Semuanya telah benar-benar berubah ketika mantan kekasih suami tiba-tiba kembali. Dan Elmira Revalina berpikir jika berita kehamilannya akan dapat memperbaiki hubungannya dengan suaminya— Kevin Evando Delwyn
Namun, sebelum Elmira dapat memberitahukan kabar baik itu, mantan kekasih suami— Daisy Liana muncul kembali dan mengubah kehidupan rumah tangga Elmira. Rasanya seperti memulai sebuah hubungan dari awal lagi.
Dan karena itu, Kevin tiba-tiba menjauh dan hubungan mereka memiliki jarak. Perhatian Kevin saat ini tertuju pada wanita yang selalu dicintainya.
Elmira harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Kevin tidak akan pernah mencintainya. Dia adalah orang ketiga dalam pernikahannya sendiri dan dia merasa lelah.
Mengandalkan satu-satunya hal yang bisa membebaskannya, Elmira meminta Kevin untuk menceraikannya, tetapi anehnya pria itu menolak karena tidak ingin membiarkan Elmira pergi, sedangkan pria itu sendiri membuat kisah yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Sementara itu, di tempat lain, ponsel Daisy berdenting dan ia segera memeriksa pesan yang masuk.
Tatapan matanya berubah menjadi sangat serius ketika melihat foto-foto yang baru saja di kirim padanya. Ia menggenggam ponselnya dengan sangat erat, amarah membuncah didalam dirinya.
Detektif yang di pekerjakan nya baru saja mengirim foto Davina padanya. Namun, ia tidak menyangka akan melihat foto Kevin bersama dengan Davina.
"Kevin, kenapa kamu terus mengikuti Davina? Dia sudah tidak bekerja lagi denganmu." Monolognya.
Jauh dari lubuk hatinya, Daisy sebenarnya tahu alasan mengapa Kevin tidak mau menjauh dari Davina. Jelas, itu karena Davina sangat mirip dengan mendiang istrinya. Mungkin seperti dirinya, Kevin juga ingin memastikan identitas Davina.
Daisy tidak bisa membiarkan hal itu. Ia harus mencari tahu sebelum Kevin sehingga dirinya bisa menyingkirkan Davina dan anak-anaknya. Setelah bertahan selama bertahun-tahun menunggu keputusan Kevin yang akhirnya akan menikahinya, Daisy tidak akan menyerah begitu saja
Kebencian terpancar jelas di matanya. "Aku tidak sanggup kehilangan Kevin... tidak pada wanita jalang itu. Davina!."
***
Keesokan paginya, Davina sedang berada di kantornya, lalu tiba-tiba mendapati Olafia yang mengetuk pintu ruangannya.
"Nona Davina, anda kedatangan tamu." Kata Olafia melaporkan.
Davina mengernyitkan dahinya. Ia yakin jika sepagi ini tidak memiliki janji temu dengan siapa pun. Setelah bertemu dengan para pemegang saham untuk memberi tahu mereka bahwa dirinya telah menemukan kotak kiriman itu, Davina berharap dapat duduk dengan tenang di ruang kerjanya sembari menyelesaikan beberapa pekerjaannya. Lagi pula, ia bekerja sebelumnya CEO dan juga merancang beberapa draf untuk perusahaan.
"Siapa yang ingin bertemu dengan ku?." Tanya Davina pada asistennya.
Wajah Olafia berubah, dan dia terlihat kesal. "Tamu anda adalah Nona Daisy. Entahlah Nona, mengapa dia sangat berani datang ke sini, setelah apa yang sudah dia perbuat."
Davina menghela nafasnya. 'Aku yakin dia datang ke sini untuk mencari masalah.' Batinnya.
Davina kemudian mendongak, menatap Olafia yang berdiri di depan meja kerjanya. "Sudahlah, biarkan dia masuk."
Beberapa saat kemudian, Daisy masuk kedalam kantor Davina dengan kursi rodanya, bergerak mendekati meja Davina.
Sebelum Davina sempat bertanya apa yang Daisy lakukan di sini, Daisy telah melempar beberapa foto di atas meja kerja Davina.
"Aku tahu siapa kamu, Davina." Cibir Daisy.
Daisy menatap Davina dengan seksama, ia ingin melihat reaksi Davina. Ia memang belum yakin tentang Davina, tetapi ia mencoba mengkonfirmasi kecurigaannya.
Keheningan menyelimuti ruangan tersebut.
Davina memperhatikan foto-foto itu dan melihat bahwa itu adalah foto dirinya dan anak-anaknya.
Sebelah alis Davina terangkat dan ia beralih menatap Daisy. "Jadi? Apa masalahnya?."
Tatapan mata Daisy berkilat penuh kebencian ketika ia menyadari bahwa Davina memang benar Elmira.
"Jadi, itu kamu?! Bagaimana kamu bisa selamat dari ledakan itu? Kenapa kamu malah berpura-pura menjadi orang lain? Apa kamu benar putri dari paman Edwar? Kamu seorang penipu, kan?." Teriak Daisy, kehilangan ketenangannya.
Jantungnya berdebar kencang, ia sendiri bahkan bisa mendengar setiap detakannya. Ini tidak baik!
