Setelah membaca tolong tekan LIKE ya.
Ini sequel dari novel My Husband Is Possessive.
Lebih tepatnya ini cerita Wulan dan Kevin.
Penyesalan karena kehilangan perempuan yang di cintai membuat Kevin berubah menjadi pria dingin tak tersentuh. Tiap hari dia habiskan untuk bekerja dan mencari Wulan.
Bagaimana perjuangan Kevin dalam mencari Wulan yang tiba-tiba kabur dalam keadaan hamil.
Kalau ada yang masih binggung alur ceritanya, baca dulu novelku yang judulnya My Husband Is Possessive.
Cerita ini hanya khayalan author kalau ada kesamaan atau salah mohon maaf.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ismiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Dari tadi kita cemas mikirin dia kenapa sampai sekarang belum pulang, eh ternyata dia malah asyik makan di sini," gerutu Rita di dalam hatinya saat ini. Dia menatap Wulan yang asyik makan sambil menghembuskan nafas kasar.
"Alhamdulillah," kata Wulan sambil mengusap perutnya yang terasa kenyang.
"Ayo pulang," ajak Wulan tak lupa Wulan juga berpamitan kepada Kenan.
"Oh ya makasih ya makanannya enak, besok kalau main kerumah bawa bebek panggang tapi yang masih muda ya bebeknya kalau sudah tua gak enak keras dagingnya. Bay aku pulang dulu jangan lupa pesan ku tadi," kata Wulan dengan santai. Namun bagi Kenan itu adalah permintaan yang wajib dia penuhi apalagi tatapan Rita yang mengisyaratkan agar Kenan tidak menolaknya.
"I-iya," jawab Kenan pasrah.
"Aku pulang dulu ya, jangan lupa pesanan Wulan," kata Rita dengan senyuman manis namun senyum itu bagaimana penderita buat Kenan, bagaimana tidak kalau dia tak menuruti permintaan sepupunya itu bisa-bisa dia diamuk oleh Rita.
Wulan sudah di bonceng Rita pulang namun saat melewati penjual rujak, Wulan meminta Rita berhenti.
"Eh berhenti di sini dulu..." Pinta Wulan.
"Ada apa?" Tanya Rita.
"Aku mau beli itu," tunjuk Wulan.
Rita berhenti dan Wulan langsung turun dan memesan 3 porsi untuk di bungkus bawa pulang.
"Padahal dia tadi baru saja makan," guman Rita namun tak berani bicara langsung karena takut bumil itu marah.
Wulan terlihat berjalan dengan santai tanpa bebas padahal kandungannya sudah besar, bumil itu tersenyum lebar menunjukkan bungkusan yang di bawanya kepada Rita.
"Sudah?" Tanya Rita memastikan.
"Sudah, ayo pulang," ajak Wulan.
Keduanya pulang menaiki motor namun Rita melajukan dengan kecepatan pelan karena jalan yang tak begitu rata membuatnya harus berhati-hati.
Akhirnya mereka sampai di rumah.
Wulan segera turun dan mencari keberadaan Vera.
"Vera ...."
"Vera...." Wulan berteriak memanggil nama Vera.
"Apaan sih teriak-teriak," Vera muncul dari dalam kamar.
"Nih aku beliin kamu rujak, makan gih sama Rita," Wulan menyerahkan bungkusan rujak ke Vera.
"Mana Rita?" Tanya Vera tak melihat keberadaan Rita.
"Di depan," kata Wulan sambil berjalan menuju kamar.
Rita baru masuk kedalam namun Vera sudah menyerahkan piring dan sendok buat Rita.
"Buat apa ini?" Tanya Rita heran.
"Buat makan rujak di kasih Wulan," jawab Vera.
"Lha tuh bumil, dia yang pengen rujak kok kita suruh makan," Rita heran.
"Ha ha ha ha ha,makan saja lagian si Wulan beli 3 kok," kata Vera menunjuk rujak yang ada di kantong plastik.
"Oh," Rita mengangguk mengerti. Keduanya pun langsung memakan rujak yang di belikan Wulan.
.
.
Hari berlalu dengan cepat tak terasa sudah seminggu Kevin menghilang tak ada kabar.
"Mungkin ini yang di rasakan Kevin saat aku pergi waktu itu," lirih Wulan bahkan Wulan ingat kalau Vera pernah menceritakan bagaimana keadaan Kevin setelah dia pergi waktu itu.
Wulan mendesah panjang. "Apa ini karma," lirihnya.
"Atau dia sudah lelah dan pergi mencari perempuan itu," hati Wulan semakin di penuhi dengan rasa sakit kala pikirannya terus mengarah ke hal-hal negatif, ya berfikir aneh-aneh tentang Kevin.
