NovelToon NovelToon
Kehidupan Kedua

Kehidupan Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.

Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.

Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.

Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?

*

Ig: aca0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Senandung rembulan. Nama yang indah, namun tidak ada yang bisa diharapkan dari gadis berusia tujuh belas tahun itu. Di anak tiri kan di keluarga sendiri sudah cukup membuat hidupnya menyedihkan, ditambah lagi harus mendapat bullying di sekolah.

Sungguh rasanya sena tak sanggup. Ayahnya lebih menyukai Bara, kakak sulungnya yang usianya satu tahun diatas Sena. Ibunya lebih menyukai Bella, adiknya yang satu tahun di bawahnya.

Orang tuanya masing-masing memiliki anak emas mereka. Mereka tidak satupun peduli pada anak tengahnya, membiarkan Sena mengalami berbagai macam kesulitan.

Sena, Bara dan Bella satu sekolah. Mereka bersekolah di sekolah elit milik orang terkaya di kota Limerick, Tiran bisnis kejam yang sudah menguasai Limerick selama satu dekade.

Bara dan Bella sepakat untuk menyembunyikan fakta tentang Sena yang masih memiliki hubungan darah dengan mereka. Bara dan Bella murid famous dengan circle yang tak main-main.

Sena? Jangan tanya. Ia hanya Upik abu yang sering ditindas. Bukan Sena tidak bisa melawan, ia sering mencoba membela diri yang berakhir dengan di skors.

Jika sudah di skors maka ayahnya akan marah besar dan memukulinya. Apapun yang sena lakukan tidak pernah berakhir baik.

Belakangan ini Sena memilih pasrah saat di bully. Lagipula jika ia berusaha membela diri, ia sendiri yang akan dirugikan. Sena memilih menerima segala macam perlakuan buruk tanpa seorangpun yang peduli.

"Bangun jalang! Merangkak ke kantin!"perintah siswi berdandan menor. Dia Nadine Alexandra, anak kepala sekolah sehingga bisa leluasa menindas murid lain.

Ratu bully adalah gelar yang tersemat pada Nadine, tidak ada yang berani melawannya, itu juga yang membuatnya semena-mena.

"Tapi-"wajah Sena berubah keruh, mengepalkan tangan dan ingin menolak. Belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya, ia merasakan punggungnya di tekan keras. Sena di paksa merangkak.

"Kalau aku perintahkan merangkak ya merangkak. Kau kan anjing, jadi turuti kata-kataku. Aku majikanmu, jika tidak aku akan minta ayahku untuk mendepakmu dari sekolah."kata Nadine bengis, ujung sepatunya menginjak punggung tangan Sena sampai memerah.

Terpaksa Sena menurut. Ia mulai merangkak seperti anjing, dari koridor kelas sepuluh sampai ke kantin.

Murid-murid yang melihat itu bukannya menolong dan berinisiatif menolong, mereka malah tertawa keras, mengejek dan melontarkan hinaan.

"Anjing baru Nadine!"

"Dia cukup cantik. Ah, aku penasaran bagaimana rasa tubuhnya."

"Cih, dia tidak selevel dengan mu."

"Ya, kau benar."

Mereka menertawakan Sena berserta beberapa kata-kata pelecehan yang menjijikan.

"Bara!"Nadine memanggil Bara yang datang bersama Bella, adiknya. Mereka akrab karena satu geng. Bukan rahasia lagi kalau Nadine dan Bara beberapa waktu lalu tengah menjalin hubungan, mereka pasangan yang serasi.

"Hei, nad. Apa yang kau lakukan?"Tanya Bara melirik Sena acuh tak acuh. Sena melihat pria itu tersenyum mengejeknya. Dia kakak yang buruk.

"Aku mendapatkan anjing baru."beritahu Nadine menunjuk Sena dengan kaki.

"Wah, aku boleh memberinya makan?"tanya Bella polos. Lebih tepatnya pura-pura polos.

"Tentu."

Sialan. Sena tidak bisa menerima lagi penghinaan ini. Ia mengepalkan tangan dan berdiri, persetan jika setelah ini ia akan di keluarkan dari sekolah. Sena sudah tidak peduli lagi.

"Kalian benar-benar tidak berperasaan. Kau lebih pantas menjadi anjing Bella!"Bentak Sena menarik keras rambut lurus terawat Bella.

"Aw! Apa yang kau lakukan sialan?"Bella berteriak kesakitan, "Abang, tolong aku!" Dia mulai menangis.

"Lepaskan Bella, sen."Bara mengepalkan tangannya, rahangnya mengetat, dia maju menarik tangan Sena kemudian menyentak keras agar terlepas dari kepala Bella.

