Nazeera, seorang wanita cantik dan pintar, hidup dalam kesendirian setelah di khianati dan tinggalkan oleh suaminya. Namun, kehidupannya berubah drastis setelah di pertemukan dengan pria tampan yang merupakan seorang Presdir sebuah perusahaan besar.
Devan, yang selalu memprioritaskan perusahaan nya di desak untuk segera menikah oleh ibu nya mengingat dengan usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga. Akhirnya ia memutuskan untuk menikahi Nazeera dan menjadikannya sebagai istri rahasia yang di sembunyikan dari publik.
Namun walau begitu, tetap saja Intan menjodohkan Devan dengan banyak wanita lain karena tidak pernah setuju dengan pernikahannya bersama Zeera.
Lalu bagaimana dengan Zeera? akankan ia bertahan pada pernikahan ke-dua nya? atau justru memilih untuk meninggalkan Devan karena selalu di benci oleh ibu mertuanya?
Yuk simak ceritanya . . .
jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak berupa like, komen dan gift ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Zeera terdiam dalam lamunan nya, bahkan disaat Anna datang pun ia tidak menyadarinya. Berulang kali Anna memanggil, baru lah Zeera tersadar dari lamunannya. Ia menatap lekat wanita paruh baya itu, dengan tatapan yang tidak biasa.
"Non Zeera baik-baik saja?"
Zeera meraih kedua tangan Anna dan menggenggamnya di sertai tatapan yang sama. Wanita itu tersenyum, "aku baik-baik saja bi." Sahut Zeera yang kemudian melepaskan genggaman nya.
"Bibi kembali aja ke rumah, aku udah gak papa kok." Sambung Zeera kembali.
"Tapi non--"
Zeera mengedipkan kedua matanya seraya mengangguk memberi kode pada Anna kalau ia memang sudah baik-baik saja. Tidak bisa menolak permintaan Zeera, akhirnya Anna memutuskan untuk kembali ke rumah sesuai dengan apa yang di katakan oleh Zeera.
Setelah cukup lama Anna pergi, Zeera segera mengganti baju nya dan berkemas untuk meninggalkan ruangan itu, ia bergegas menemui resepsionis untuk membayar semua tagihan rumah sakit.
Bersamaan dengan langkah nya yang keluar dari gedung itu, ponsel Zeera berdering. Sebuah panggilan masuk dari Devan yang langsung di terima oleh Zeera.
["Gimana kabar mu? Akhir-akhir ini aku merasa perasan aku sedikit tidak enak, selalu kepikiran kamu."] Ucap Devan di seberang telfon sana.
Zeera tersenyum sebelum menyahuti ucapan suaminya, ["aku baik-baik saja, jangan terlalu mencemaskan ku, oke? fokus aja sama pekerjaan mu dan cepatlah kembali."] Sahut Zeera seolah tidak terjadi sesuatu padanya.
["Aku akan segera menyelesaikannya secepat mungkin agar bisa kembali lebih cepat dan bertemu dengan mu. Aku merindukan mu."] Ucap Devan terdengar manja.
Zeera menarik nafasnya dalam-dalam menahan rasa sakit dalam hati nya agar tidak menangis detik itu juga.
["Yaudah kalau gitu lanjutkan pekerjaan mu, aku juga masih ada pekerjaan. Bye-bye."]
Zeera segera menutup panggilannya dengan buliran bening yang menetes saat itu juga. Ia segera menghentikan taksi dan pergi dari tempat itu walau belum tau harus pergi kemana.
setelah cukup lama berpikir, akhirnya Zeera memutuskan untuk menuju terminal. Ia berniat untuk kembali ke kampung halamannya yang berada di desa Lestari.
Dalam perjalanan menuju desa Lestari, tidak hentinya Zeera menitikkan air matanya. Rasanya sangat berat untuk ia meninggalkan Devan, namun Zeera tidak mempunyai pilihan lain selain pergi secara diam-diam demi masa depan Devan juga. Ia tidak ingin mengganggu pekerjaan suaminya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya Zeera sampai di desa Lestari. Desa yang penuh kenangan bersama dengan keluarga kecil nya. Masih ada segelintir penduduk asli disana yang mengenali Zeera yang langsung bertegur sapa tanpa rasa ragu.
Sampai di depan sebuah rumah tua, namun terlihat masih kokoh, Zeera membuka pintu rumah itu dan bergegas masuk kedalam. ia melihat sekeliling sana yang memang sudah cukup lama terbengkalai. Perlahan Zeera mulai membersihkan itu dan merapikannya, namun karena kondisi tubuhnya yang masih belum stabil dan sering mual, ia tidak bisa menyelesaikan nya dalam waktu satu hari.
"Neng Zeera!" Panggil seorang wanita paruh baya dari ambang pintu.
"Bu Wati." Sahut Zeera melihat wanita itu.
Wati bergegas menghampiri Zeera yang terlihat sangat kelelahan.
"Neng baik-baik saja? Kapan kembali? lalu dimana suami mu?"
Zeera hanya tersenyum, "Baru saja tiba, kebetulan aku kembali sendiri dan mungkin aku akan kembali tinggal disini." Sahut Zeera.
