Melodi sunyi berdendang indah di keheningan malam. Detak bisu memecah kesunyian dalam langkah-langkah sepi. Dalam diam, kata-kata berseru keras dalam hati.
Jihan malam ini berniat ingin memberikan kejutan kepada suaminya karena beberapa hari tidak pulang ke rumah disebabkan ada kerjaan di luar kota.
Tapi kenyataannya, Jihan lah yang mendapatkan kejutan. Jantungnya meletup-letup, darah panas mendidih mengalir sampai ke ubun-ubun. Jihan tak mampu bersuara, hanya tetesan air mata yang mewakili perasaannya.
Tepat di depan matanya, suaminya tidur bersama seorang wanita tanpa busana dalam satu selimut sambil berpelukan.
Apa yang akan terjadi?
Ikuti terus jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Keguguran
BOOMMMMM!
Ledakan besar terjadi, mobil Novita jungkir balik ke tengah jalan raya. Api menjalar dan membakar mobil tanker dan mobil Novita. Novita sudah bisa dipastikan tidak selamat karena besarnya kobaran api yang membakar seluruh badan mobil.
Para pengendara jalan berdesakan melihat kecelakaan besar. Mobil tanker dan mobil Novita habis terbakar. Jeritan sirene ambulans dan mobil pemadam kebakaran membuat orang-orang memberikan jalan.
Pemadam kebakaran berjuang memadamkan api yang semakin menjulang tinggi. Beberapa kali terdengar suara ledakan-ledakan kecil. Dan sempat terdengar suara jeritan meminta tolong dari dalam mobil sebelum terdengar ledakan kecil.
Kecelakaan ini menjadi perhatian publik. Para reporter televisi dan awak media sibuk memotret dan bahkan di antara mereka memulai siaran langsung.
"Selamat siang, telah terjadi kecelakaan besar di jalan Thamrin. Menurut informasi yang kami dapatkan. Sebuah mobil CRV merah dengan cepat melaju dan mengabaikan peringatan petugas polisi. CRV merah menyeruduk ekor mobil pengangkut bahan bakar minyak. Kedua mobil meledak dan terbakar parah. Beruntung api tidak membakar mobil-mobil yang lain. Kecelakaan ini memakan 1 korban jiwa. Pengendara CRV merah dinyatakan meninggal hangus terbakar di tempat kejadian."
Berita itu dengan cepat tersebar di beberapa media. Keluarga Ilham juga melihatnya. Pengawal Ilham pada saat kejadian sebenarnya ingin membawa Novita menemui Ilham. Tapi Novita takut setelah mendengar dia sekarang menjadi buronan polisi. Novita berusaha keras bebas dari kejaran pengawal Ilham. Dan Novita dijemput ajalnya.
Kabar itupun sampai ke negeri jiran. Papa Novita menghubungi Ilham. Dia hanya ingin memastikan, apakah benar korban kecelakaan di jalan Thamrin itu adalah Novita anaknya. Ilham tidak bisa memberikan informasi apa-apa karena Ilham juga belum memastikan kebenarannya.
"Pa, sudah jelas yang kecelakaan itu Novita," kata Arsen.
"Papa sudah memutuskan hubungan dengannya. Papa gak mau lagi direpotkan olehnya. Cukup sudah," Ilham melihat Rio yang masuk ke dalam rumah.
"Opa, Oma, Om, Aunty, Rio bawa jajanan," Rio membagi-bagikan cemilan.
"Makasih sayang," ucap Jihan.
"Ini buat dede Rio." Rio memberikan coklat kepada Jihan sambil mencium perut Jihan.
"Bang Rio sayang ya ama Dede?" goda Jihan.
"Iya, Rio pengen maen sama Dede. Cepat besar ya De," Rio kemudian berlari menghampiri opa dan omanya.
Ervan menceritakan pertemuannya dengan Novita kepada keluarganya. Jihan merasa tidak enak saat mendengar Novita selalu saja membawa status jandanya. Arsen merangkul Jihan seolah mengatakan jangan pedulikan Novita. Begitu juga dengan ipar dan mertuanya. Mereka berulang kali tidak mempermasalahkan statusnya.
Siapa juga yang mau hidup menjanda. Terus kenapa dengan janda? Lebih baik menjanda dari pada tersiksa dalam sebuah pernikahan yang sudah tidak ada lagi cinta di dalamnya, batin Jihan.
Setelah selesai beres-beres villa. Ilham, Amina, Arsen, Ervan, Ola dan Rio berisitirahat di villa mereka. Jihan lebih memilih menikmati pemandangan villa.
Jihan berjalan santai di sekitar area villa keluarganya. Villa itu berada di luar kota. Terletak di dataran tinggi puncak. Di kelilingi pepohonan hijau dan pemandangan gunung yang indah.
Jihan sangat menikmati udaranya yang sejuk. Jihan duduk santai di kursi panjang pinggir jalan. Tiba-tiba saja seorang pria dengan sopan meminta izin duduk di sebelah Jihan.