"Aku juga adikmu, Bara. Kenapa kau hanya membela Bella, aku juga darah daging Lewis Avram. Aku juga anak keluarga Avram, kenapa kalian memperlakukan dengan berbeda?" Tanya Sena mendorong Bella ke depan. Suaranya keras hingga semua orang bisa mendengar.

Bisik-bisik mulai terdengar, mempertanyakan kebenaran kata-kata Sena. Tapi, tentu sebagian besar tidak percaya.

"Benarkah dia adikmu?"Tanya Nadine tidak percaya.

"Tidak! Dia bukan kakakku."teriak Bella histeris, dia hendak maju untuk menampar Sena namun ditahan oleh Bara.

"Kau sudah kelewatan Sena. Ikut aku!"Bara menarik tangan Sena dan menyeret gadis itu ke gudang sekolah.

Bella serta Nadine dan antek-anteknya mengikuti dari belakang.

Bara membawanya ke gudang sekolah, disana dia menendang Sena hingga tersungkur di lantai. Tak berhenti disana, Bara mengambil tongkat bisbol lalu menggunakannya untuk memukul Sena.

"Ampuunn...jangan pukul aku,"mohon Sena meletakkan tangannya diatas kepala demi melindungi kepalanya dari pukulan Bara.

"Maka tutup mulutmu! Aku tidak sudi punya adik seperti mu."desis Bara, dia berjongkok untuk menarik rambut Sena, memaksanya mendongak.

" Well, mainan kita hari ini,"ucap Nadine melipat tangannya di depan dada, dia memberi isyarat pada teman-temannya supaya mendekati Sena.

"Hahahaha..."

Sena mendengar suara tawa mengejek, berdengung di telinganya, ia ingin melawan tapi kalah jumlah. Dua orang teman Nadine memegangi tangannya.

"Kau pasti lapar, aku membawakan makanan untukmu."Bella bergabung, di tangannya membawa plastik yang berisi cairan hitam.

Apa itu?

Menyadari arah tatapan Sena membuat Bella tertawa ceria sambil mengangkat plastik yang dibawa, "ini comberan yang baru saja aku ambil. Cobalah."

Sena menggeleng, ia tidak akan mau mencicipi cairan mengerikan itu. Tidak!!!

Tapi Bella memaksa, ia membuka paksa mulut Sena dan memasukkan isi plastik itu kedalam mulutnya.

"Huk..huk.."Sena terbatuk-batuk, ia benci tidak bisa melakukan apa-apa.

Tuhan! Apa salah Sena? Kenapa orang-orang ini membully nya?

"Ayo pergi! Biarkan saja dia disini," kata Nadine. Sementara Bara sudah pergi sejak tadi, sejak Nadine dan teman-temannya datang.

Sekarang tinggal Sena sendirian, wajah dan tubuhnya penuh lebam, seragamnya basah oleh cairan hitam menjijikkan. Gadis itu perlahan berdiri, ia tertatih-tatih keluar dari gudang. Langkah kakinya membawanya ke atap sekolah. Ia bersyukur saat ini sedang jam pelajaran jadi hanya sedikit murid yang ada di luar kelas.

Tangannya yang terluka dipukuli Bara ia paksa untuk membuka pintu menuju atap. Sena berjalan menuju pembatas, merentangkan tangannya sambil menikmati angin yang berhembus dan menikmati rasa sakitnya.

Setetes air mata keluar dari sudut matanya, wajahnya saat ini sangat mengerikan, luka-luka di wajah dan bekas air comberan di bibirnya membuatnya mual.

"Hoek.."Sena memuntah isi perutnya. Matanya tertuju ke bawah, saat itu entah kenapa ia melihat dibawah sana sangat indah, ada dorongan kuat untuk terjun ke bawah sana.

Lompat saja, Sena! Tidak ada yang menginginkanmu.

Suara dalam kepala Sena memerintahkannya untuk melompat.

"Haruskah aku melakukannya sekarang?"gumam Sena, semakin ia melihat kebawah semakin kuat dorongan itu.

Semua orang membencimu, lompat! Bunuh dirimu!

Ya, benar. Tidak ada gunanya hidup. Sena tersenyum pahit, perlahan kedua kakinya sudah berdiri diatas pembatas.

Tanpa Sena ketahui seseorang berjalan mendekat, dia tersenyum sinis. Orang itu berdiri tepat di belakang Sena, mendorong tubuh gadis itu menggunakan kakinya. Lalu tanpa ada seorangpun yang bisa mencegah, tubuh Sena terjun bebas ke bawah sana.

Brak!

Sebagian badannya hancur kala mendarat di lapangan sekolah. Ia dapat merasakan rasa sakit luar biasa, hanya sebentar lalu kesadarannya hilang. Mati.

...***...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!