NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menemukanmu

Ketika Aku Menemukanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang terabaikan oleh anak - anak nya di usia senja hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup nya.
" Jika anak - anak ku saja tidak menginginkan aku, untuk apa aku hidup ya Allah." Isak Fatma di dalam sujud nya.
Hingga kebahagiaan itu dia dapat kan dari seorang gadis yang menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jatuh Pingsan

Kanaya membalas tatapan Bella dengan sebuah senyuman misterius yang menambah teka-teki dalam pikiran Bella, membuat rasa penasarannya semakin memuncak.

" Kamu nggak lagi jadi simpanan om - om kan, Nay? Atau simpanan suami orang?" Tebak Bella.

" Ya nggak lah." Bantah Kanaya.

" Atau kamu mau tinggal satu rumah sa pak Aris? Tapi kan kalian belum nikah?" Tebak Bella lagi.

" Nggak Bella." Ucap Kanaya penuh penekanan.

" Lalu kenapa? Kenapa harus sampai kontrak rumah?" Tanya Bella frustasi karena dia tak kunjung mendapatkan jawaban dari pertanyaan nya.

" Mau tahu, apa mau tahu banget?" Goda Kanaya.

" Nay... Jangan buat aku makin penasaran dong. Kenapa sih?"

" Kamu ingat nggak. Ibuk - ibuk yang aku tunjuk waktu kita terakhir ke taman makan cilok?" Tanya Kanaya.

Bella merentangkan kedua lengannya dengan erat ke dada, alisnya berkerut dalam-dalam saat memori itu datang silih berganti, mengungkit cerita yang Kanaya ungkapkan.

" Ibuk - ibuk yang aku bilang kedinginan, Bel. Di dekat warung cilok si mamang." Ucap Kanaya lagi.

Wajah Bella yang semula tenang, perlahan berubah menjadi kanvas kegelisahan, menandakan badai pikiran yang mulai menggulung dalam benaknya.

" Ingat nggak?"

" Kayak nya ingat, tapi nggak terlalu. Tapi apa hubungan nya?"

Bella seketika memicingkan matanya, tatapan tajamnya mampu menembus dinding hati.

Tanpa perlu suara, ia sudah bisa mengendus tindakan yang akan diambil oleh Kanaya, sahabatnya itu.

" Jangan bilang kamu membawa ibu itu pulang ke rumah ya, Nay?" Tebak Bella.

Kanaya mengangguk seraya tersenyum kecil.

" Dan sekarang kamu ngontrak rumah biar ibuk itu nyaman?" Tebak Bella lagi.

Kanaya kembali menganggu membenar kan nya.

" Kanaya... Apa sebenar nya Yanga da dalam pikiran kamu? Kenapa malah membawa orang asing ikut dengan kamu?"

" Dia bukan orang asing sekarang, Bel. Dia bunda ku sekarang."

" Memang nya keluarga nya nggak nyariin apa? Kalau kaluarga nya lapor polisi, kamu bisa di tangkap karena di tubuh menyekap ibuk mereka, Naya."

Bella merasakan desakan panik yang membara di dalam dadanya, bingung mengapa Kanaya begitu mudah mempercayai seseorang yang baru saja dikenalnya.

" Keluarga nya nggak akan nyariin dia, Bel. Bukti nya saja nggak ada laporan orang hilang kan yang nyariin ibuk itu di majalah apa koran atau media."

" Tapi ya nggak di bawa pulang juga, Naya. Sekarang malah kamu panggil bunda lagi. Naya... Naya..."

" Kasihan tahu, Bel. Dia itu lari dari panti jompo. Anak - anak nya meninggalkan nya di panti jompo. Mereka sudah tidak mau mengurus ibu mereka. Lalu ibuk itu lari dari panti sampai bertemu aku di taman. Masak iya aku tega ninggalin ibuk itu sendiri di taman. Dia sudah tidak punya keluarga lagi, Bella. Dia sendiri sekarang. Anak - anak nya saja tidak peduli dengan dia. Apa salah kalau aku peduli sama ibuk itu?"

Bella mendesah panjang. Perlahan menarik nafas menghadapi situasi Kanaya sekarang.

" Iya juga sih. Kasihan. Tapi apa kamu yakin ibuk itu orang baik? Jangan sampai dia hanya memanfaat kan kebaikan kamu saja, Naya." Pesan Bella pada Kanaya.

" Kamu akan tahu setelah kamu bertemu langsung nanti nya." Jawab Kanaya.

" Oke... Hari Minggu kalau gitu. Tapi habis bantuin pindahan, makan - makan ya."

" Iya, iya."

*

*

*

" Naya..." Panggil Bella yang menyusul nya di belakang.

