Setelah membaca tolong tekan LIKE ya.
Ini sequel dari novel My Husband Is Possessive.
Lebih tepatnya ini cerita Wulan dan Kevin.
Penyesalan karena kehilangan perempuan yang di cintai membuat Kevin berubah menjadi pria dingin tak tersentuh. Tiap hari dia habiskan untuk bekerja dan mencari Wulan.
Bagaimana perjuangan Kevin dalam mencari Wulan yang tiba-tiba kabur dalam keadaan hamil.
Kalau ada yang masih binggung alur ceritanya, baca dulu novelku yang judulnya My Husband Is Possessive.
Cerita ini hanya khayalan author kalau ada kesamaan atau salah mohon maaf.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ismiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Baru beberapa langkah keluar dari rumah, Vera bertemu dengan Wulan.
"Eh Wulan, ayo pulang," ajak Vera sambil menarik tangan Wulan.
"Iya ini juga mau pulang," kata Wulan mengikuti langkah kaki Vera.
Kini keduanya telah sampai di depan rumah.
"Tumben kalian mencari ku," kata Wulan saat melihat Rita yang duduk di depan teras sepertinya sedang menunggu dirinya.
"Nih ponsel mu dari tadi berbunyi terus," kata Rita memberikan ponsel milik Wulan.
"Biarin saja paling juga mama tanya kabar," kata Wulan memasukkan ponselnya kedalam saku bukannya mengecek panggilan tersebut dari siapa.
"Bukan ini dari pak Ray," kata Rita sambil menarik Wulan untuk duduk.
"Hah Ray?" Kata Wulan mengulangi nama itu.
"Kenapa dia menghubungi aku?" Tanya Wulan namun kedua sahabatnya pun tidak ada yang tau.
"Mana kita tahu, jadi aku meminta Vera memanggilmu karena aku juga penasaran," kata Rita.
"Kali aja pak Ray menghubungi mu lagi," kata Vera.
Benar saja.....
Ponsel Wulan pun berdering menandakan bahwa ada telepon masuk.
"Ayo angkat cepat," kata Rita dengan semangat karena berfikir pasti pak Ray yang menghubungi Wulan lagi.
Memang benar yang menghubunginya Ray.
"Halo," jawab Wulan dengan canggung.
"Halo nyonya, gawat bos Kevin kemarin kecelakaan," kata Ray dengan panik mampu membuat Wulan yang ada di sebrang telephon ikut panik.
"Kecelakaan," lirih Wulan.
Wulan menekan perasaan kaget dan takutnya, dia segera menormalkan nada bicaranya saat ini.
"Kenapa kamu menghubungi aku, disana pasti sudah ada Bela perempuan itu pasti sudah menunggu Kevin di sampingnya," sinis Wulan.
"Nona Bela tak ada di sini, bos sudah mengirimnya keluar Negera sebulan saat nyonya pergi dari rumah," ceplos Ray membuat Wulan yang mendengarnya kaget bercampur penasaran.
Melihat tak ada reaksi Ray pun menambahkan. "Kemarin saya menghubungi bos Kevin karena ada masalah di perusahaan jadi saya memintanya untuk kembali, setelah mengurus masalah ini selama seminggu akhirnya masalah ini selesai namun saat bos Kevin mau pulang ternyata mobilnya mengalami kecelakaan dan sampai saat ini belum bangun. Sedari tadi bos Kevin selaku memanggil nama nyonya Wulan terus seperti orang mengigau," jelas Ray panjang lebar tentunya di tambahi sedikit bumbu supaya menjadi lebih waowww....
Wulan masih terdiam kaget.
"Baik aku akan kesana," kata Wulan dengan cepat tanpa berfikir dahulu.
Rita dan Vera juga pemasaran apa yang terjadi sampai mendengar Wulan ingin kesana, kesana mana? Itulah yang di pikirkan keduanya. Keduanya saling berpandangan seolah bertanya ada apa yang terjadi.
"Yes berhasil," Dorak Ray di dalam hatinya saat ini.
"Nanti akam ada mobil yang datang untuk mengantarkan nyonya kesini," kata Ray dengan cepat sebelum Wulan berubah pikiran.
"Ya sudah saya tutup dulu ya nyonya, mau menghubungi dokter lagi untuk memeriksa bos Kevin," kata Ray dengan cepat, dia langsung memutuskan sambungan teleponnya tanpa menunggu Wulan berbicara.
Wulan masih terdiam kaget.
"Kenapa Wulan?" Tanya Rita.
"Iya ada apa? Kenapa kamu seperti kaget begini?" Kini giliran Vera yang bertanya.
"Kevin kecelakaan," itulah yang keluar dari mulut Wulan.
Rita dan Vera kaget mendengarnya.
