Nona ketiga Xiao Xinyi di paksa menikahi Adipati Ling Yun menggantikan kakak tertuanya yang terus berusaha untuk mengakhiri hidupnya.
Siapa yang tidak tahu jika Adipati Ling Yun selalu berselisih dengan Tuan besar Xiao. Dua keluarga besar yang saling bertentangan itu di anugerahi pernikahan Kaisar Jing Hao.
Bersedia ataupun tidak salah satu wanita dari kediaman Xiao harus menikah menjadi Nyonya utama kediaman Adipati Ling Yun. Intrik dalam pernikahan yang berlandaskan politik menjadikan Nona ketiga Xiao Xinyi harus membuat rencana untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke kediaman Xiao
"Nenek, ibu. Jika tidak ada hal lain lagi. Aku akan pergi," Adipati Ling Yun sudah membalik tubuhnya bersiap pergi.
Nyonya besar Ling bangkit. "Berhenti."
Nyonya utama dan Xiao Xinyi ikut bangkit.
"Yichen, kamu sudah membuat istri mu berdiam seorang diri di malam pengantinnya. Jika kamu masih memiliki rasa hormat kepada nenek mu ini. Kamu ikut pergi berkunjung di kediaman mertuamu bersama istrimu," jelas Nyonya besar Ling tegas. "Jika kamu tidak melakukannya. Lebih baik aku tidak memiliki cucu sepertimu."
"Ibu," Nyonya utama Ling menatap khawatir. "Jaga kesehatan ibu jangan terlalu marah," menatap kearah putranya. "Yichen dia istri yang kamu nikahi secara sah. Menantu pertama keluarga Ling. Apa kamu akan membiarkan istrimu di rendahkan dan di permalukan semua orang?"
Adipati Ling Yun hanya mirik sebentar melanjutkan kembali langkahnya tanpa memperdulikan perkataan nenek juga ibunya.
"Ah," Nyonya besar Ling menekan kuat dadanya, dia terjatuh di tempat duduknya.
"Nenek," Xiao Xinyi berusaha menopang tubuh Nyonya besar.
Nyonya utama berlari mendekat. "Ibu jangan terlalu marah. Kesehatan lebih penting."
Wanita tua itu menatap kearah cucu menantunya. Dia merasa bersalah telah menyetujui pernikahan cucunya. Sehingga membuat gadis kecil di depannya mendapatkan perlakuan tidak adil. "Xinyi, jika suamimu tidak ikut kembali. Biar nenek dan ibumu saja yang menemani. Setidaknya kamu harus kembali ke rumah orangtuamu dengan kemegahan."
Xiao Xinyi menatap dengan senyuman. "Nenek, Ibu. Tidak masalah. Cucu menantu akan kembali seorang diri saja. Orang lain justru akan memperburuk keadaan jika kalian ikut kembali bersamaku."
"Baiklah. Semua telah kami siapkan di depan kediaman. Biarkan ibumu mengantarmu. Nenek sudah tidak ada tenaga untuk bangkit lagi," Nyonya besar Ling mengelus lembut wajah cantik cucu menantunya.
Xiao Xinyi memberikan salam baru pergi bersama ibu mertuanya menuju keluar kediaman. Di luar sudah ada empat kereta berbeda. Satu kereta khusus untuk Nyonya muda sedangkan tiga kereta tanpa atap di gunakan mengangkut semua barang untuk di bawa pergi ke kediaman Xiao. Ada setidaknya seratus pengawal dan enam pelayan wanita yang di tugasnya mengantar Nyonya muda Adipati Ling Yun. Setelah gadis itu masuk ke dalam kereta. Kereta melaju perlahan di barengi semua pengawal juga pelayan.
Sesampainya di kediaman Xiao, Xiao Xinyi menatap cukup lama melihat pelakat yang tergantung di depan pintu masuk. Dia menghela nafas dalam di hatinya baru melangkah masuk kedalam. Semua barang juga ikut di masukkan ke halaman depan kediaman.
Nyonya Xiao mendekat, "Xinyi sudah kembali."
Gadis itu di arahkan masuk ke dalam aula utama kediaman. Semua pelayan diam di halaman depan begitu juga para pengawal. Setelah hanya mereka berdua yang ada di dalam ruangan. Nyonya Xiao meraih tangan putrinya. "Sebelum Ayahmu pulang. Kamu harus segera pergi."
"Kenapa? Kamu ingin melindungi gadis bodoh itu?" Tuan Xiao Tang masuk ke dalam aula utama dengan mengarahkan kedua tangannya mengait di belakang punggungnya. "Katakan kepada mereka semua putriku ingin menginap satu malam di kediaman. Setelah itu tutup semua pintu luar dan dalam."
