Sekretaris Meresahkan

Sekretaris Meresahkan

Gadis Gila

Pandangan Freya terus tertuju pada jendela samping di dekat jok tempatnya duduk. Bus DAMRI tersebut terus melaju meninggalkan halte tempat gadis itu menaiki alat transportasi umum tersebut. Di pangkuan Freya traveling bag yang berisi pakaian dan beberapa barang pribadi miliknya. Lalu di bahunya tersampir tas selempang kecil berisi dompet dan ponsel.

Sepuluh menit yang lalu gadis itu kabur dari kediaman Pamannya yang sudah dua tahun menjadi tempat tinggalnya. Dia berlari menuju halte bus dan dengan asal menaiki bus yang berhenti di halte. Lamunan gadis itu buyar ketika bus yang ditumpanginya sampai di perhentian terakhir. Mau tidak mau Freya ikut turun bersama penumpang yang lain. Dia hanya terbengong saja saat tahu bus yang ditumpanginya ternyata menuju stasiun Tegalluar.

Sejenak gadis itu terdiam di tempatnya. Dia berpikir kemana dirinya harus pergi. Jika bertahan di Bandung, bisa jadi keberadaanya akan cepat ditemukan. Karena dirinya sudah berada di stasiun kereta api cepat, tidak ada salahnya kalau dia mengadu peruntungan hidup di Jakarta. Gadis itu juga sudah membawa ijazah S1-nya. Dengan itu dia bisa mencari pekerjaan di kota Metropolitan tersebut.

Freya mengambil dompet dari dalam tasnya. Dibukanya dompet miliknya. Uang yang tersisa di dalam dompet hanya tujuh ratus ribu rupiah. Itu pun didapat dari hasil menjual satu-satunya kalung miliknya. Kemudian gadis itu melihat harga tiket Whoosh. Untuk tiket kelas ekonomi dibandrol seharga seratus lima puluh ribu rupiah.

"Beli tiket 150, sisa uang 550 ribu. Terus buat hidup di Jakarta selanjutnya gimana?" gumam Freya.

Setelah berpikir hampir lima belas menit lamanya, gadis itu memutuskan untuk tetap pergi ke Jakarta. Nanti dia akan meminta bantuan teman kuliahnya yang tinggal di sana. Dengan langkah mantap gadis itu memasuki stasiun Tegalluar.

Di salah satu cafe yang ada di dalam stasiun, nampak Devan tengah menikmati sarapan dengan tenang. Secangkir kopi hitam dan sandwich menjadi menu sarapan untuknya. Setelah dua tahun berada di Bandung, Devan dipanggil ke Jakarta untuk mengisi kursi wakil CEO yang sudah ditinggalkan oleh Vano. Kakaknya itu sudah berangkat ke Macau tiga hari yang lalu.

Sebenarnya dia masih punya sisa pekerjaan yang harus diselesaikan, namun karena posisi Wakil CEO tidak bisa dibiarkan kosong terlalu lama, Devan memilih pergi ke Jakarta lebih awal. Sisa pekerjaan akan ditanyai oleh Ega, asistennya. Pria itu juga memilih menggunakan kereta cepat Whoosh untuk sampai ke Jakarta. Dia malas kalau harus berkendara menggunakan mobil. Biar saja nanti Ega yang membawa mobilnya ke Jakarta.

Devan melihat jam di pergelangan tangannya, Dua puluh lima menit lagi kereta akan berangkat. Pria itu bangun dari duduknya lalu meninggalkan cafe. Dia berhenti sebentar di dekat kursi tunggu, ditaruhnya berkas yang tadi dibawanya saat pria itu mencari tiket miliknya. Begitu mendapatkan tiket, dia segera pergi menuju pintu masuk. Nampak antrian penumpang sudah cukup panjang.

Tak lama setelah Devan pergi, muncul Freya. Gadis itu mendekati kursi di mana Devan menaruh berkasnya. Diambilnya berkas yang tertinggal di kursi kursi. Dibukanya berkas tersebut, tertera nama Kharisma Group di bagian depan lembaran kertas. Freya membalik lembaran berikutnya, tertera nama Devan selaku pihak pertama sebagai perwakilan dari Kharisma Group. Gadis itu yakin sekali kalau pemilik berkas ini adalah Devan karena pihak keduanya adalah seorang wanita. Tadi dia sempat melihat sosok Devan dari belakang.

Bergegas Freya mendekati antrian penumpang. Tiba-tiba saja dia memiliki ide, memiliki cara untuk pergi ke Jakarta secara gratis. Pasti Devan mau membelikan tiket kereta untuknya. Matanya mencari-cari keberadaan Devan. Sementara itu, Devan yang sadar berkasnya tertinggal segera keluar dari antrian. Sambil berlari dia mendekati kursi tempatnya menaruh berkas. Sesampainya di sana pria itu bingung karena tidak menemukan berkas tersebut. Terdengar rutukannya karena sampai melupakan berkas penting yang dibawanya.

