Milea bukanlah sebuah kesalahan. Ia terlahir karena rasa cinta Leon yang terlalu dalam pada sekretarisnya, Rindu.
Milea gadis kecil yang tidak pernah beruntung. Dia tidak pernah bertemu dengan ayah kandungnya, dan sekarang penyakit mematikan mengancam jiwanya.
Demi mewujudkan keinginan Milea, Rindu melawan luka masa lalu dan terpaksa kembali menemui Leon. Dia datang setelah lima tahun meninggalkan pria itu.
Akankah Rindu berhasil membawa Leon pada Milea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpaksa Kembali | Bab 27
Milea sudah tidur nyenyak di ranjangnya. Wajah kecil itu tampak bahagia meskipun matanya memejam, karena malam ini dia tidur ditemani oleh ayah dan ibunya lagi.
“Rindu, udah dong jangan marah terus. Lihat, Lea aja bahagia, masa kamu malah cemberut,” ucap Leon. Karena kejadian dengan Vallen tadi, Rindu marah padanya sampai sekarang.
Tadi wanita itu mau tersenyum dan mengobrol hanya karena Milea. Sekarang saat Milea sudah tidur, Rindu enggan tersenyum dan bicara lagi.
“Keluarlah! Jangan berisik di sini, kamu mengganggu tidurnya Lea,” jawab Rindu sambil turun dari ranjang.
Namun, bukan Leon namanya jika menurut begitu saja. Daripada meninggalkan Rindu, dia lebih memilih mengikuti wanita yang dicintainya itu duduk di sofa kamar.
“Udah dong, jangan marah lagi. Vallen juga udah makan kan, udah ngomel-ngomel juga ke aku. Jadi, apanya lagi yang dipikirkan?” Leon tidak merasa bersalah meski sudah berbohong pada Rindu dan membuat saudara kembarnya kepedasan, yang penting dirinya puas bisa menikmati masakan Rindu kembali.
“Gara-gara kamu bohong sama aku, aku jadi nggak enak sama Vallen. Dia udah ngasih aku tempat tinggal. Tapi, aku ingin memasak untuk dia saja malah kamu buat kacau,” ucap Rindu sembari beringsut menjauhi Leon.
Leon juga ikut beringsut dan merapatkan tubuhnya dengan Rindu. “Kalau gitu pindah ke apartemenku saja. Di sana malah lebih lengkap, lebih luas, lebih mewah, pasti kamu lebih nyaman.”
“Nggak!” jawab Rindu sambil menatap Leon dengan sinis, juga menepis tangan lelaki itu yang akan menyentuhnya.
“Ayolah, jangan marah-marah terus, calon suami istri itu harus mesra.” Leon menggoda Rindu dengan merapikan rambut wanita itu.
Rindu mendeesahkan napas dengan kasar. Dia berpikir memang harus mengatakan sejujurnya kepada Leon, agar lelaki itu tidak terus-menerus mendekatinya.
“Tolong berhenti mengatakan kita akan menikah, termasuk pada Lea juga. Jangan memberikan harapan palsu padanya. Aku nggak bisa menikah denganmu, Leon.”
Rindu akhirnya berterus terang tentang perasaannya saat itu. Dia belum siap menerima Leon sebagai pasangannya. Didekati lelaki itu saja Rindu sering takut, masih terbayang-bayang pada kejadian malam kelam dulu.
“Kenapa? Apa ini karena laki-laki bernama Evans itu?” tanya Leon sambil menatap intens. Meskipun Evans adalah orang yang akan menjadi pendonor untuk Milea, tetapi Leon tidak rela jika lelaki itu dekat-dekat dengan Rindu.
“Jangan bawa-bawa dia. Aku nggak bisa menikah denganmu itu nggak ada hubungannya dengan siapapun.” Rindu bangkit dan berjalan menjauhi Leon.
Leon kemudian ikut bangkit dan kembali mendekati wanita pujaannya itu.
“Rindu!”
