Menjadi ibu baru tidak lah mudah, kehamilan Yeni tidak ada masalah. Tetapi selamma kehamilan, dia terus mengalami tekanan fisik dan tekanan mental yang di sebabkan oleh mertua nya. Suami nya Ridwan selalu menuruti semua perkataan ibunya. Dia selalu mengagungkan ibunya. Dari awal sampai melahirkan dia seperti tak perduli akan istrinya. Dia selalu meminta Yeni agar bisa memahami ibunya. Yeni menuruti kemauan suaminya itu namun suatu masalah terjadi sehingga Yeni tak bisa lagi mentolerir semua campur tangan gan mertuanya.
Bagaimana akhir cerita ini? Apa yang akan yeni lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28. CTMDKK
Ibu pun berinisiatif untuk membuka pagar itu. Beberapa saat kemudian datang lah Ibu-ibu lain disusul dengan Bu Eem.
“Assalamualaikum.” Ucap Bu Eem lagi.
“Waalaikumsalam.” Jawab kami semua.
“Aduh tambah laper nih kalau masuk ke sini. Dari luar, eh dari rumah saya juga kecium harum kue nya. Hmm.. Yen, apa sudah ada yang matang? Boleh saya beli sekarang?”
“oh sudah ada yang yang matang bu. Boleh dong bu, mau beli kue apa?” Aku dan Ibu menuntun bu Eem ke dapur tempat kue itu berada.
“Waduh banyak sekali. Kamu ini memang berbakat bikin kue Yen. Emm, ini kue brownies coklat iris 3, kue lemper 3, risol ini 2, kue yang merah 2. Aduh saya jadi pengin semua nya. Eh ini di box kue apa ini? Kalau di makan sendiri mantap sekali.”
Mendengar itu, Ibu mengambil semua yang Bu Eem inginkan tadi, “Itu brownies lumer di atas nya ada glaze nya bu, ini Sama Cuma jenis kue nya yang beda. Kalau ini kue kering tengah nya ada coklat lumer ada juga yang pake glaze bu” Ucapku menjelaskan satu per satu pada bu Eem.
“Ya sudah ini nih 1 ya sama ini deh 1 juga. Jadi semua nya berapa nih?”
Aku menghitung semua itu, “Semua jadi 49 ribu bu.” Ucapku.
“Eh, murah sekali. Ini berapa ini satu kotak nya?”
“Itu brownies bite toping coklat nya 30 ribu bu.”
“Murah sekali Yen. Kotak nya besar juga, isi nya juga lumayan banyak loh. Engga rugi Yen? Ini kalau di toko sana engga ada tapi brownies atas nya coklat begini lebih dari 50 ribu loh.”
“Engga bu. Semua nya suda Yeni hitung kok.”
“Semua nya sudah sesuai harga pasar bu.” Sambung Ibu.
“Begitu? Ya sudah ini ya uang nya.”
“Terima kasih bu.”
“Sama-sama. Ayo kita rembugan Yen yang tadi.”
“Baik bu. Ini kembalian nya bu. Terimakasih sudah beli.”
“Sama-sama yen.”
Setelah itu, kami ke ruang tamu lagi. di saat yang sama di sana sudah ada anak terakhir nya bu Eem yang nampak menunggu ibu nya.
“Don, ini bawa pulang dulu.” Ucap Bu Eem pada anaknya.
“Ada kue kesukaan Doni engga ma?”
“Ada di dalam nya ada brownies, risol sama lainnya tuh.”
“Oke bu. Yee..”
Selepas itu dengan Ibu, bapak. Kami berempat memusyawarahkan nya bersama. Sesekali ku ke dapur untuk mengecek kue-kue yang ku buat. Hingga akhirnya pada jam 9 malam, kami pun mencapai kesepakatan bersama.
“Oke, jadi besok saya buatkan tuh spanduk besar terus ijin ya bu Wina, pak Soleh. Saya akan pasang di tengah situ. Saya juga akan woro-woro ke grup pkk, grup rw, grup desa tuh semua itu.”
“Iya bu,”
“Ini kita cuma nerima pesanan sama-sama ya. Kalau untuk keuntungan ya masing-masing. Betul?”
