Alzahro adalah pria miskin dan hanya bekerja serabutan. Awalnya pernikahan itu terjadi karena kecelakaan kecil, ya itu Saat Genisa hendak menikah, tunangan Genisa kabur di hari pernikahannya. kebetulan Alzahro sedang lewat ia pun di tarik oleh Genisa sebagai pengganti pengantin pria.
Selama hidupnya di rumah keluarga Genisa, ia tidak pernah di anggap sebagai keluarga, melainkan seorang pembantu di rumah itu, tapi meskipun Genisa tidak mencintainya, Genisa juga tidak membencinya. Hanya Genisa yang baik padanya di rumah itu.
Berkali-kali Ibu Genisa minta Alzahro bercerai dengan Genisa, tapi Alzahro selalu menolaknya, hingga akhirnya Ibu mertuanya itu pun melakukan sesuatu padanya, memukulnya dengan kayu hingga ia sekarat.
Di saat ia sekarat, ia mendapatkan sebuah berkah, yaitu sistem yang mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"Berhubung aku punya uang sekarang, aku akan membeli daging terbaik di supermarket dan memasak makanan enak untuk menambah energi istriku yang kelelahan," ucapnya bertekad. Bayangan wajah istrinya yang lesu dan lemas karena kurang istirahat. Ia membayangkan senyum istrinya kembali merekah setelah menikmati masakannya.
Alzahro pun berbalik badan lalu keluar dari rumah, ia tak ingat lagi dengan mertuanya yang masih terbaring di lantai itu. Alzahro pun berjalan di pinggir jalan.
Ia mengklik panel hologram di hadapannya itu, dan sebuah ponsel model terbaru muncul dari sistem. Ia mengklik sebuah aplikasi lalu memesan taksi online melalui ponsel tersebut. Ia juga mengambil sejumlah uang dari sistem keuangan digitalnya beberapa lembar, yang penting cukup untuk membeli bahan masakan berkualitas, sisanya tetap aman tersimpan di dalam sistem.
Di dalam taksi, Alzahro membayangkan hidangan lezat yang akan ia buat.
"Kira-kira dagingnya aku masak apa ya?" tanyanya sambil berpikir. Ia pun mencari masakan enak berbahan daging sapi dari sebuah aplikasi khusus belajar memasak.
Alzahro tersenyum, ia berniat untuk menyenangkan istri tercinta dan meringankan beban istrinya.
"Selain membeli bahan masakan, aku ingin membeli hadiah untuk istri ku," ucap Alzahro tersenyum.
Dengan susah payah, Gina mencoba bangun dari tidurnya. Namun, niatnya pupus seketika. Lantai yang disiramnya dengan minyak goreng yang sangat banyak membuatnya terjerembab kembali.
Brukkkkk!
"Aduuuh!" ringis Gina kesakitan. Darah segar kembali mengalir deras dari hidungnya, membuat ia bertambah kepanikan.
Rencananya untuk menjebak Alzahro malah berbalik menjebak dirinya sendiri. Alzahro pun telah menghilang entah ke mana meninggalkan ia sendiri di dapur.
Gina meringkuk kesakitan, merasakan betapa licin dan berbahayanya jebakan yang telah ia buat sendiri.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari arah kamar. Gelisa baru saja keluar dari kamar. Ia terperanjat melihat ibunya terbaring di lantai dapur dalam kondisi mengenaskan.
"Mama! Kok Mama baring di dapur? Mama kenapa?" pekik Gelisa, panik. Ia berlari menghampiri ibunya, namun langkahnya terhenti dan juga ikut tergelincir karena tak menyadari ada genangan minyak goreng yang masih bertebaran di lantai. Tubuhnya jatuh tepat di atas tubuh ibunya.
Brukkkkk!
Gelisa terjatuh tepat menimpa tubuh ibunya yang sudah kesakitan, menambah sakit Gina yang terbaring di lantai. Rasa sakit menusuk tulang punggung Gina, membuatnya hampir kehilangan kesadaran.
"Ughhhh! Kau... kau ingin membunuhku?!" Gina merintih, suaranya tertahan oleh rasa sakit yang luar biasa. Ia merasa nafasnya sesak dihimpit tubuh putrinya.
"Kenapa banyak sekali minyak goreng di sini sih? Siapa yang menumpahkannya?" tanya Gelisa, kesal dan bingung. Ia berusaha bangun, namun kakinya kembali tergelincir di atas lantai yang licin.
Dengan susah payah, Gelisa menarik napas dalam-dalam. Ia mundur perlahan, menjaga keseimbangannya agar tidak jatuh lagi. Dengan hati-hati, ia meraih kaki ibunya, berusaha menariknya menjauh dari genangan minyak goreng tersebut.
Setelah memastikan mereka berdua berada di tempat yang aman, Gelisa mengambil kain bersih dari dekat wastafel. Dengan ekspresi jijik, ia membersihkan tubuhnya yang lengket dan berlumuran minyak goreng. Bau menyengat minyak mentah masih memenuhi hidungnya.
"Mama! Kok banyak minyak goreng di dapur sih? Kenapa Mama tumpahin?" tanya Gelisa, suaranya masih dengan nada kesal. Meskipun melihat darah yang mengalir dari hidung ibunya, ia benar-benar tidak peduli.
Gina meringis menahan sakit, memegang hidungnya yang terus mengeluarkan darah. "Tadi Mama mau menjebak Alzahro, supaya dia jatuh lagi. Tapi malah Mama sendiri yang kena batunya. Kamu sana cari obat buat Mama. Hidung Mama terus berdarah nih," pinta Gina.
"Bentar Ma, aku mau mandi dulu. Aku geli banget, badan aku penuh minyak goreng gini," ucap Gelisa, suaranya dipenuhi rasa jijik dan sedikit kekesalan. Ia merasa tindakan ibunya sangat ceroboh dan membuatnya ikut terkena imbasnya.
"Nunggu kamu selesai mandi, apa nyuruh Mama mati duluan, hah?! Sana cepat ambil!" bentak Gina, emosinya memuncak karena Gelisa lebih mementingkan diri sendiri dari pada ibunya. Darah yang terus mengalir dari hidungnya menambah rasa sakit.
Gelisa pergi ke sebuah laci tempat penyimpanan P3K, namun omelannya masih terdengar samar.
"Dih! Dia yang jatuh, dia yang luka, aku yang disuruh-suruh. Padahal dia bisa ambil sendiri," gumamnya, suaranya semakin pelan saat ia membuka laci tersebut.
Jangan lupa like dan subscribe ya gaes🥰🥰