Kanaya terhenti tepat di depan pintu kantor, saat dia merasakan dadanya bergemuruh seolah ada badai yang mengamuk di dalamnya.

Dia meremas kemejanya tepat di atas jantung yang berdetak tak karuan, sementara keringat dingin membanjiri dahi dan membasahi tulang pipinya.

" Pulang bareng aku ya." Tawar Bella menepuk pundak Kanaya dengan lembut.

Kanaya memaksakan senyum, bibirnya bergetar menahan derita yang meluap-luap. Matanya berkilat, bukan karena kebahagiaan, melainkan karena ia harus menyembunyikan rasa sakit nya.

" Kamu duluan saja, Bella. Aku biar naik ojek online saja nanti." Tolak Kanaya.

" Sampai keringatan gitu? Nggak lagi sakit kan?" Tanya Bella melihat keringat di dahi Kanaya. Bahkan jilbab di sebelah pipi nya sudah basah.

" Nggak papa. Aku baik - baik aja kok." Jawab Kanaya memaksakan senyuman nya.

" Ya udah. Makanya aku antar yuk. Sekalian mau ketemu sama bunda kamu."

" Hati Minggu aja. Nggak sabar amat sih. Dua hari lagi juga."

" Terserah kamu deh kalau nggak mau. Hati - hati ya."

Kanaya mengangguk pelan.

" Aku duluan ya. Bye."

" Bye."

Kanaya kembali meremas dada kirinya yang terasa seperti ditusuk ribuan jarum. Rasa sakit itu kemudian menjalar ke kepala, membuat alisnya mengerut dan wajahnya tampak menahan penderitaan yang tak tertahankan.

Dia pun segera berjalan ke depan. Menghentikan taksi yang lewat untuk segera sampai ke rumah sakit.

*

*

*

Dengan langkah yang tergesa - gesa Kanaya berjalan mencari ruangan nya dokter Shafa. Ingin rasa nya dia berteriak dan bilang kalau dada nya sangat sakit.

Tanpa mengetuk, Kanaya langsung mendorong pintu ruangan dokter Shafa dengan kasar.Ruangan itu tampak rapi dengan meja kerja yang penuh dengan berkas dan buku medis. Dokter Shafa, yang sedang menulis sesuatu di komputernya, terkejut dan langsung menoleh ke arah pintu.

" Kanaya... apa kabar? Silahkan masuk? Saya sudah lama menunggu kabar dari kamu." Sapa Dokter Shafa tersenyum pada nya.

Mata Kanaya yang sembab bertemu dengan pandangan dokter Shafa yang penuh kebingungan.

"Dokter ..." Suara Kanaya terdengar parau, napasnya tersengal-sengal seakan-akan setiap helaan udara adalah perjuangan.

Dokter Shafa segera berdiri dan memandangi wajah Kanaya yang tampak lemah.

" Masuk, Kanaya." Perintah dokter Shafa.

" Dokter..."

Namun, sebelum sempat dokter Shafa bertanya apa yang terjadi, Kanaya memegang kepalanya yang terasa berputar.

Nafasnya semakin tidak beraturan, matanya mengerjap-ngerjap mencoba mempertahankan kesadarannya.

Tiba-tiba, dari hidungnya mengalir darah segar, yang menetes ke lantai dingin ruangan itu. Dengan mata yang mulai berkunang-kunang, Kanaya mencoba mengucapkan sesuatu namun hanya bisikan yang keluar dari bibirnya yang pucat.

" Kanaya..."

Kanaya terhuyung, dan sebelum dokter Shafa bisa menangkapnya, dia telah jatuh pingsan dengan tubuhnya terkulai di lantai rumah sakit yang keras.

" Suster... Suster... Tolong suster..." Teriak dokter Shafa saat dia sudah menghampiri Kanaya.

Dokter Shafa segera berteriak memanggil perawat sambil berusaha memberikan pertolongan pertama pada Kanaya yang tidak sadarkan diri.

" Suster... Tolong suster..."

" Kanaya... Bangun Kanaya... Ayo buka mata kamu Kanaya... Bangun Kanaya... Ayo bertahan Kanaya... Demi saya... Bertahan Kanaya..."

Beberapa suster datang dan membantu dokter Shafa membawa Kanaya ke ruang pemeriksaan. Melihat kondisi Kanaya yang mimisan, akhir nya dokter Shafa mengambil keputusan sendiri tanpa menunggu Kanaya sadar.

Dia memasukkan Kanaya ke ruang ICU dan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan kepada Kanaya. Dia sudah menduga ini akan terjadi sebelum dia mengatakan nya pada Kanaya.

Penyakit nya akan semakin cepat menyebar tanpa dia melakukan pencegahan melalui kemoterapi.

1
partini
baca sinopsisnya penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!