“Keluarlah! Aku ngantuk, mau istirahat,” jawab Rindu.
Leon mendeesah kasar. Lalu keluar kamar sambil menguumpat dalam hati. Dia sudah selesai dengan Wilona, tetapi masih belum bisa bersatu dengan Rindu. Menghadapi wanita itu ternyata lebih sulit dibandingkan dengan menghadapi orang tua Wilona.
**
**
Setelah menunggu beberapa waktu, Evans akhirnya ada waktu untuk datang ke Singapura lagi dan kini tiba saatnya bagi pria itu mendonorkan sel punca untuk Milea.
Rindu sangat senang mendengar kabar itu. Dia sudah tidak sabar untuk melihat Milea sembuh dan tumbuh seperti anak lainnya. Bisa bermain sepuasnya dan tidak khawatir akan kecapekan, juga bisa didandani sesuai keinginan dan tidak takut rambutnya akan rontok.
Namun, ketika transplantasi itu benar-benar dilakukan, Rindu merasa sangat cemas. Dia mondar-mandir di depan ruangan sambil berulang kali menggigit bibirnya sendiri. Dia takut terjadi apa-apa dengan anaknya itu.
“Rindu, tenanglah! Yang menangani Lea adalah dokter-dokter hebat, mereka pasti berhasil. Percayalah!” ucap Leon sambil memegang bahu Rindu. Dia yang sudah cemas malah semakin cemas ketika melihat Rindu mondar-mandir.
“Udah tiga jam lebih Milea di dalam sana, tapi dokternya nggak keluar-keluar. Mana mungkin aku bisa tenang!” Rindu hampir menangis. Dia takut ada kendala dengan transplantasi yang dijalani Milea saat ini.
Leon kemudian memeluk Rindu dengan erat dan mengusap-usap punggung wanita itu. Lalu berkata dengan lembut, “Percayalah! Transplantasinya pasti berjalan lancar dan Lea pasti baik-baik saja.”
Rindu pun mengangguk pelan. Karena perasaan cemas yang sangat besar, dia tidak menolak dipeluk Leon. Namun, ayah kandung Milea itu sejak tadi memang tidak menggoda seperti biasanya. Sikapnya sekarang murni untuk menenangkan Rindu, bukan untuk modus.
Jam-jam yang menegangkan itu pun berakhir setelah dokter keluar dari ruangan sambil membawa kabar baik. Transplantasi sel punca berjalan dengan lancar dan sebentar lagi Milea akan dipindahkan ke ruangan khusus untuk menjalani pemulihan. Rindu dan Leon sangat lega mendengarnya. Mata mereka sampai berembun karena rasa haru.
Sama seperti Leon dan Rindu, Evans juga merasa lega setelah mendonorkan sel punca untuk Milea. Meskipun awalnya tidak saling kenal, tetapi penyakit itu mengingatkan Evans pada mendiang adiknya. Evans tidak mau hal yang sama terjadi pada Milea, makanya dia tidak keberatan penjadi pendonor bagi anak itu.
‘Semoga Lea cepat sembuh.’
Batin Evans memang mendoakan Milea, tetapi pikirannya mulai membayangkan Rindu yang tadi tampak bahagia seperti tanpa beban. Evans kemudian senyum-senyum sendiri memikirkan itu.
Hingga akhirnya, pikiran indah itu buyar karena suara langkah yang cukup keras.
Evans lalu menoleh dan menatap manajer yang mendatanginya dengan terburu-buru. “Ada apa? Kenapa kamu tampak tegang?”
“Gawat, Vans! Ada kabar buruk!”
***
Gaess, aku up lagi biar ceritanya gak gantung, siapa tau ada yang kangen 🤭🤭, oh nggak ada yak 🤣🤣 doakan bisa up tiap hari yak sampai tamat 🤭🤭🤭
itu lhooo sama artis papan atas, si Epans... udah baik ganteng lagi
emang kata Otor kamu bukan jodohnya si Leon...