"Apa telah terjadi sesuatu?"
"Ceritanya terlalu rumit." Sahut Zeera.
Tiba-tiba saja, rasa mual itu kembali datang dari dalam perut Zeera, ia bergegas ke belakang yang di susul oleh Bu Wati yang terlihat mencemaskannya.
"Neng Zeera benar baik-baik saja?"
"Mungkin hanya kecapean karena perjalanan jauh." Sahut Zeera.
"Ya udah, kalau gitu neng Zeera istirahat aja, biar ibu bantu beres-beres."
"Gak usah Bu, aku gak mau ngerepotin ibu."
"Sesama tetangga, sudah seharusnya kita saling bantu. Dulu juga sewaktu mendiang nenek kamu masih ada, beliau selalu membantu ibu. Kini giliran ibu yang membantu kamu." Sahut Bu Wati dengan ramah.
Benar, Wati merupakan salah satu tetangga Zeera yang memang sangat baik dan cukup dekat dengan keluarga nya dulu. Hingga ia tidak sungkan untuk membantu Zeera.
"Kalau butuh apa-apa jangan sungkan untuk bilang sama ibu. Ada Reza juga yang akan bantu kamu." Ucap bu Wati sambil membersihkan rumah itu.
"Oh iya, Reza udah nikah, Bu?"
"Masih belum, sepertinya dia masih fokus sama pekerjaannya. Ibu juga heran, disaat teman-teman nya sudah menikah dia malah selalu sibuk dengan pekerjaan nya."
"Gak papa dong bu, mungkin dia hanya ingin fokus sama kebahagiaan ibu dulu." Sahut Zeera.
"Kamu benar, semenjak ayah nya gak ada, dia yang bertanggungjawab atas ibu, padahal ibu tidak meminta itu."
"Namanya juga seorang anak Bu, setiap orang pasti ingin membahagiakan orangtuanya." Sahut Zeera yang seketika teringat dengan mendiang kedua orangtuanya.
Selesai membereskan semuanya, Bu Wati segera pamit, karena masih ada urusan lainnya. Zeera yang kini hanya seorang diri, terdiam melihat keluar jendela dengan tatapan kosong. Rasa mual yang terus mengganggu nya membuat Zeera sedikit lemas karena terus mengeluarkan cairan tanpa asupan yang cukup.
Tok tok tok ...
"Zeera!" Panggil seorang pria di balik pintu utama.
Dengan tubuhnya yang terasa lemas, Zeera melangkah untuk membukakan pintu. Bersamaan dengan pintu yang sudah terbuka, Zeera jatuh pingsan tepat di pelukan Reza yang berniat untuk membawakan makan malam untuk Zeera atas dasar suruhan ibu nya.
"Astaga, Ra!" Ucap Reza panik melihat Zeera pingsan.
Ia segera menggendong wanita itu menuju rumah nya yang kebetulan hanya terhalang oleh satu rumah. Sengaja Reza membawa Zeera ke rumah nya karena kebetulan ia merupakan seorang dokter.
"Zeera kenapa Za?" Tanya Wati melihat Zeera yang berada dalam gendongan putra nya.
"Aku juga gak tau Bu, tiba-tiba saja Zeera pingsan. Sahut Reza menurunkan Zeera di atas sofa.
Pria itu segera mengambil alat medis nya dan segera memeriksa Zeera.
"Gimana, Za? Dia sakit apa? Pada saat ibu ke rumah nya tadi juga dia terlihat gak baik-baik saja. Terus sempat muntah-muntah juga."
"Pantes dia kekurangan cairan hingga menyebabkan tubunya lemas." Sahut Reza, "aku akan memasangnya infus." Sambung Reza kembali.
Selain bekerja di rumah sakit, Reza juga membuka praktik di rumah nya yang hanya buka dari jam enam sampai tujuh pagi dan lanjut sore setelah pulang dari rumah sakit.
Setelah memasangkan infusan di tangan Zeera, wanita itu pun tersadar dan berada di dalam sebuah kamar yang jelas bukan kamarnya.
"Akhirnya kamu bangun juga, gimana keadaan mu? apa yang kau rasakan saat ini?" Tanya Reza.
Zeera menggelengkan kepalanya pelan, "bagaimana bisa aku disini?"
"Tadi ibu menyuruhku untuk mengantarkan makan malam, dan saat membukakan pintu kamu tiba-tiba pingsan." Jelas Reza.
"Maaf, baru aja datang aku sudah merepotkan kalian."
"Gak papa, kalau ada perlu sesuatu, kamu bisa panggil aku." Ucap Reza.
Zeera mengangguk seraya tersenyum, "makasih!" Ucapnya.
Reza pun bergegas keluar dari kamar itu meninggalkan Zeera yang baru tersadar akan suatu hal. Ia memegang perut rata nya seraya menunduk, "mungkinkah kamu hadir untuk menjadi penyelamat mama dan papa mu?" Gumam Zeera yang baru saja teringat jika dirinya sudah telat datang bulan.
***
TBC. . .