Suamiku Kau Rebut, Kudapatkan Papamu

Suamiku Kau Rebut, Kudapatkan Papamu

Bab 1 Penemuan Struk Penginapan

     "Ok, nanti kita ketemu, ya. I love you." Bima mengakhiri sambungan telponnya dengan seseorang di ujung telpon dengan mesra. Kalimat aku mencintai kamu dalam bahasa Inggris sudah dua kali dia dengar dari bibir suaminya, kala Sauza berhasil mengikuti Bima ke ruang kerjanya secara sembunyi-sembunyi.

     Bima menjauh dari kamar dan kini berada di ruang kerja hanya untuk menerima panggilan telpon dari seseorang. Sauza menajamkan pendengarannya, dan ternyata kalimat-kalimat mesra terdengar dari bibir Bima. Bukan saja sekali, tapi ini kali kedua Bima terdengar seperti itu. Dan ini sangat menyakiti hati Sauza.

    Sauza sudah tidak bisa menahan rasa penasaran dan sabar lagi. Dia harus meminta penjelasan dan menanyakan siapa sebenarnya lawan bicaranya di telpon tadi yang diberikan kalimat cinta itu?

     "Siapa yang kamu berikan kalimat aku cinta kamu itu, Mas?" cegat Sauza saat Bima melangkahkan kakinya keluar pintu ruang kerjanya. Bima tersentak kala mendapati Sauza di depan ruang kerjanya, wajahnya tiba-tiba pias dan sedikit memerah. Bima tampak sangat gugup.

     "Apa maksud kamu? Aku tidak bilang seperti itu, mungkin pendengaran kamu saja yang salah. Lagipula ngapain kamu jauh-jauh dari kamar kemari hanya untuk menguping pembicaraan aku dengan klien, seperti tidak ada kerjaan saja?" Bima balik kesal dengan sikap Sauza yang mempertanyakan ucapannya tadi di telpon.

     "Iya, kamu memang tidak bicara seperti itu, tapi kamu bilang i love you pada lawan bicaramu itu. Lalu kenapa juga kalau itu memang klien kamu, kamu harus jauh-jauh menerima telpon sampai ke ruang kerja segala? Mencurigakan banget," sergah Suaza menumpahkan unek-uneknya.

     Bima memejamkan matanya seakan baru sadar bahwa kini istri yang sudah dinikahinya hampir tiga tahun itu mengetahui gelagat mencurigakannya.

     "Kamu itu salah dengar. Sudah, jangan terlalu berprasangka buruk. Kamu ini sepertinya kelelahan karena seharian bekerja di rumah. Ayo, sebaiknya kita ke kamar. Nanti sore aku harus berangkat ke luar kota, ada pertemuan dengan klien. Jadi tolong, siapkan beberapa potong baju untuk aku bawa." Bima segera menarik lengan Sauza menuju kamarnya.

     "Tapi, Mas ...."

     "Sudah, jangan banyak bicara dulu. Sebaiknya kamu persiapkan keperluan aku." Bima menarik Sauza tidak sabar ke dalam kamar.

     "Tapi aku sudah dua kali mendengar pembicaraan kamu di telpon, dan mengucapkan cinta pada orang di ujung telpon." Sauza hanya mampu mengatakan kalimat itu di dalam hati saja.

     Sorenya tiba, satu buah koper yang sudah diisi barang-barang kebutuhan Bima sudah siap. Sauza tahu betul apa yang dibutuhkan Bima jika keluar kota. Kali ini rasanya Sauza berat untuk ditinggalkan jauh oleh Bima, dia seperti tidak rela.

      "Boleh Mas aku ikut, ingin rasanya aku ikut sama kamu, mendampingi kamu saat kerja keluar kota." Sauza merengek manja di lengan Bima.

     "Tidak bisa, Sayang. Lain kali pasti ada waktu untuk kita. Aku akan meluangkan waktu untuk we time. Kita akan bulan madu agar perut kamu cepat isi dan kita diberi momongan," hibur Bima seraya mengecup kening Sauza dan meraba perutnya yang rata.

     Sauza terlihat berkaca-kaca, dia begitu sedih mengingat dirinya sampai saat ini masih belum diberikan momongan. Pernah suatu kali Bima menanyakan tentang anak, sayangnya Sauza masih belum memberikan jawaban yang meyakinkan, karena pada dasarnya rahimnya belum ditumbuhi janin.

     "Sudah, jangan sedih. Lain kali kita pergi, ya. Sekarang aku harus segera pergi, aku takut kemalaman nanti dalam perjalanan." Bima merengkuh bahu Sauza lalu mencium kening perempuan cantik itu.

