JANGAN DI BOM LIKE PLISSS 😘🥰
Dhev si duda dingin dan tidak berperasaan akhirnya bisa jatuh cinta lagi dan kali ini Dhev mencintai gadis yang usianya jauh lebih muda.
Dhev, Nala dan Kenzo. Di dalam kisah mereka terdapat kesedihan masa lalu dan harapan untuk hidup bahagia.
Mampir? Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan gift/votenya, ya. Terimakasih 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah Terusik?
Pagi-pagi harus sudah mendapatkan banyak drama, harus mengantarkan Ken ke sekolah, di perjalanan pulang melihat Nala berkelahi.
Dhev yang sedang sibuk hanya memandang datar Nala yang menatapnya seolah meminta pertolongan.
Dhev menarik nafas dan pergi berlalu, memilih pekerjaan yang sudah menunggunya di kantor.
"Hah! Mungkin servis kamu kurang memuaskan makanya kamu ditinggal gitu aja!" cibir Ririn dan terlihat orang-orang yang berada di sana mulai berbisik, tentu saja mulai menggosip tentang Nala.
Tidak lama kemudian datang seseorang yang membawa pihak keamanan, mereka menyeret Nala dan Ririn, meminta pertanggung-jawaban dari dua gadis tersebut.
Sedangkan Nala merasa bingung, harus mengganti menggunakan apa, sedangkan uang saja tidak punya.
"Teganya dia malah pergi gitu aja," kata Nala dalam hati.
Lalu, Nala meminjam ponsel seseorang untuk menghubungi Amira.
Sementara itu, di tempat lain ada yang sedang mengawasi Ririn. Siapa yang mengawasi? Si pria yang telah membelinya semalam, ternyata si pria itu sangat menyukai Ririn. Si pria yang belum di ketahui namanya itu merasa sangat berbeda saat bercinta dengan Ririn, itu lah yang membuatnya ingin menjadikan Ririn sebagai mainan ranjangnya.
****
Amira yang mendengar kalau Nala meminta bantuan itu segera datang, kali ini Amira menggunakan taksi karena Mang Dadang sedang cuti untuk pulang kampung.
Sesampainya di TKP, Amira melihat keadaan Nala. Ririn yang masih di sana pun melihat tidak suka pada Nala karena akhirnya ada yang membantu.
Bukan hanya Amira yang sampai di TKP, tetapi pria muda yang Ririn benci pun datang. Si pria yang baru turun dari mobil itu menghampiri Ririn.
"Baby, ada apa?"
Mendengar suara yang tidak asing membuat Ririn membulatkan matanya. Tidak lama kemudian si pria yang sudah terlihat rapi dengan setelan jas itu merangkul Ririn dari belakang.
Siapa sangka, ternyata pria itu sangat mengenal Amira dan Amira pun menatap tak suka pada pria itu.
"Arnold!" gumam Amira yang kemudian segera bertanya berapa ganti rugi yang harus dibayar.
"Tante, kenapa buru-buru sekali, sudah lama kita tidak jumpa," kata si pria itu yang ternyata bernama Arnold.
Pria itu mengulurkan tangannya pada Amira tetapi Amira tak membalas. Amira memilih untuk membawa Nala segera pergi dari sana setelah membayar seluruh kerugiannya.
Nala ingin bertanya, tetapi merasa tidak sopan, Nala akan mendengarkan apabila Amira yang memberi tau.
****
Di tempat itu, Ririn merasa benci dan jijik dengan pria itu.
Ririn melepaskan tangan si pria dari bahunya lalu pergi meninggalkannya.
Perlakuan Ririn membuat Arnold semakin penasaran. Baru kali ini ada seorang gadis yang menolaknya. Bahkan terlihat meludah sebelum benar-benar pergi dari hadapannya.
"Ini semua nggak akan terjadi kalau aku nggak kabur dari rumah!" gerutu Ririn seraya mengendarai motornya, bahkan Ririn sampai tidak sadar kalau dirinya melaju dengan kecepatan tinggi.
****
Amira merasa heran dengan Nala dan Ririn, bukankah keduanya berteman, bahkan Ririn yang membantu Nala saat awal pertemuan Amira dan Nala tempo hari lalu.
Nala sendiri bingung dan tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Tiba-tiba Ririn datang dan langsung melabraknya.
"Sakit?" tanya Amira seraya menyentuh luka cakar di pipi Nala.
"Sedikit perih, tapi Nala nggak papa," jawab Nala seraya menatap Amira yang penuh kasih sayang.
"Terimakasih banyak, Bu. Kalau tidak ada Ibu, mungkin Nala sudah di penjara."