"Kok bisa?" Tanya Vera penasaran.
Wulan pun menceritakan apa yang terjadi kepada Kevin sesuai dengan ucapan Ray tadi.
"Nih minum dulu," tiba-tiba Vera menyodorkan botol berisi minuman ke arah Wulan.
"Minum dulu biar kamu tenang," itulah yang Vera ucapkan.
Wulan menurut dan meminum air pemberian Vera dengan cepat untuk mengurangi rasa sedih dan kaget di hatinya saat ini.
"Ya sudah kamu siap-siap saja, sebelum orang suruhan pak Ray tiba,'' kata Vera.
"Iya ayo ku bantu," Rita berdiri dan menuntun Wulan yang masih sedikit kaget.
.
.
"Bos aku punya kejutan buat bos," kata Ray dengan senyuman misterius.
"Kejutan?" Kening Kevin mengkerut kala mendengar Ray mengatakan akan memberikan dia kejutan, namun senyuman Ray terlihat begitu mencurigakan.
Kevin terdiam menatap Ray dengan curiga karena baru pertama kali Ray memberikannya kejutan.
"Kejutan apa?" Tanya Kevin.
"Ck bos ini aneh, namanya kejutan ya rahasia kalau aku jawab kan bukan kejutan lagi," protes Ray.
"Ya siapa tahu kamu keceplosan berbicara," kata Kevin dengan tenang namun membuat Ray melotot.
"Pokoknya bos tenang saja, kejutan ini pastinya buat bos senang tetapi ada syaratnya," kata Ray membuat Kevin menghela nafas berat karena Ray tak mungkin membuat kejutan kalau tak ada maunya.
"Tenang bos jangan tegang begitu, aku cuma minta bos berpura-pura sakit parah, ah maksudnya bos pura-pura tidur seperti terluka parah. Pokoknya bos harus berakting begitu kalau orang itu datang," pinta Ray.
"Kamu minta aku berpura-pura, buat apa Ray?" Kata Kevin dengan tatapan tajam.
"He he he he he, bos jangan marah atau tersinggung. Pokoknya aman bos dan ini juga demi kebaikan bos," Ray masih berusaha membujuk Kevin.
"Aku tidak mau," tolak Kevin.
"Ayolah bos, please....." Ray masih memohon agar Kevin mau melakukannya.
Melihat Kevin masih terdiam Ray memasang wajah memelas untuk meyakinkan atasannya itu, Ray pantang untuk menyerah.
"Ayolah bos, tenang saja bos orang ini cuma ingin melihat kondisi bos saja," kata Ray.
Melihat Ray yang sedari tadi berusaha membujuknya membuat Kevin akhirnya mengangguk.
"Tetapi hanya sebentar dan kamu juga harus berada di ruangan ini," terdengar bulan seperti permintaan Kevin melainkan syarat dari Kevin.
"Siap bos," jawab Ray cepat.
"Ck nanti juga nyesel minta aku menemani bos di dalam sini," batin Ray saat membayangkan wajah atasannya itu.
Ray menahan tawa membuat Kevin menatap Ray curiga.
'' Kenapa kamu tertawa?" Tanya Kevin.
"He he he he, tidak bos tadi aku cuma kepikiran film yang ku tonton kemarin, saking lucunya aku sampai tak bisa lupa dan juga tahan ingin ketawa," bohong Ray.
"Ck ku kira apa, kamu jangan tertawa sendirian seperti tadi nanti di kira kamu rada-rada gila," kata Kevin dengan tenang membuat Ray yang mendengarnya langsung melotot menatap kesal ke arah atasannya.
"Ah sudahlah bos, aku mau makan dulu kelamaan di sini bisa-bisa perutku kenyang makan angin," kata Ray sebelum berjalan keluar ruangan.
Di luar ruangan.
"Bagaimana?" Tanya dokter Dika dengan raut wajah penasaran.
"Beres, siapa dulu Ray gitu loh," kata Ray dengan sombongnya.
"Ck padahal aku yang kasih ide," sinis dokter Dika.
"He he he he he he, tenang dokter Dika yakin saja kalau ada Ray pasti lancar," kata Ray dengan canggung saat dokter Dika justru menatapnya tajam.
"Serem amat wajah dokter Dika seperti mau makan orang saja. Ya padahal aku kan bercanda," gerutu Ray di dalam hatinya saat ini.
Ya sudah aku mau pulang dulu," kata Dokter Dika sambil berlalu pergi.
"Iya terima kasih ya atasa saran Dok Dika yang tampan," kata Ray dengan kata-kata manis.
"Sudah jangan merayu ku, tidak mempan," kata dokter Dika saat mendengar mulut manis Ray.
Bersambung...,