"Baik," pelayan pribadi itu memberitahukan kabar ini kepada para pelayan juga pengawal agar mereka dapat pulang lebih awal. Sedangkan Nyonya muda mereka bisa di jemput kembali keesokan harinya. Para pelayan bersikeras untuk tinggal namun mereka tidak di berikan izin.
Kediaman kembali tenang, pintu luar dan dalam di tutup rapat.
Nyonya Xiao berusaha melindungi putrinya. "Suamiku. Sekalipun dia buka putri kandungku. Tapi tetap saja dia putri kandungmu. Apa kamu tega terus menyiksanya?" mengarahkan tubuh Xiao Xinyi agar bersembunyi di balik tubuhnya.
Tuan Xiao Tang berjalan perlahan dengan seringaian kejamnya. "Kenapa? Sekarang setelah dia bersedia di nikahkan. Kamu menjadi lunak? Bukankah kamu yang menyarankan agar anak haram ini menjadi pengantin wanitanya menggantikan putrimu?" terus berjalan mendekat. "Aku sudah bilang agar dia tetap patuh. Berusaha mengambil hati suaminya. Tapi lihat yang dia lakukan," berteriak kuat. Semua urat di lehernya menyembul keluar. "Suaminya bahkan meninggalkannya di malam pengantin. Semua orang tengah menunggu untuk menertawakanku," dia menarik tubuh istrinya agar menjauh.
Brukk...
Nyonya Xiao terjauh di lantai.
Pria paruh baya itu menarik leher putrinya mencekiknya kuat.
Xiao Xinyi justru tertawa melihat tingkah gila ayahnya. "Lebih baik aku mati dari pada menjadi bonekamu."
"Kamu berani?" Amarah Tuan Xiao Tang semakin memuncak. Dia lebih mengencangkan cengkeraman tangannya. "Baik. Jika itu yang kamu inginkan. Aku juga tidak membutuhkan putri yang tidak ada harganya."
Gadis itu menahan rasa sakit luar biasa di lehernya. Nafasnya juga telah tercekat di tenggorokan.
Krekk...
Pintu di buka,
Xiao Wei di bawa pengawal pribadi Tuan Xiao Tang. Pedang telah menekan leher Tuan muda keempat itu.
Pria paruh baya itu menyunggingkan bibirnya dengan tatapan tajam. Dia melepaskan tangannya dari leher putrinya.
"Uhuhkk...uhuhkk..." Xiao Xinyi terjatuh di lantai merasakan udara baru bisa masuk ke dalam dadanya. Dia menatap kearah adiknya. "Ayah," dia berusaha merangkak kearah ayahnya. "Aku akan melakukan semua yang ayah katakan. Aku mohon jangan sakiti Xiao Wei. Dia masih kecil," air matanya menetes.
"Kamu hanya perlu menjadi mata dan telingaku saat ada di kediaman Ling," melemparkan botol di tangannya. "Minum ini jika kamu benar-benar bersedia melakukannya. Nyawa adikmu akan aku jamin dengan hidupku," Tuan Xiao Tang masih menunggu keputusan putri ketiganya.
Xiao Xinyi mengambil botol dari lantai.
"Tidak," Nyonya Xiao meraih botol dari tangan putri ketiganya. Dia menatap suaminya yang terlibat acuh tak acuh lalu menatap kearah Xiao Xinyi lagi. "Xinyi, kamu tidak bisa meminumnya."
Gadis itu menjulurkan tangannya menatap putus asa. "Ibu biarkan aku meminumnya."
Tangan Nyonya Xiao bergetar dia tidak lagi mampu menahan keputusan gadis di depannya. Dia memberikan botol itu.
Isi di dalam botol langsung di tenggak begitu saja. Gadis itu merasakan pahit, panas yang mulai menyebar di sertai rasa sakit di dadanya.
Tuan Xiao Tang melambaikan tangannya pelan.
Pengawal pribadinya melepaskan Tuan muda keempat dari penjagaannya.
"Racun bunga mati. Akan selalu bereaksi satu bulan sekali. Rasa sakitnya seperti ratusan tusukan di jantung," Tuan Xiao Tang berjalan pergi menuju keluar. Saat dia berada tepat di ambang pintu, "Tidak ada penawar. Tapi aku bisa memberikan obat penghilang rasa sakit jika kamu mampu menyelesaikan tugas yang aku berikan," melangkah pergi.
"Aaaaa..." Gadis itu berteriak kuat. Rasa sakit itu membuat Xiao Xinyi meringkuk di lantai tanpa mampu bangkit kembali.
Nyonya Xiao meraih tubuh gadis itu mendekapnya dalam pelukan. "Maafkan aku. Maafkan aku," rasa bersalah karena keegoisannya telah mendorong Xiao Xinyi dalam kesengsaraan.
"Kakak," Tuan muda keempat berlari mendekat kearah kakaknya. "Orang jahat," menunjuk kearah pintu keluar.