"Sudah, kamu jangan terlalu banyak berterimakasih. Ini sudah tanggung jawab saya."
****
Dhev baru saja sampai di kantor. Pria tinggi si pemilik senyum manis yang sudah lama tidak tersenyum itu di sambut oleh asisten pribadinya yang sudah menunggu untuk meeting.
Seraya mengikuti Dhev berjalan, asisten itu memberitahu kalau ada tamu yang menunggu.
"Siapa?"
"Maaf, Tuan. Dia tidak mau memberitahu namanya dan memaksa untuk menunggu di ruangan Tuan."
Dhev menggelengkan kepala, akan menemuinya setelah selesai meeting nanti.
****
Naomi memeriksa nomer rekeningnya dan ternyata uang yang dijanjikan oleh si bos sudah mendarat cantik.
Naomi kegirangan dan lebih lagi hutangnya lunas.
Sekarang, Naomi menggunakan uang haram itu untuk membayar kuliah dan biaya pengobatan ayahnya di kampung.
"Ternyata bisnis kaya gini benar-benar menjanjikan, kalau gue bisa bawa gadis lain untuk bos mungkin gue jadi tajir melintir! Aaaaaa," Naomi jingkrak-jingkrak kegirangan di kamar kosnya seraya menciumi ponselnya.
Kemudian Naomi mendengar suara ketukan pintu, Naomi sudah mengira kalau itu ada Ririn yang sempat mendengar ucapannya barusan membuat Naomi sedikit was-was.
"Tapi kalau ketahuan pun biarlah, yang penting gue punya banyak duit. Tinggal bujuk dia lagi aja buat layani om-om. Toh dia juga enak kan. Dapat duit lagi!" gumam Naomi dalam hati.
Naomi membuka pintu dan terlihat Darwin sudah berdiri di sana.
"Ririn nggak ada!" kata Naomi yang kemudian menutup pintu kembali.
"Duh, susah banget sih ditemuin!" gerutu Darwin.
"Kemana lagi itu anak, gue chat juga nggak ada balasan, padahal centang biru!" Setelah itu Darwin pergi dari kos Naomi.
****
Setelah satu jam lebih, sekarang Dhev sudah selesai dengan meetingnya. Ia merasa penasaran dengan siapa yang menunggu.
Dhev segera ke ruangannya dan terlihat seorang pemuda yang seumuran dengannya sedang tertidur pulas di sofa.
Dhev menggelengkan kepala melihat tingkahnya dan ternyata Dhev sangat mengenal siapa pemuda itu.
"Oe, bangun! Jam segini tidur, pantes aja hidup lo susah terus!" kata Dhev seraya menurunkan kaki pemuda tersebut dengan sedikit kasarnya.
"Habisnya, lama banget nunggu lo ya gue ngantuk lah!" jawabnya seraya membenarkan posisi duduknya.
"Dhev, gue punya kabar. Dia udah balik dari LN. Gua rasa dia ke sini mau cari gara-gara sama lo!"
"Dia siapa?" tanya Dhev seraya duduk di kursi kebesarannya, membuka laptop kerjanya.
"Arnold!"
Mendengar nama itu membuat Dhev menghentikan aktivitasnya, menatap kosong ke depan.
"Gue nggak ada urusan lagi sama dia!" kata Dhev yang kemudian kembali dengan pekerjaannya.
"Gue sih cuma ngingetin aja, orang yang punya dendam bisa lakuin apa aja Dhev. Apa lagi sekarang dia kaya raya."
"Ck, Jimin! Lo bisa diem nggak? Atau lo balik aja sana ke asal lo, ke Korea!" kata Dhev yang merasa pusing dengan ocehan temannya.
"Oke gue balik, tapi asal lo inget, asal gue bukan dari Korea, ini undangan reuni sekolah kita!" kata pria yang dipanggil Jimin oleh Dhev.
"Hmm," jawab Dhev tanpa melirik sedikit pun pada Jimin yang meletakkan kartu undangan di meja kerjanya.
"Dasar beruang kutub! Gue nunggu lama-lama bukannya ditraktir kek, malah diomelin!" gerutu Jimin seraya membuka pintu ruangan Dhev.
"Ana, Ana. Lihat tuh laki lo, ditinggal lo jadi beruang kutub!" Jimin masih menggerutu.
Sementara itu, di dalam, Dhev memikirkan apa yang Jimin sampaikan.
"Ana sudah tidak ada, untuk apa Arnold masih dendam padaku. Tidak ada urusan!" kata Dhev.
Bersambung.
Ada hubungan apa diantara mereka bertiga. Dhev, Ana dan Arnold?