'Elmira masih hidup! Dan dia memiliki anak bernama Kevin?!.'
Takdir memang kejam. Wanita yang ia pikir akan pergi dari kehidupan Kevin untuk selamanya adalah wanita yang sama yang datang untuk merebut Kevin darinya sekali lagi. Kebencian Daisy terhadap Elmira semakin kuat ketika ia melayangkan tatapan tajamnya ke arah Elmira.
"Apa yang kamu lakukan, Davina? Apa kamu di sini untuk mencuri Kevin dariku? Biarkan aku memberitahumu sesuatu, aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun mencuri Kevin dariku! Tidak akan pernah!." Desis Daisy penuh kebencian.
Mendengar hal itu, Davina justru tertawa kecil. Ia menggelengkan kepalanya. "Kamu tahu, aku sangat mengasihani dirimu. Kenapa kamu membuang-buang waktu mu memikirkan wanita lain dan seorang pria ketika kamu seharusnya mengasah kemampuan mu yang saat ini sangat buruk? Fokus mu seharusnya adalah mencoba menyelamatkan reputasi dirimu sendiri, tidak datang ke sini untuk membicarakan tentang pria yang tidak berarti apa pun bagiku. Dan, aku tidak ingin merebut kekasih mu atau siapa pun itu, karena aku sama sekali tidak tertarik padanya. Aku akan sangat menghargai mu kalau kamu meminta dia pergi meninggalkan aku."
Daisy tertawa seperti orang gila. Ia meludah. "Elmira, aku tahu bagaimana dirimu... Kamu bermain jual mahal, tapi kamu sebenernya menggunakan wajahmu untuk merayu Kevin! Biar ku peringatkan kamu, bawa anak-anak nakal mu itu dan pergi dari kota ini, atau...."
Davina memutar bola matanya mendengar ancaman Daisy yang membuatnya tergantung. "Hanya karena kamu pernah menyingkirkan aku sekali, bukan berarti aku akan memberimu kesempatan untuk melakukannya lagi. Aku bukan orang yang sama seperti enam tahun lalu."
Kedua mata Daisy terbelalak lebar dan kepanikan menyelimuti dirinya. Apakah Davina tahu kebenaran tentang apa yang terjadi enam tahun yang lalu?
Daisy tidak bisa bertanya langsung pada Davina dan tidak ada cara lain untuk mengetahuinya. Jadi cara terbaik untuk menghindari pembicaraan lebih lanjut tentang masalah ini adalah meninggalkan Davina.
Daisy melayangkan tatapan tajamnya ke arah Davina sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan ruang kerja Davina dengan sedikit tergesa-gesa.
Namun, setelah Daisy meninggalkan perusahaan Davina, wanita itu malah terjebak karena bertemu dengan sekumpulan besar para wartawan yang bersampingan dengan dirinya di pintu keluar. Sepertinya, para wartawan itu hendak mengunjungi Davina, tetapi malah bersampingan dengan Daisy. Tanpa berpikir panjang, mereka berkumpul mengelilingi Daisy, menyorotkan kamera dan mikrofon ke wajahnya.
"Nona Daisy, mengapa anda datang ke perusahaan Nona Davina?." Tanya salah satu wartawan wanita.
"Nona Daisy, apakah anda datang untuk membuat masalah dengan Nona Davina?."
Melihat ada banyaknya wartawan yang mengelilinginya, jantung Daisy berdebar kencang. Ia tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
"Nona Daisy, bisakah anda memberitahu kami mengapa anda mengunjungi perusahaan Nona Davina?."
Davina panik, memutar otak mencari cara untuk menjawab pertanyaan itu, tetapi ia tiba-tiba menyadari Davina berdiri di sampingnya.
Davina tersenyum penuh percaya diri menatap ke arah kamera wartawan. "Nona Daisy datang untuk meminta maaf karena telah menjiplak karya saya."
Terdengar suara tak tertahankan di antara para wartawan itu. Mereka nampaknya terkejut dan juga tertarik dengan berita baru ini. Beberapa saat kemudian salah satu dari mereka mulai mengajukan pertanyaannya. "Nona Daisy, apakah itu benar? Apakah anda benar-benar datang untuk meminta maaf pada Nona Davina?."
Daisy menelan gumpalan di tenggorokannya dengan susah payah, ia menoleh ke arah Davina yang menatapnya dengan tatapan menantang. 'Jadi, semua ini sudah direncanakan olehmu, Davina?.' Batin Daisy, menyadari kejadian ini.
Karena tidak bisa memberitahu wartawan tentang alasan sebenarnya dirinya datang menemui Davina, Daisy hanya bisa menganggukkan kepalanya dan mengakuinya. "Ya, saya merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi dan telah merenung perbuatan saya."
Sembari menoleh ke arah Davina, Daisy mengatakannya dengan terpaksa. "Sekali lagi, saya akan meminta maaf pada anda, Nona Davina."
Davina tersenyum dan kembali menoleh kearah kamera. "Saya memaafkan anda, Nona Daisy. Lain kali kalau anda mengalami kesulitan dalam mendesain, pastikan untuk meminta tips nya pada saya. Saya akan mengajari anda secara gratis."
Daisy menggertakkan giginya karena perasaan jengkelnya.