“Iya bu betul.”
“Okey, Nanti saya minta sepupu saya buat yang antar jemput saja kalau kita banyak pesanan. DIa punya mobil jadi lebih cepat tuh antar nya.”
“Baik bu.” Jawab ku.
Selesai itu, Bu Eem pun pamit pulang. Karena sudah malam, Semua adonan yang masih banyak ku letakan dalam kulkas. Lalu ku kembali ke dalam kamar untuk beristirahat.
(Keesokan harinya)
Jam 2 dini hari, aku bangun dan menyelesaikan kue yang masih jadi adonan itu.
“Mba..”
“Hooh! Apa!” respon ku kaget.
“Eh mba, maaf hehe. Masih banyak mba adonan nya?” Tanya Salma cengengesan.
“Iya agak banyak. Kamu ini ngagetin aja.”
“Maaf mba. Oh iya lihat ini mba. Logo nya begini? Bagiamana?”
Aku lihat sebuah logo bagus dengan seorang perempuan yang mirip dengan ku namun dalam bentuk kartun dan di bawah nya ada tulisan ‘YeZa Bakery’ di bawah nya lagi ada tulisan kecil seperti nomer ku dan tulisan apa yang aku jual.
“Bagus sekali. Lucu. Tapi kenapa YeZa?”
“YeZaa itu Yeni Reza mba. Anak mba. Salma rasa kalau pakai nama mba engga sedikit menarik mba hehe.”
“Emm, iya juga. Oke kalau gitu itu saja.”
“Iya mba, Yeni kirim ya ke teman Yeni. Paling besok siang dia antar ke sini.”
“Oh gitu, oke.”
Selepas itu, pada jam 4 pagi, kami mandi dan bersiap untuk berjualan.
“Bismillah ya bu pak. Semua kue nya laris biar Yeni bisa lebih semangat lagi.”
“Aamin. Pasti Ibu dan bapak doakan nduk. Kalian hati-hati ya.” ucap Ibu.
“Sepertinya bapak besok bisa jualan lagi Yen. Jadi kamu fokus saja jualan kue ya.”
Aku menatap bapak yang memang sedikit lebih segar dari kemarin nya. Lalu aku tersenyum padanya. Setelah itu, kami berdua pun berangkat ke pasar.
“Yen.. Yeni..” Ku tengok ke samping dan melihat bu Eem memanggilku dari dalam.
“Iya bu?”
“Aduh, sebentar. Kamu jualan semua kue nya di pasar?”
“Iya bu. Bagaimana ya bu?”
“Saya mau beli lagi ini Yen. Si Doni sama kakaknya doyan banget kue bikinan kamu yang brownies bit itu.”
“Brownies bite bu.” Sambung Salma memperbaikinya.
“Iya iya itu benar Salma.” Ucap Bu Eem lagi.
“Oh iya bu. Alhamdulilah. Ini bu kalau mau lagi.” Ucap ku membuka kain penutup kue nya.
“Oke, ini tambah ini nya 4 Yen.”
“Oke bu. Jadi 40 ribu bu.”
“Oke ini ya pas.”
Baru aku akan tutup kain penutup kue nya, tiba-tiba muncul bu Ijah dan bu Mita.
“Eh, bu Eem, Yeni, Salma juga. Lagi pada ngapain itu.”
“Eh bu Mita, bu Ijah. Ini Sekarang Yeni jualan kue. Enak loh. Kalian juga ketagihan pasti kalau udah coba.” Jawab bu Eem.
“Kue?” Mereka pun mendekati ku dan aku otomatis membuka lagi penutup kain nya.
“Ya ampun, ini yang seharusnya ada di sini nih bukan hanya serabi bu Parti saja. Bosan saya. Mau beli ini harus jauh ke komplek sebelah. Ke pasar pun juga engga ada yang begini dan begini nih paling Cuma lemper sama risol. Duh saya mau beli Yen. Ini saya mau ini 4 ini 3 ini 1 saja ini yang dus wah ini 1 deh. Terus ini pastel nya 4 juga” Celoteh Bu Mita.
