Walaupun identitasnya adalah seorang Tuan Muda dari keluarga Dong yang terkenal di dunia kultivator, tapi Fangxuan menjalani kehidupan yang begitu sulit karena tidak memiliki jiwa martial seperti murid sekte yang lainnya.
Hidupnya terlunta-lunta seperti pengemis jalanan. Fangxuan juga sering dihina, diremehkan, bahkan dianggap sampah oleh keluarganya sendiri.
Mereka malu memiliki penerus yang tidak mempunyai bakat apapun. Padahal, keluarganya adalah keluarga terhebat nomor satu di kota Donghae.
Karena malu terhadap gunjingan orang, tetua sekte Tombak Api mengutus seorang guru untuk melenyapkan nyawa Fangxuan dengan cara membuangnya ke lembah Kematian Jianmeng.
Namun, nasib baik masih berpihak padanya. Fangxuan diselamatkan oleh seorang Petapa tua. Bukan hanya itu, Petapa tua tersebut juga mengangkatnya sebagai murid satu-satunya dan mewariskan seluruh ilmu kanuragan yang dimilikinya.
"Aku akan membalas mereka semua yang selama ini menindas ku. Tunggulah ajal kalian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lienmachan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Bab 12~Hutan Ilusi
Peserta yang tersisa lumayan masih banyak. Mereka kini sedang berada di persimpangan jalan, memikirkan untuk memilih jalur kiri atau kanan yang tampaknya sama-sama memiliki rintangan khusus.
Entah jalur yang mana yang akan membawa mereka langsung keluar dari hutan tersebut.
Disaat bimbang, sebagian orang yang berada di belakang Fangxuan seketika menyerobot tanpa berpikir karena dikejar sesuatu di belakang.
"Minggir ... minggir!" teriak mereka dengan ketakutan.
Mereka berlarian tak tentu arah, ada yang ke kiri dan ada pula yang ke kanan. Tak perlu perhitungan apapun saat ini, asalkan bisa selamat.
Makhluk mengerikan dengan bentuk tubuh yang sangat besar serta lidah yang banyak mirip dengan tentakel menjulur dan menggeliat. Mungkin, makhluk itulah yang tadi membelit peserta yang mengambil barang-barang berharga di dalam hutan penyerap jiwa.
"Whoooaaaa!" pekik semua orang ketika melihat penampakan makhluk mengerikan yang berada tak jauh dari mereka.
GROOOOOAAARRRR
Makhluk itu mengaum dengan sangat keras, menampakkan keganasannya. Semuanya bergidik sambil menutup telinga saat makhluk itu menjerit sangat keras.
Belum sempat mereka tersadar, lidah-lidah itu menjulur kearah para peserta yang masih diam di tempatnya sambil menutup telinga. Akibatnya, mereka terbelit kemudian tertarik kearah makhluk itu dan langsung ditelan hidup-hidup.
"Aaaaaarrrggghhh!" rintihan kesakitan terdengar sebelum mereka tercekik kemudian hilang begitu saja masuk ke dalam perut makhluk ganas tersebut.
Sungguh kejadian yang sangat mengerikan. Bukan hanya satu, tapi makhluk itu bisa menelan sepuluh orang dalam sekali telan. Bisa kalian bayangkan, mulut yang besar serta lebar dengan sepuluh lidah panjang di dalamnya.
Jika dilihat dari wujud dan kekuatannya, sepertinya makhluk tersebut berada di tahap bumi level enam.
Andai bisa menaklukan dan mengambil inti monsternya, mungkin bisa menjadi pendekar sakti tak tertandingi.
Tapi, bagaimana caranya?
"Fangxuan, Lee, ayo!" Ling-ling menarik tangan keduanya karena mereka hanya diam melongo. Bergegas ketiganya pergi guna menjauhi makhluk mengerikan tersebut.
Persetan dengan jalur yang akan dilalui, asalkan segera meninggalkan tempat tersebut untuk segera keluar dari hutan ini.
"Hah ... hah ... hah!"
Napas semua orang terengah. Mereka sangat kelelahan setelah melewati kejadian tadi. Padahal, ini masih tahap pertama, tetapi rintangannya sangat sulit dan juga sudah banyak korban berjatuhan.
Ya, Dewa!
"Aku sudah tak sanggup berjalan lagi," keluh Chan Lee dengan napas terengah-engah. Pemuda itu tampak memijat kakinya sembari mengelap keringat yang membanjiri pelipis serta tubuhnya. Bukan hanya pemuda itu saja, sebagian peserta yang lain pun memiliki keluhan yang sama.
"Bersabarlah! Sebentar lagi kita akan keluar dari tempat ini," ujar Fangxuan menenangkan.
"Tapi aku sudah tak sanggup, Fangxuan. Kompetisi ini terlalu mengerikan," desis Chan Lee dengan nada bergetar.
Chan Ling mendelik kesal sambil menendang tulang kering kakaknya hingga jatuh. "Ini baru tahap pertama dan kau sudah menyerah?!" ejeknya.
Gadis itu berjongkok, kemudian memegang kedua pundak Chan Lee sambil berkata, "Kau harus bertahan, Lee! Ingat, bukan cuma menjadi seorang prajurit khusus, tapi kau juga bisa mengasah kemampuanmu di kompetisi ini. Bukankah kau ingin membuktikan kepada seluruh keluarga Chan, bahwa kau adalah pemuda hebat!" seru Chan Ling mengingatkan kembarannya.
