Dinda,Arin,Dimas,Dani dan Wiira berencana mengisi liburan setelah ujian akhir sekolah,mereka berencana pergi ke naik ke gunung ciremai.
Fadilah dan Farhan teman teman Dani yang mendengarnya ikut bergabung,mereka adalah seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi dikota Jakarta sedang liburan ditempatnya Dani.
Mereka tak menyangka liburan mereka jadi bencada dan mengakibatkan kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JK Amelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gangguan-gangguan yang dialami tim SAR
Dinda terbangun oleh suara kicau burung yang terdengar disekitarnya,matahari menerobos lewat lebatnya daun-daun pohon besar.
"Jam berapa ini,"Dinda melihat jam tangannya,tapi jam tangan itu masih mati dan tidak berfungsi,Dinda memeriksa HPnya masih tetap tidak ada sinyal,sementara perutnya sudah berbunyi,ia berdiri hendak mencari sesuatu yang bisa dimakan.
"Aku lapar sekali,kenapa kemarin aku tidak makan,makanan yang mereka sodorkan yah,tapi aku juga takut memakannya bagaimana kalau mereka membubuhkan racun pada makanannya,hih...,"Dinda bergidik,bergumam,berbicara dengan dirinya sendiri.
Dinda kemudian bangun,ia ingin melanjutkan mencari jalan keluar hutan,ia coba mengingat-ingat jalan yang harus dilalui,ia terus berjalan sambil mencari tanaman atau buah-buahan yang bisa dibuat menganjal perut,sudah berhari-hari Dinda cuma bisa mengandalkan apa yang ada dihutan untuk menganjal perutnya.
Sementara diluar hutan,para anggota tim SAR sedang mengadakan rapat,banyak dari anggota tim SAR yang dipulangkan karena sakit,setelah peristiwa kesurupan semalam,banyak anggota tim SAR tiba-tiba badannya panas dan mereka harus dilarikan kerumah sakit.
Terlihat ditenda yang besar para anggota tim SAR sedang berdebat,antara meneruskan atau menyudahi pencarian,karena jejak Dinda dan Dimas tak juga ditemukan,hanya sweater milik Dinda dan itu tidak bisa membawa mereka menemukan Dinda.
Ditenda lain Yanti Ibunya Dinda terbaring,sudah beberapa hari sejak Dinda hilang ia tidak mau makan,kalaupun makan itu juga harus dipaksa,pak Santoso Bapaknya duduk ditepi tempat tidur lipat,ia membujuk agar Yanti,mau pulang menunggu dirumah melihat kondisinya yang semakin lemah.
"Yanti bangun nak makan dulu."
"Aku tidak lapar pak,aku tidak mau pergi dari sini sampai Dinda ketemu,"ujar Bu Yanti.
Pak Santoso menghela nafas panjang,pak Santoso bingung bagaimana caranya ia dapat membujuk anaknya untuk pulang,ia mendengar dari rapat tim SAR kalau pencarian akan dihentikan dan besok adalah hari terakhir pencarian.
Pak Santoso mengusap rambut Yanti dan bergumam,"Bapak janji,bapak akan membawa Dinda pulang,walaupun mereka akan menghentikan pencarian,Bapak akan tetap mencarinya,Bapak yakin Dinda masih hidup,"ujar pak Santoso,meletakan piring makanan dimeja kecil,ia kemudian keluar.
Siang itu pencarian pun kembali dilakukan,karena kurangnya tenaga,akhirnya tim dibagi menjadi dua,seperti biasa pak Santoso kakeknya Dinda ikut bersama rombongan pak Yitno,mereka bermaksud kembali kearea Sendang dan air terjun.
Sepajang jalan mereka meneriakan nama Dinda dan Dimas,tapi sampai menjelang sore mereka tidak juga menemukan jalan kearah air terjun.
"Bagaimana ini pak Santoso,kita hanya berputar-putar tapi tidak bisa menemukan jalan menuju curug,"ujar pak Yitno mengajak semua orang berhenti,terlihat semua anggota tim sudah kelelahan.