“Saya juga mau Yen. Saya mau ini, ini ini dan ini saja. Wah kamu pinter sekali buat kue ya. Saya mah cuma bisa buat kue kacang saja yang simple.” Ucap Bu Ijah juga.
Aku pun melayani mereka. Setelah itu aku lanjut berjalan menuju ke pasar. Karena tadi ada pembeli di depan rumah, sampai pasar pun kami agak kesiangan. Kami buru-buru menata sayur serta kue-kue ku.
“Wah, kue Yen? Kelihatan enak sekali itu.” Ucap penjual ketoprak samping ku dan juga beberapa kali penjual samping kanan, depan dan belakang ku memuji kue-kue ku.
“Iya bu, ini kue buatan mba Yeni. Silahkan di icip dulu ini bu. Enak banget loh.” Ucap Salma lalu dia menyodorkan piring kecil pada mereka.
Aku tersenyum dan sembari menata lagi kue yang belum tertata rapi.
“Hmm enak. Manis nya pas, engga eneg, engga pahit juga. Biasa nya kalau coklat di brownies itu pahit tapi ini malah menyatu gitu. Hmm..” Puji penjual kentang.
Tiba tiba muncul pelanggan rutin sayur.
“Wah, jualan kue juga Yen. Wah, kayaknya enak ini. Ini berapaan Yen?”
“itu 2000 bu 1. Kalau ini 1500 dan ini 2500.” Jawab ku.
“Wah ya sudah saya beli ini itu dan itu ya Yen. Sama sekalian saya beli labu siam nya 2 terus toge nya 2 bungkus ya Yen.
” Oke bu sebentar ya bu.” Jawab ku langsung membungkus semua pesanan nya.
“Itu lemper sama kue nya beli dimana bu?” tanya Salma pada ibu ini.
“Oh ini beli sama ibu-ibu yang jualan ayam di sana. Kayaknya juga baru deh tapi jualan nya ya Cuma ini aja engga ada yang ini dan kue bulan tuh.”
“Oh gitu bu. Jadi ada penjual baru di sana ya bu.” Ucap ku yang nampak memaklumi nya.
“Iya, tapi tenang aja. Kalau dari tampilan nya pasti enak ini sih. Hehe. Anak saya sukaa pastel sama eh ini di box nya lucu sekali warna nya? Berapaan ini?”
“iya bu, itu dessert box ada yang kering ada juga yang basah bu. Yang kering 25 ribu, yang basah 30 ribu bu. Yang box kecil 15 ribu yang besar 20 ribu yang basah.” Jelas ku sambil tunjuk ke kue yang aku maksud.
“Gitu? Ya sudah saya beli yang besar ini yang kering dan basah. Anak saya pasti suka ini.”
“Baik bu alhamdulillah.” Ucapku.
“Di jamin bu pasti anak nya ketagihan.” Sambung Salma lalu menghitung belanjaan ibu ini.
“Oke lah kalau anak saya ketagihan, saya bakalan beli lagi besok.”
“Baik bu. Kami tunggu di sini hehe.” Jawab Salma.
“Semua nya jadi berapa?” tanya ibu itu lagi.
“Semua nya jadi 72 ribu bu.” Jawab Salma.
“Oke ini ya uang pas.”
“Siap bu. Terima kasih.”
“Sama-sama ya. saya pulang dulu, semoga laris ya.”
“Aamin..”
Setelah pelanggan itu pergi, kami berdua semakin sibuk karena banyak pembeli dan penjual sekitar yang nampak penasaran dengan kue yang aku buat ini. Sampai akhirnya pada jam 11 siang, semua kue ku ada yang habis dan ada juga yang hanya tinggal beberapa biji saja. Selain itu, sayuran yang kami jual juga tinggal 2 ikat kangkung, 3 plastik sup, 4 toge, dan beberapa bayam.
“Mba, alhamdulillah habis mba.” Ucap Salma.
“Iya Sal, alhamdulillah.” Aku ikut senang melihat nya.
“Hmm, kamu belajar dari mana Yen bikin kue begini?” tanya penjual kacang yang ada di depan ku.
“Yeni belajar dari Facebook dan Youtube bu.”
Bersambung..
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