"Asalkan kita selalu waspada, maka kita akan selamat." timpal Fangxuan menenangkan.
Chan Lee terdiam sejenak, kemudian berdiri sambil mengepalkan tangannya. "Kalian benar, Ling'er, Fangxuan. Aku harus membuktikan bahwa aku bukan anak lemah seperti yang mereka katakan,"
Chan Ling melirik Fangxuan sambil tersenyum. "Kau juga, bodoh. Kau harus kuat agar keluargamu bangga padamu!"
Namun, Fangxuan berbalik sambil mengatakan sesuatu yang membuat si kembar Chan menatap tak enak. "Aku tidak punya keluarga. Aku hidup sebatang kara," akunya.
Kedua Chan saling pandang sebelum Chan Ling meminta maaf. "Maafkan kami, Fangxuan. Kami tidak tahu kalau__"
Fangxuan mendongak sambil tertawa kecil. "Ah, tidak apa-apa, Ling-Ling, Lee. Ya sudah, ayo cepat, takut tertinggal sama yang lain!"
Kedua Chan itu pasrah mengikuti tarikan tangan Fangxuan di depannya. Ketiganya membaur kembali bersama yang lainnya untuk melanjutkan perjalanan.
Ternyata, yang dilalui mereka adalah jalur kiri dengan rintangan hutan ilusi. Jika bisa melewatinya, maka mereka otomatis tiba di gerbang terakhir hutan penyerap jiwa. Namun jika tidak, maka mereka akan terjebak selamanya di tempat ini.
Sedangkan di jalur kanan, terdapat rintangan lumpur penghisap sebelum mereka menemui gerbang keluar dari hutan ini. Lumpur penghisap, mirip dengan pasir hisap yang ada di gurun pasir. Jika ada orang yang menginjaknya, maka orang itu akan tenggelam di lumpur penghisap dan tak bisa keluar lagi. Karena, tubuh mereka otomatis tersedot ke bawah dan pastinya akan mati.
Fangxuan dan yang lainnya sedang berjalan di jalur kiri, yaitu rintangan hutan ilusi. Sesuai namanya, hutan ilusi selalu menampilkan sesuatu untuk mengecoh pikiran kita. Jika kita tidak fokus, maka ilusi itu akan membawa kita menuju bahaya atau bahkan kematian.
Seperti saat ini yang terjadi pada semua peserta yang melewatinya, termasuk Fangxuan. Padahal, pemuda itu sendiri sudah berusaha memfokuskan pikirannya. Namun ternyata, hutan ilusi masih bisa menarik perhatiannya untuk tinggal lebih lama di sini.
Ketika sedang berjalan, tiba-tiba Fangxuan melihat ibunya tengah bersimpuh dengan sekujur tubuh bersimbah darah. Di depannya, sang ayah bersiap mengayunkan pedang untuk menebas kepala ibunya agar terpisah dari tubuh.
"Ibu!" Fangxuan memanggil panik. Gegas tungkainya melangkah menghentikan aksi Dong Fanglei ketika hendak menebas kepala ibunya. "Ayah, jangan lakukan itu!" ujarnya dengan tangan terulur.
Mendengar teriakan Fangxuan, seketika si kembar Chan pun menoleh kearahnya dengan tatapan bingung.
Wanita yang mirip Liu Xiyue itu berdiri dan langsung menghampiri putranya dengan wajah sumringah.
"Putraku!" ucapnya dengan berlinang air mata. "Ke mana saja kau, Nak? Ibu sangat merindukanmu!" lanjutnya sembari mengulurkan tangan, berharap bisa menyentuh wajah Fangxuan.
Fangxuan menatap sedih melihat kondisi ibunya yang tak karuan. Tubuh kurus dipenuhi luka serta darah yang masih menetes segar. Seketika amarah Fangxuan berkobar.
Netra elang itu menukik tajam, melirik sengit sang ayah yang memandang remeh padanya. Bahkan, pria paruh baya tersebut mencemooh Fangxuan dengan kata-kata ejekan sehingga amarahnya semakin terpancing.
"Dong Fanglei!" teriak Fangxuan seketika hendak menerjang ke arah sang ayah.
Namun, tangan si kembar Chan segera meraih tubuh Fangxuan dan mendekapnya erat.
"Apa yang kau lakukan, Fangxuan? Kau ingin mati, heh?!" bentak keduanya serempak.
Fangxuan memberontak sembari mengepalkan tinjunya. "Akan ku bunuh pria jahat itu! Dia telah menyiksa Ibuku dengan kejam," cetusnya sembari terus meronta. Tatapan marah Fangxuan membuat pria yang mirip ayahnya itu tertawa mengejek.
"Hahaha. Kemari lah, Nak. Dekati aku, bunuh aku, maka kau bisa bersama Ibumu!"
"Baji*ngan, brengsek, bedebah. Ternyata selama ini kau hanya berpura-pura baik. Akan ku bunuh kau, pria brengsek!" Fangxuan mengamuk tak henti.
Bahkan, kedua Chan sampai kewalahan menahan tubuh Fangxuan yang terus meronta ingin lepas.
"Fangxuan, sadarlah!"
...Bersambung ......
Lanjutkan 👍👍👍