"Sepertinya ada yang tidak suka kita menemukan tempat itu,"sahut pak Santoso.
"Jadi bagaimana nih pak,apa kita istirahat saja dulu,"kata pak Yitno lagi.
Beberapa anggota tim setuju dengan usul pak Yitno,mereka sudah sangat lelah.
"Baiklah pak,tapi besok apa kita lanjutkan pencarian kita pak?Saya dengar pencarian akan dihentikan?"sahut pak Santoso,wajahnya terlihat sedih.
Tiba-tiba kabut tebal mulai menyelimuti hutan,sama seperti kemarin,pandangan mereka jadi terhalang,jarak pandang mereka hanya beberapa meter saja.
Mereka semua duduk bekumpul bergerombol,semua anggota saling berpegangan agar mereka tidak terpisah.
Pak Yitno duduk disamping pak Santoso,"maafkan saya pak Santoso,ini sudah hari ketujuh,dan ini hari terakhir,kalau pak Santoso yakin cucu Bapak masih hidup,saya akan mengajukan perpanjangan pencarian dan minta tambahan tim,"kata pak Yitno sambil mengedarkan pandangan di sekeliling hutan.
Kabut tebal yang menyelimuti membuat tubuh mereka menginggil kedingingan,mereka segera memakai jaket mereka,tiba-tiba ketika semua sedang beristirahat,terdengar suara angin bergemuruh, mengoyangkan batang-batang pohon meliuk kesana kemari.
"Semua orang tenang,semua cari pegangan,"perintah pak Yitno.
Semua orang mencari batang pohon yang bisa mereka pegang,terlihat pak Santoso terhuyung terbawa angin.
"Pak cepat pegang tangan saya,"pak Yitno mengulurkan tangannya dan meraih baju pak Santoso.
Setelah berhasil menarik baju pak Santoso,pak Yitno berusaha menariknya.
"Adzan,cepat adzan,"ucap pak Santoso ditengah riuhnya angin yang menerjang.
"Apa pak?"pak Yitno dan yang lainnya kurang jelas mendengar ucapan pak Santoso.
"Adzan,7 orang suruh adzan kalau mau angin ini berhenti,"ujar pak Santoso sambil berteriak.
"Akhhh......"
"Hup......."
Pak Yitno berhasil menarik tubuh pak Santoso dan ia kembali menyakan apa yang diucapakan pak Santoso.
"Pak!! Tadi Bapak ngomong apa?"teriak Pak Yitno.
"Perintahkan 7 orang untuk adzan,"jawab pak Santoso,sambil berpegangan pada pohon,ia terus berzikir dalam hati.
"Apa pak?"Ulang pak Yitno.
Pak Santoso mendekati pak Yitno,"suruh 7 orang untuk adzan dan yang lainnya berzikir,"ucap pak Santoso.
"Oh...,"pak Yitno berteriak pada semua orang,"siapa yang bisa adzan,kumandangkan adzan, sebanyak 7 orang dan yang lain berzikir,"perintah pak Yitno.
Suara angin bertambah kencang seolah-olah tidak ingin yang lain mendengarkan.
"Apa pak?"ujar salah seorang dari mereka,memakai bahasa isyarat.
Pak Yitno sadar suaranya tidak akan mungkin didengar,lalu ia mengerakan bibirnya dan tangannya,memberitahu dengan bahasa isyarat.
Lalu setelah itu terdengar suara adzan berkumandang,sebanyak 7 orang melantunkan adzan.
"Allahu akbar,Allahu akbar....,"suara adzan berkumandang,mengema keseluruh hutan terbawa angin kencang.
Perlahan-lahan angin pun mereda,setelah adzan berhenti pusaran angin yang besar pun hilang tak semua tampak kembali tenang,ketika kabut dan angin besar hilang suasana hutan berubah menjadi gelap.
Semua orang terkejut,kejadian kemarin berulang lagi.
"Pak apa kita tidak sebaiknya kembali saja,"ujar salah seorang anggota tim SAR.