Tiba-tiba saja ada yang menepuk bahunya. Devan segera berbalik. Di hadapannya sudah berdiri seorang gadis mungil. Disebut mungil mungkin karena tingginya hanya seratus lima puluh senti saja. Tubuhnya juga tidak gemuk, sesuai dengan tinggi badannya. Dan yang lebih penting di tangan gadis itu terdapat berkas yang dicari Devan.

"Bapak cari ini?" tanya Freya sambil menunjukkan berkas di tangannya.

"Iya. Kemarikan berkasnya!"

Saat Devan akan mengambil berkas tersebut, Freya dengan cepat menyembunyikan berkas tersebut di balik punggungnya. Dia tidak akan membuatkan Devan mengambilnya dengan cuma-cuma.

"Berikan berkas itu, apa kamu mencurinya?"

"Enak saja. Aku menemukannya tertinggal di kursi. Salah Bapak sendiri meninggalkannya di sana. Bapak sudah pikun ya?"

Mata Devan melotot mendengar ucapan gadis di depannya. Namun pria itu tidak punya waktu berdebat, waktunya untuk menaiki kereta sudah tiba. Devan melihat jam di pergelangan tangannya, tersisa waktu dua puluh menit lagi.

"Berikan berkas itu, cepat!"

"Tapi ini tidak gratis."

"Apa maumu?"

"Belikan aku tiket kereta ke Jakarta. Tiket yang sama seperti yang Bapak beli. Pasti Bapak beli tiket first class kan?"

"Dengar, aku tidak ada waktu untuk ini."

Devan mengambil dompetnya. Dia lalu mengeluarkan sepuluh lembar berwarna merah lalu memberikannya pada Freya, namun gadis itu tidak mengambilnya.

"Saya minta tiket, bukan uang."

"Kamu bisa beli tiket dengan uang ini."

"Tapi aku tidak tahu cara membeli tiketnya."

"Kamu hanya tinggal pergi ke loket, beli tiketnya sambil menunjukkan kartu identitas, oke?"

"Bapak saja yang belikan."

Tak mau ambil pusing dengan permintaan Freya, Devan menarik tangan gadis itu yang menyembunyikan berkas lalu menarik paksa berkas tersebut. Kemudian dia menaruh lembaran uang di tangan Freya begitu saja hingga uang tersebut berhamburan ke lantai. Setelahnya pria itu kembali ke antrian. Kesal diperlakukan seperti itu oleh Devan, dengan cepat Freya memunguti uang yang berserakan di lantai lalu berteriak kencang.

"MAS DEVAAAAANNN!!!"

Teriakan kencang Freya tentu saja langsung menarik perhatian semua orang yang ada di sana, tak terkecuali Devan. Devan terpaksa menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap gadis menyebalkan itu dengan wajah garang.

"Teganya Mas meninggalkanku begitu saja setelah apa yang Mas perbuat. Mas pikir hanya dengan uang ini, bisa membayar kesalahanmu?" Freya menunjukkan lembaran uang di tangannya. Wajah gadis itu dibuat memelas seolah baru saja diperlakukan dengan sangat buruk oleh Devan.

Devan memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Tingkah gadis aneh ini berhasil membuat semua mata melihatnya seperti seorang lelaki brengsek yang baru saja mencampakkan seorang gadis. Dengan langkah lebar, Devan menghampiri Freya.

"Apa yang kamu lakukan?" geram Devan dengan suara tertahan.

"Kabulkan keinginan ku, maka aku akan menghentikan ini," jawab Freya dengan senyum smirk-nya.

"Jangan macam-macam denganku, atau...."

"AKU HAMIL ANAKMU, MAS!!! DIA DARAH DAGINGMU!!"

Belum sempat Devan menyelesaikan kalimatnya, Freya langsung memotong ucapannya dengan teriakan kencangnya dan kembali sukses membuat Devan merasa malu. Apa yang terjadi pada mereka langsung menjadi tontonan banyak orang. Tidak dipedulikannya pelototan Devan, Freya sudah bertekad mendapatkan keinginannya termasuk memberi pelajaran pada Devan yang sudah bersikap menyebalkan di matanya.

"Kamu janji akan menikahiku, Mas. Tapi apa ini? Kamu mengingkari janjimu dengan mudahnya. Aku sudah memberikan semuanya untukmu. Tapi kamu mengingkarinya. TEGA KAMU, MAS!"

Demi menambah kesan dramatis, Freya pun menangis tersedu. Tidak rugi dirinya sempat mengambil ekskul teater saat di sekolah dulu. Dan kini dia bisa memperlihatkan bakat aktingnya. Menangis bukanlah hal yang sulit untuknya. Lagi pula kehidupannya memang sudah sangat menyedihkan. Buliran bening mengalir membasahi wajah cantiknya.

Devan melihat jam di pergelangan tangannya. Dia sudah tidak punya waktu untuk melayani akting gila gadis di depannya ini.

"Oh My God! Dasar cewek gila! Ikut aku sekarang!"

