu hanya tersenyum tidak mengerti. Apa saat kembali Annete ingin dirinya mendirikan rumah sakit?
Sebuah cerita singkat dari rumah tua dalam hutan. Dua orang anak yang melanjutkan perjalanan mereka menuju desa terdekat.
Wilayah selatan yang hangat. Berbeda dengan wilayah Utara yang dingin.
Beberapa burung terbang bebas di tempat ini. Sesaat mereka beristirahat di tepi danau. Berbaring di atas rumput.
"Kamu terlalu baik..." Killian menghela napas.
"Menurut Killian begitu? Maka aku akan menjadi lebih baik." Jawab Grisela, matanya mantap ke arah seekor burung kecil yang terbang, begitu bebas.
"Dasar!" Killian menghela napas.
Namun, satu kecupan mendarat di bibirnya. Kala itu Grisela berucap."Terimakasih, tidak meninggalkanku."
"Berjanjilah tidak akan meninggalkanku jika begitu..."
"Janji..."
Benar-benar indah, dua orang anak yang tertawa berlarian bermain di danau. Rasa cinta atau apapun, itu tidak pernah terfikir.
Namun, mungkin hanya satu... hanya fatamorgana yang akan memeluk Killian nanti.
Dan tolong Jaga grisella Dari putra mahkota yg licik ITU, semoga Mata grisella terbuka akan maksud putra mahkota.
aku jengkek Kali kalau putra mahkota datang 😡😡😡
semangat terus ya buat ceritanya Thor
Karena tidak akan Ada 2 saintess dalam waktu Yang Sama.
ayah pasti dapat melindungi grisella💪💪.