     Dengan hati yang terpaksa, Sauza melepaskan kepergian Bima. Bima meraih kopernya dan diseret keluar kamar, sementara Sauza mengikuti Bima. Namun Sauza kembali masuk karena ia takut ada barang lain yang ketinggalan Bima.

     "Tunggu sebentar, Mas." Sauza menuju meja rias, memindai meja itu memastikan tidak ada barang milik Bima yang tertinggal di sana. Lalu menuju lemari. Siapa tahu ada dalaman Bima yang masih tertinggal dan belum ia masukkan ke dalam koper. Semua aman, dan sepertinya tidak ada yang tertinggal.

     Sauza kembali dan membalikkan badan menuju pintu kamar. Namun, mata Sauza dibuat penasaran saat melihat secarik kertas mirip struk. Sauza meraih kertas itu yang ternyata memang secarik kertas struk pembayaran.

     Tulisan komputer terbaca dengan jelas, pembayaran penginapan dua hari di sebuah hotel yang sudah tidak asing di telinganya. Hotel bintang lima dengan bayaran sehari semalam yang lumayan.

    Kening Sauza mengkerut. Tanggal dan hari pembayaran penginapan hotel itu seakan sinkron dan mengingatkan Sauza pada keberangkatan suaminya bulan lalu ke luar kota.

     "Kota Cirebon? Struk pembayaran hotel milik siapa sampai sebesar ini? Bukankah satu bulan lalu Mas Bima keluar kota tapi bukan ke Cirebon?" Sauza membatin penasaran.

     Bulan yang lalu suaminya pamit keluar kota, katanya ke Bogor. Tapi kali ini ia menemukan bukti struk pembayaran penginapan hotel selama dua hari di kota udang itu. Sauza menyimpan rapi bukti struk itu. Dia punya firasat buruk dari bukti struk itu, sampai Sauza memutuskan kali ini nekad akan mengikuti ke mana Bima pergi.

     Sauza menyiapkan diri. Berdandan tipis menyisir rambut, menggunakan celana kulot dan menambahkan kardigan sebagai outer. Lalu menyiapkan masker, kaca mata hitam yang sudah ia masukkan ke dalam tas sampirnya.

     Sebelum keluar kamar, Sauza memesan grab untuk perjalanan pengintaiannya yang kali pertama ini dia lakukan atas kecurigaan terhadap suaminya.

     Sauza berjalan keluar kamar, lalu menuruni tangga dan menyusul suaminya yang sudah berada di halaman rumahnya memanaskan mobil. Tentu saja tas sampirnya ia sembunyikan di belakang tubuhnya, supaya tidak kelihatan suaminya.

     "Mas, kamu sudah siap?" sapa Sauza saat melihat Bima mencoba mobilnya digas dari dalam.

     "Kenapa lama banget di dalam?" bukan jawaban, melainkan kalimat protes dari bibirnya disertai mimik kesal.

     "Maaf, Mas," ucap Sauza sembari menghampiri suaminya dan meraih tangan Bima lalu menciumnya. Bima membalas dan mengecup bibir Sauza sekilas.

     "Hati-hati, Mas. Jangan lupa sebulan lagi anniversary tiga tahun pernikahan kita," ucap Sauza sembari melambaikan tangan pada Bima yang mulai melajukan mobilnya.

     "Tididdd."

     Bunyi klakson diperdengarkan satu kali oleh Bima tanda ia benar-benar pergi. Bersamaan dengan itu grab yang dipesan Sauza datang, Sauza keluar gerbang rumah dan mencegat grab itu yang ternyata pesanannya.

     Sauza menutup kembali gerbang rumah, lalu ia masuk ke dalam grab itu, duduk di belakang Supir.

     "Pak, tolong ikuti mobil berwarna krem metalik bernopol B 1 MA itu. Tidak usah dekat-dekat, Pak. Yang penting jarak aman dan terpantau." Sauza memberikan aba-aba pada Supir setengah baya itu.

     "Baik, Neng." Supir itu patuh, lalu segera melajukan mobilnya mengikuti mobil Bima.

NB: Bismillah, ini karya Author yang sudah beberapa bulan lalu di up di akun lama Author, dan ternyata kurang peminat. Pihak NT sudah mengijinkan karya ini di up di akun baru dengan syarat belum kontrak.

     Author ingin mengajak kalian ke suasana yang lain dengan cerita yang diluar abdi negara. Semoga kalian suka.

Terpopuler

Comments

Anna

Anna

Judulnya sja Thor bikin Asam Lambung🤣🤣

2025-01-29

1

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

baru baca aja udah nahan nafas kk...🤣

2025-01-29

1

cinta semu

cinta semu

awal baca aja ..dah penuh curiga ...kayak ny ni laki kebanyakan tingkah dech

2025-02-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!