Vera dan Rita melihat Wulan termenung untuk kesekian kalinya merasa sedih.
"Apa kita hubungi bos Kevin saja ya minta dia kembali kesini. Aku tak tega melihat Wulan seperti ini terus," kata Vera merasa kasihan.
"Aku juga kasihan dengan Wulan tetapi aku takut Wulan marah kepada kita," Rita bimbang dengan usulan Vera tadi.
"Kamu ajak Wulan jalan-jalan saja, mungkin dengan melihat sawah atau keliling kampung wajahnya bisa ceria lagi," saran Vera.
"Ya sudah aku bujuk dia dulu," kata Rita berjalan menuju ke arah Wulan.
"Wulan," teriak Rita berpura-pura tak melihat kesedihan Wulan.
Mendengar suara Rita, Wulan segera menghapus air matanya yang mengalir tadi.
"Eh iya ada apa?" Tanya Wulan.
"Jalan-jalan yuk cari makanan," kata Rita.
"Hmmm, besok saja ya aku malas," kata Wulan tak begitu semangat.
"Aku mau ke kamar dulu," Wulan pergi ke kamar setelah berpamitan kepada Rita.
Melihat itu baik Vera maupun Rita hanya menghela nafas berat.
Sedangkan di tempat lain...
"Bos bagaimana ini," teriak Ray dengan panik.
"Hah," Kevin yang tertidur langsung terbangun kaget mendengar suara teriakan Ray.
"Ada apa Ray? Kenapa kamu teriak-teriak seperti itu?" Tanya Kevin yang baru sadar sepenuhnya.
"Mobil, mobil ini rem nya tidak bisa bos," jawab Ray panik namun dia langsung mengurangi kecepatannya sambil menatap lurus kedepan.
"Kemarin kamu sudah memeriksa mobil ini?" Tanya Kevin.
"Sudah bos dan semuanya baik-baik saja, ah sepertinya ada yang sengaja ingin mencelakai kita," kata Ray.
"Kamu tenang dulu, jangan panik. Kamu kurangi kecepatan mobil dan apa di sekitar sini ada jalan yang sepi?" Tanya Kevin mencoba tenang dan memikirkan solusi.
"Sepertinya ada," jawab Ray.
"Kamu bawa mobil ini kesana dan hati-hati," kata Kevin.
Melihat kondisi jalan yang sepi baik Ray maupun Kevin sedikit merasa lega, sedikit demi sedikit kecepatan mobil sedikit berkurang, Ray membelokkan mobilnya ke arah yang diminta Kevin namun tiba-tiba muncul mobil yang menghalangi atau lebih tepatnya berhenti di tengah jalan membuat Ray melotot tak percaya dengan apa yang di lihatnya.
"Bos bagaimana ini?" Kata Ray panik, tabrakan tak mungkin bisa di hindari.
Kevin memicingkan matanya menatap ke arah mobil yang berhenti di depannya saat ini. "Kosong," batin Kevin saat tahu mobil itu tak ada supirnya alias kosong.
"Ini jebakan," kata Kevin saat sadar semuanya sepertinya sudah di rencanakan.
Mobil semakin mendekat, Kevin langsung menatap Ray.
"Ray ayo lompat dari mobil. Hay pintu ini saja," teriak Kevin meminta Ray segera menuju pintu sampingnya.
"Ray lindungi kepala kamu," perintah Kevin dengan cepat.
Ray mengikuti arahan Kevin segera melompat turun dari mobil, keduanya berguling-guling di samping jalan raya untung saja tanah itu di tumbuhi rumput yang cukup tebal namun terpotong rapi.
Kevin meringis saat beberapa kulitnya lecet, Kevin segera mencari keberadaan Ray.
Brakkkk..... Terdengar suara benturan begitu keras.
Asap mengepul dari mobil, Kevin mendekati Ray dengan langkah terseok-seok.
"Ayo," ajak Kevin karena melihat asap sudah memenuhi mobil.
Duarrrr.....
Kevin dan Ray menoleh bersamaan dengan lega.
Benar saja firasat Kevin, mobil pun meledak dan menimbulkan suara yang keras. Mobil mewah milik Kevin itu terbakar.
Beberapa orang yang mendengar suara ledakan langsung menghampiri tempat itu namun Ray dan Kevin justru pergi.
"Ayo Ray kita cari tempat aman dulu," kata Kevin takutnya mereka bulan warga sekitar melainkan orang suruhan yang di suruh untuk memantau Kevin.
Bersambung....