Dengan kasar Devan menarik tangan Freya, memaksa gadis itu mengikuti langkah panjangnya. Wajah Freya nampak sumringah, akhirnya dia bisa membuat Devan mengikuti kemauannya. Devan membawa Freya menuju loket penjualan tiket. Dia membelikan tiket first class seperti keinginan gadis itu. Hanya tinggal tersisa satu kursi lagi di kelas tersebut. Devan Langung membayar tiket tersebut lalu kembali ke antrian. Freya mengekor di belakangnya. Hatinya bersorak, pertama kali naik kereta cepat dan langsung merasakan first class.

Setelah pemeriksaan tiket, keduanya berjalan menuju eskalator yang akan membawa mereka menuju peron. Kereta cepat yang akan membawa mereka ke Jakarta sudah menunggu. Devan berjalan menuju gerbong first class. Dia menunjukkan tiket di tangannya, lalu masuk ke dalam gerbong. Freya juga menunjukkan tiket di tangannya. Gadis itu melihat nomor kursi yang tertera di tiketnya. Tidak disangka ternyata kursinya berada di samping kursi Devan.

"Mau apa kamu di sini?" tanya Devan.

"Aku duduk di sini. Lihat ini nomor kursiku."

Freya memperlihatkan tiket di tangannya. Devan hanya berdecak saja. Dia merutuki Ega yang tidak membeli tiket kursi tinggal untuknya. Kenapa harus tiket double seat dan gadis gila ini akan menemani perjalanannya selama empat puluh lima menit ke depan.

"Terima kasih buat tiketnya. Oh ya, namaku Freya," Freya mengulurkan tangannya.

"Ngga nanya," jawab Devan singkat tanpa membalas uluran tangan Freya.

"Pengumuman aja, Pak."

Freya menarik lagi tangannya yang sama sekali tidak dijawab oleh Devan, bahkan dilihatnya pun tidak. Di mata Freya, Devan memang lelaki menyebalkan. Karenanya dia tidak merasa menyesal sudah mengerjai pria itu.

"Apa Bapak sudah sering naik kereta cepat? Ini pengalaman pertama untukku."

"Wah ternyata seperti ini rasanya duduk di first class."

"Apa kita diberi makanan atau minuman?"

"Hey.. apa Bapak tuli? Kenapa tidak menjawab pertanyaanku?"

Sebisa mungkin Devan menulikan telinganya mendengar cerocosan gadis di sebelahnya. Waktu keberangkatan sudah tiba, kereta sudah bergerak. Freya terkejut ketika kereta mulai melaju dengan kencang. Tanpa sadar dia memegang lengan Devan dengan erat.

Pegangan Freya di tangannya terlepas ketika Devan melepaskan jari gadis itu satu per satu. Freya melihat Devan sambil memberengut. Sebenarnya pria di sampingnya ini berwajah tampan, sayang sikapnya begitu dingin dan jutek.

"Apa Bapak kerja di Kharisma Group? Apa itu perusahaan besar?"

"Apa Bapak bisa memberikan lowongan pekerjaan untukku?"

"Aku baru saja lulus enam bulan yang lalu. Aku punya banyak pengalaman organisasi. Aku juga memiliki kemampuan mengetik dan mengingat yang baik. Aku akan menjadi karyawan yang baik kalau Bapak mau mencarikan pekerjaan untukku. Aku tidak akan melupakan jasa Bapak kalau Bapak..."

Cerocosan Freya tidak tertangkap lagi oleh Devan. Pria itu sudah menyumpal telinganya dengan earphone bluetooth yang terhubung ke ponselnya. Lagu Take Cover milik Mr. Big langsung memenuhi gendang telinganya. Devan memejamkan matanya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Belum ada lima menit dia terpejam, matanya kembali terbuka ketika merasakan earphone di telinga sebelah kanannya diambil paksa oleh seseorang. Dengan santainya Freya mengambil earphone tersebut lalu memasangkan ke telinga sebelah kanannya.

***

Hai² aku datang dengan karya baru yang genrenya beda dari Indra Ke-6. Yang lagi tegang di sana, bisa healing di sini😂 Yang udah baca sebelumnya, ngga apa² baca ulang ya, sekalian like dan komennya juga. Jangan lupa bintang 5 nya juga. Makasih😘🙏🏻

Penampakan Freya

Penampakan Devan

Terpopuler

Comments

SR.Yuni

SR.Yuni

Akhirnya kembali kesini kak Icha, aku lama gak baca karya kakak karena di platform sebelah. Aku kira masih kelanjutan generasi Abi. Ternyata sudah pindah haluan 🤭🤭 ditunggu up nya terus ✌️✌️

2024-12-31

11

❤Rainy Wiratama Yuda❤️

❤Rainy Wiratama Yuda❤️

Akankan nanti Devan akan bucin terhadap Freya ? Kalau iya, gak sabar nunggu moment itu hehe...
Lama gak baca kaya kak Icha, terakhir baca Azzam. maka... mari kita mulai dari awal lagi, yakin deh cerita ini pasti seru seperti cerita karya² kak Icha sebelum²nya

2025-01-01

7

Dewi Oktarini

Dewi Oktarini

langsung meluncur kesini aq Thor...baca dri awal lagi🥰👍

2024-12-31

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!