NovelToon NovelToon
Cahaya Ditengah Hujan

Cahaya Ditengah Hujan

Status: sedang berlangsung
Genre:Slice of Life
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: 1337Creation's

"Cahaya di Tengah Hujan"
Rini, seorang ibu yang ditinggalkan suaminya demi wanita lain, berjuang sendirian menghidupi dua anaknya yang masih kecil. Dengan cinta yang besar dan tekad yang kuat, ia menghadapi kerasnya hidup di tengah pengkhianatan dan kesulitan ekonomi.

Di balik luka dan air mata, Rini menemukan kekuatan yang tak pernah ia duga. Apakah ia mampu bangkit dan memberi kehidupan yang layak bagi anak-anaknya?

Sebuah kisah tentang cinta seorang ibu, perjuangan, dan harapan di tengah badai kehidupan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 1337Creation's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jakarta dan Harapan baru

Bab 30: Jakarta dan Harapan Baru

Setelah menempuh perjalanan panjang dengan bus, akhirnya Rini dan Bu Lastri tiba di Jakarta. Begitu turun dari kendaraan, Rini langsung disambut oleh hiruk-pikuk kota yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Gedung-gedung tinggi menjulang ke langit, kendaraan berlalu lalang tanpa henti, dan lampu-lampu kota yang begitu terang meskipun matahari masih bersinar. Rini terpaku sejenak, matanya berkeliling menyaksikan kemegahan yang kontras dengan kehidupannya di kampung.

"Bu... tempat ini luar biasa," gumam Rini dengan mata terbelalak.

Bu Lastri tersenyum. "Iya, Jakarta memang selalu ramai. Ini baru pagi, nanti malam lebih gemerlap lagi."

Rini mengangguk, masih mencoba mencerna semua yang ia lihat. Namun, ia tidak bisa larut dalam kekaguman ini terlalu lama. Ada yang lebih penting—Nayla.

Mereka segera memesan taksi dan melaju ke rumah sakit yang telah ditentukan.

---

Tiba di Rumah Sakit

Begitu sampai, Rini langsung menggendong Nayla yang masih lemas. Tubuh anak itu semakin kurus dan wajahnya begitu pucat.

Seorang perawat segera menyambut mereka dan membawa Nayla ke ruang gawat darurat. Rini hampir menangis saat melihat dokter dan perawat bekerja menangani anaknya.

"Nayla akan baik-baik saja, kan, Bu?" Rini bertanya pada Bu Lastri dengan suara bergetar.

Bu Lastri menepuk bahu Rini dengan lembut. "Tenang, Rini. Kita sudah di rumah sakit terbaik. Nayla pasti mendapatkan perawatan terbaik."

Tak lama, seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan dan menghampiri mereka.

"Siapa keluarga pasien Nayla?"

Rini maju dengan gugup. "Saya ibunya, Dok."

Dokter itu mengangguk dan melihat catatan medis di tangannya. "Baik, setelah kami melakukan pemeriksaan awal, kami menemukan bahwa Nayla mengalami infeksi jamur di paru-parunya. Keadaannya cukup serius dan harus segera ditangani."

Rini meremas ujung bajunya dengan gelisah. "Apa yang harus kami lakukan, Dok?"

Dokter menarik napas panjang. "Nayla memerlukan tindakan operasi. Namun, dokter spesialis yang akan menangani operasinya sedang bertugas di rumah sakit lain. Ia baru bisa kembali dalam waktu seminggu. Jadi, selama seminggu ini, Nayla akan dirawat di sini terlebih dahulu untuk memperkuat kondisinya sebelum operasi dilakukan."

Mata Rini berkaca-kaca. "Seminggu? Apakah Nayla bisa bertahan selama itu?"

Dokter mengangguk meyakinkan. "Kami akan memberikan perawatan terbaik. Nayla sudah mulai diinfus dan diberikan obat untuk meringankan gejalanya. Kami juga akan mengawasi kondisinya secara ketat."

Rini menghela napas lega, tetapi tetap ada kekhawatiran di hatinya.

"Berapa biaya operasinya, Dok?" tanya Rini dengan suara gemetar.

Sebelum dokter sempat menjawab, Bu Lastri langsung angkat bicara. "Tidak usah khawatir soal biaya, Rini. Aku yang akan membayar semuanya."

Rini terkejut dan menatap Bu Lastri dengan mata penuh haru. "Bu... saya benar-benar tidak tahu harus berkata apa..."

Bu Lastri menggenggam tangan Rini. "Yang penting sekarang Nayla selamat. Uang bisa dicari, tapi nyawa anakmu lebih berharga."

Rini tidak bisa menahan air matanya. Ia merasa sangat beruntung memiliki Bu Lastri di sisinya.

---

Menyesuaikan Diri dengan Jakarta

Selama seminggu ke depan, Rini dan Bu Lastri harus tinggal di Jakarta untuk menemani Nayla di rumah sakit.