"Hmmm, maaf. Saya sakit perut. Bolehkah duduk di sini sebentar," pintanya.
"Oh iya, silakan," Jihan sedikit bergeser.
Pria itu membungkuk sambil memegang perutnya yang sakit.
"Anda tidak apa?" Jihan melihat tidak ada pergerakan dari orang itu.
Dengan perlahan pria itu mengangkat badannya dan bersandar di kursi. Dia memejamkan matanya. Keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Pria itu membuka mata dan melihat ke arah belakang.
Jihan ikut melihat ke arah belakang. Tapi Jihan tidak melihat siapa-siapa.
"Maaf, bisa saya minta tolong. Antarkan saya ke jalan besar. Saya mau mencari taxi," pria itu perlahan berdiri.
Jihan menolong pria ala opa korea berpakaian hijau itu. Pria itu berjalan sambil terus memegang perutnya. Jihan dengan sedikit berlari ke jalan raya. Jihan berdiri di samping jalan. Dan akhirnya ada taxi yang lewat. Jihan menghentikannya.
Jihan meminta sopir taxi menolong pria itu. Dan akhirnya pria itu masuk ke dalam taxi.
"Nyonya, terima kasih," ucapnya.
Jihan menatap kepergian pria itu. Jihan seperti pernah berjumpa dengannya sebelumnya tapi Jihan tidak bisa mengingatnya. Jihan kembali menuju villa.
Jihan merasakan perutnya tiba-tiba sakit. Jihan mengelus-elus perutnya. Jihan merogoh saku dan ternyata Jihan lupa membawa ponselnya. Jihan perlahan berjalan.
Dan dari arah depan, sebuah mobil berwarna biru melaju kencang ke arah Jihan. Mobil itu sepertinya berniat menabrak Jihan. Jihan berusaha menghindar. Tapi perut Jihan semakin nyeri.
BRAAAAAKKKKK!
Suara benturan terdengar nyaring kencang saat Jihan ditabrak. Jihan melayang dan terpental hingga ke tengah jalan raya. Seketika tubuh Jihan bermandikan darah segar. Mobil yang menabrak Jihan melarikan diri.
🌑 Beberapa menit sebelum kecelakaan.
Rio yang sedang terlelap, tiba-tiba mengigau menangis histeris.
"Dede, Dede, jangan pergi," Rio terbangun dan berlari menuju kamar Arsen.
Semua orang yang mendengar Rio menangis menuju ke kamar Arsen. Rio mencari Jihan. Arsen yang tidak tahu Jihan ke mana juga kebingungan.
"Om, Aunty mana? Dede Rio sakit, cari Aunty!" Rio tantrum.
Dan mereka semua mendengar suara benturan yang sangat keras. Sontak Ervan, Arsen dan Ilham berlari ke luar dari villa menuju jalan besar.
Sementara itu di jalan raya sudah dipenuhi orang-orang. Mereka berniat menolong Jihan. Sebagian dari mereka menelpon ambulans. Sebagian dari mereka mencari keluarga Jihan.
Jihan yang tergeletak di atas aspal sudah tidak merasakan apa-apa lagi. Sedikit demi sedikit tubuhnya terasa dingin. Pandangannya mengabur, pendengarannya menggema, napasnya terputus-putus.
"Kak Arsen," Jihan menutup matanya di saat Arsen dari kejauhan berlari menghampirinya.
"Apa Anda keluarganya?" tanya seseorang.
"Saya suaminya," jawab Arsen.
"Di sana, ada ambulans," orang itu membantu Arsen mengangkat Jihan memasukkan ke dalam ambulans.
Arsen menangis melihat Jihan yang berlumuran darah. Dua orang perawat memasangkan infus di tangan Jihan. Mereka juga memasang alat bantu pernapasan.
"Apa istri Anda dalam keadaan hamil?" tanya perawat.
"Iya baru empat minggu," jawab Arsen.
"Maaf Pak. Kemungkinan istri Anda keguguran," kata perawat.
JGEEER!
JGEEER!
Bagaikan tersambar petir, Arsen merasa dunia saat ini berhenti berputar, jam tak lagi berdetak, napasnya tersendat, lehernya tercekik. Arsen tidak sanggup menahan gejolak kehilangan dalam dirinya. Arsen memegang dadanya yang sakit, Arsen terjatuh tidak sadarkan diri.
Mereka tiba di rumah sakit. Jihan dan Arsen dimasukkan ke dalam ruangan UGD. Ervan dan Ilham yang menyusul ke rumah sakit diminta persetujuannya untuk melakukan operasi kecil kepada Jihan karena suami Jihan tidak sadarkan diri.
"Pasien harus segera dioperasi kalau tidak, akan terjadi pendarahan," kata Dokter.
Ilham harus mengambil keputusan. Dan Ilham akhirnya menandatangani surat persetujuan untuk operasi Jihan.
Apa yang akan terjadi pada Jihan dan Arsen? Ikuti terus kelanjutannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...