Pak Yitno menatap pak Santoso,terlihat ada gurat kesedihan dan permohonan diwajahnya,kemudian ia memerintahkan semua anggota tim melanjutkan kembali pencarian.
Sementara didalam Gua,dua orang sedang mengadakan ritual disekeliling mereka terdapat lilin dan didepan mereka ada sesaji beserta jejeran lilin.
Tiba-tiba ada hembusan angin yang sangat besar membuat semua lilin mati,dan sesaji didepan tumpah berantakan semua cawan yang berisi darah berantakan,kedua orang itu terjungkal seperti ada yang menghantam,keduanya terkapar mengerang kesakitan.
"Akhhhhh...."
"Ssstttt......"
"Aduh........."
"Huekkkk....."
Darah segar keluar dari mulut salah seorang,ternyata peremuan, kemudian ia duduk bersila dan memejamkan matanya mengatur nafas.
Sementara yang laki-laki berdiri ia menatap kesekitarnya,ia kemudian mengendus dan memejamkan mata,setelah beberapa saat ia menatap perempuan dibelakangnya yang telah selesai bersemedi.
"Mereka nekat ingin masuk area sini,sudah saatnya kita beri mereka pelajaran yang lebih lagi,mereka sudah kita beri peringatan,tapi mereka tidak mengindahkannya,ayo kita bermain malam ini,"ujar yang laki-laki.
"Aku suka bermain,ayo kita lihat seberapa beraninya mereka,"sahut perempuan itu sambil tersenyum sinis.
Ditempat lain,Dinda yang tidak juga bisa menemukan jalan keluar bergegas mencari tempat untuk bersembunyi,suara hewan malam begitu menakutkan dihutan yang lebat,apalagi dia seorang diri.
Dalam gelap hutan,hanya diterangi cahaya bulan yang samar-samar Dinda mencari tempat untuk istirahat dan bersembunyi.
"Grosakkk..."
Suara ranting yang diinjak terdengar dibelakangnya,Dinda tidak menghiraukan suara itu,ia terus berjalan sambil membaca doa meminta keselamatan,tubuh yang letih,perut yang hanya diisi dedaunan dan buah-buahan yang ia jumpai dijalan membuat jalannya terseok-seok.
"Grosakkkk....."
"Grosakkkk....."
"Geurrrmm..."
Suara langkah kaki terdengar lagi,kini disertai geraman.
"Ya Allah tolong hamba,jangan ada lagi suara itu,jangan ada lagi mahluk halus yang mengangguku,tolong hambamu ini ya Allah,"Dinda terus berdoa dan meminta pertolongan dari Allah,ia mulai ketakutan.
Seketika suara itu hilang,Dinda pun menoleh dan melihat sekeliling,semua sepi,hanya suara hewan malam yang terdengar,tapi ketika Dinda berbalik dan hendak melanjutkan jalan.
"Wuzzzz...."
Ada ada angin yang berhembus didepannya,tiba-tiba seseorang sudah berdiri dihadapannya.
"Kamu?"Seketika Dinda merasakan tengkuknya ada yang memukul dan ia merasakan semuanya gelap.
kembali jadi ke aslinya kakek peot
dr awal aku juga udah curiga sama Dimas...
tengah malam puncak ritual
Dinda di buat telanjang
di depan pemuja setan ?
kabur ketangkep mulu
banyak jiwa Gentayangan
biarpun minim bekal nya
kakek dan Dinda butuh pertolongan secepatnya.
good luck Dani
mudah-mudahan dukunnya hebat aja ini ya ... kekuatan hitam dilawan kekuatan hitam juga... takutnya Dani nih malah meninggoy gimana....
perempuan itu
pemuja setann , sulit sekali di lawan
hutan mnjd angker karna banyak penganut iblis yang bebas melakukan ritual disana
bersekutu dgn ibliss
gaya nya sombong pula ,
tapi ngga tegas ,
pulang saja ,
ibu sama kakeknya juga blm kasih ijin ,