Hari pertama terasa begitu melelahkan bagi Rini. Ia hampir tidak tidur semalaman karena terus mengawasi Nayla di ranjang rumah sakit. Gadis kecil itu masih terlihat lemah, tetapi wajahnya sedikit lebih segar dibanding saat mereka tiba.

Di sela-sela menunggu, Rini sesekali keluar rumah sakit untuk mencari makanan atau sekadar menghirup udara segar. Namun, setiap kali ia melangkah keluar, ia selalu merasa bingung dan kagum sekaligus.

"Jakarta benar-benar berbeda dengan kampung..." pikirnya.

Ia melihat orang-orang berjalan cepat dengan wajah serius, mobil-mobil mewah berseliweran, dan berbagai bangunan megah berdiri kokoh di sepanjang jalan.

Saat ia berjalan di trotoar, ia melihat toko-toko besar dengan berbagai barang yang harganya tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ada restoran mahal, kafe modern, dan pusat perbelanjaan yang bahkan lebih besar dari seluruh pasar di kampungnya.

Rini berhenti sejenak di depan sebuah etalase toko pakaian. Ia melihat gaun indah yang harganya mencapai ratusan ribu rupiah.

"Uang sebanyak ini di kampung bisa untuk makan sebulan..." gumamnya.

Tiba-tiba ia merasa kecil di tengah megahnya kota ini.

Namun, ia menggelengkan kepalanya dan kembali ke rumah sakit. Ia tidak boleh terhanyut dalam perbedaan ini. Yang paling penting saat ini adalah Nayla.

---

Harapan Baru

Malam harinya, saat Rini kembali ke kamar rumah sakit tempat Nayla dirawat, ia melihat anaknya sudah tertidur dengan tenang. Bu Lastri duduk di samping ranjang, tersenyum melihat Nayla yang beristirahat.

"Bagaimana di luar?" tanya Bu Lastri.

Rini menghela napas. "Jakarta luar biasa... tapi juga membuatku merasa asing."

Bu Lastri tersenyum lembut. "Wajar. Aku juga dulu pertama kali datang ke sini merasa seperti itu. Tapi lama-lama terbiasa."

Rini duduk di kursi di samping ranjang Nayla. "Saya benar-benar berterima kasih pada Ibu. Kalau bukan karena Ibu, saya tidak tahu bagaimana nasib Nayla sekarang."

Bu Lastri menggenggam tangan Rini. "Sudah kubilang, jangan pikirkan itu. Aku hanya ingin membantu. Yang penting sekarang, kita fokus pada kesembuhan Nayla."

Rini mengangguk pelan. Dalam hatinya, ia berjanji bahwa suatu hari nanti, jika ia sudah lebih mampu, ia ingin membalas semua kebaikan Bu Lastri.

Malam itu, meskipun masih ada kekhawatiran di hatinya, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Rini merasa ada secercah harapan.

Ia menatap Nayla yang tertidur, lalu berbisik, "Kamu pasti akan sembuh, Nak... Ibu janji."

1
Ana Akhwat
Terlalu banyak dramanya Thor akhirnya pembacanya banyak yang eneg/Pray//Pray//Pray/
♪Ace kei jett♪: Halo para pembaca setia,

Terima kasih banyak sudah mengikuti cerita ini hingga sejauh ini. Aku sangat menghargai setiap masukan dan komentar kalian, termasuk kritik yang membangun. Aku sadar bahwa beberapa dari kalian merasa bahwa dramanya terlalu banyak sehingga agak melelahkan untuk dibaca.

Aku ingin meminta maaf jika bagian itu membuat pengalaman membaca kalian kurang nyaman. Di bab-bab selanjutnya, aku akan berusaha mengurangi unsur drama yang berlebihan dan lebih fokus pada inti cerita utama agar alurnya lebih mengalir dan tetap menarik untuk dinikmati.

Sekali lagi, terima kasih atas dukungan dan kesabaran kalian. Kritik dan saran kalian sangat berarti untuk perkembangan cerita ini. Semoga kalian tetap menikmati kelanjutannya!

Salam,
[Penulis]
total 1 replies
Hennyda Wati Gmanik
Biasa
Hennyda Wati Gmanik
Buruk
Yati Syahira
cape bacanya
♪Ace kei jett♪: "Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar! Maaf kalau bab ini terasa panjang dan bikin capek bacanya. Aku bakal jadikan ini sebagai masukan supaya ceritanya tetap enak diikuti tanpa kehilangan esensinya. Tapi aku tetap apresiasi banget kamu sudah sampai di sini. Semoga bab-bab selanjutnya lebih nyaman dibaca. Makasih lagi!"
total 1 replies
Yati Syahira
aduuh masa bodoh diem saja di injak injak begitu bisa panggil bosya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!