NovelToon NovelToon
QUEEN MAFIA : REVENGE

QUEEN MAFIA : REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

seorang wanita tangguh, yang dikenal sebagai "Quenn," pemimpin sebuah organisasi mafia besar. Setelah kehilangan orang yang sangat ia cintai akibat pengkhianatan dalam kelompoknya, Quenn bersumpah untuk membalas dendam. Dia meluncurkan serangan tanpa ampun terhadap mereka yang bertanggung jawab, berhadapan dengan dunia kejahatan yang penuh dengan pengkhianatan, konflik antar-geng, dan pertempuran sengit.

Dengan kecerdikan, kekuatan, dan keterampilan tempur yang tak tertandingi, Quenn berusaha menggulingkan musuh-musuhnya satu per satu, sambil mempertanyakan batasan moral dan loyalitas dalam hidupnya. Setiap langkahnya dipenuhi dengan intrik dan ketegangan, tetapi ia bertekad untuk membawa kehormatan dan keadilan bagi orang yang telah ia hilangkan. Namun, dalam perjalanan tersebut, Quenn harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dunia yang ia kenal bisa berubah, dan balas dendam terkadang memiliki harga yang lebih mahal dari yang ia bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25: Perang Terakhir

Keheningan menyelimuti ruangan tua itu. Hanya suara napas mereka yang terdengar dalam kegelapan yang mencekam. Quenn duduk dengan tenang, menatap peta kota yang tergeletak di hadapannya, memikirkan langkah selanjutnya. Mereka sudah terlalu lama berada di bawah bayang-bayang Dmitri, dan malam ini, mereka harus mengambil tindakan. Mereka tahu bahwa setiap detik yang berlalu semakin mempersempit ruang gerak mereka.

Vincent berdiri di jendela, matanya mengawasi jalanan yang kosong. "Mereka pasti tahu kita masih hidup," katanya dengan suara pelan. "Pasukan mereka tidak akan berhenti sampai menemukan kita."

Rina, yang sedang memeriksa perangkat komunikasi yang masih ada, mengangguk. "Aku berhasil mengakses sebagian dari data pusat mereka. Mereka sedang mempersiapkan penyerangan besar, tetapi ada satu kelemahan—sistem komunikasi mereka masih terhubung ke satu titik utama. Jika kita bisa mengaksesnya dan menghancurkannya, kita bisa menghentikan seluruh operasi mereka."

Quenn menatapnya, matanya tajam. "Jika kita bisa menghancurkan sistem komunikasi mereka, kita bisa membuat mereka kacau. Itu akan memberi kita kesempatan untuk menyerang balik."

Vincent mengangkat alis. "Tapi bagaimana kita bisa sampai ke sana? Pusat kendali itu dijaga ketat."

"Memang," jawab Quenn, "tapi mereka membuat kesalahan besar. Mereka berpikir kita akan menyerah begitu saja. Kita harus mengejutkan mereka, membuat mereka berpikir kita masih jauh dari sana."

Rina melemparkan peta kota yang lebih besar ke meja. "Ada satu rute yang bisa kita ambil. Itu jalur yang jarang digunakan, dan meskipun terbilang berbahaya, kita bisa menyelinap tanpa terdeteksi."

Quenn mengangguk, matanya menelisik rute yang dimaksud. "Kita akan pergi ke sana. Ini kesempatan terbaik kita."

Vincent menatapnya, ragu. "Tapi kita akan melawan pasukan penuh, Quenn. Mereka akan menurunkan segala sesuatu yang mereka punya begitu kita terlihat."

Quenn mengeratkan genggamannya pada senjata di pinggang. "Kita tidak punya pilihan lain. Ini saatnya bertindak, atau kita akan terus bersembunyi selamanya. Mereka sudah tahu kita ada, dan mereka akan mengerahkan segala kekuatan untuk menghancurkan kita. Kalau kita ingin menang, kita harus melawan mereka sekarang juga."

Rina mengalihkan perhatian mereka dengan suara tegas. "Aku sudah mengakses data dari pusat mereka. Mereka sedang mempersiapkan pasukan elite dan pasokan senjata baru di pusat kendali. Ini adalah kesempatan kita untuk melumpuhkan mereka semua sekaligus."

Quenn berdiri, memandang timnya satu per satu. "Kita tidak bisa melawan seluruh pasukan mereka secara langsung. Tapi kita bisa mengacaukan pusat kendali mereka. Jika kita berhasil merusak komunikasi dan memutuskan aliran informasi, pasukan mereka akan kehilangan koordinasi. Mereka akan kehilangan kendali."

Vincent mengangguk. "Kau benar. Jika kita bisa memutuskan komunikasi mereka, itu akan memberi kita keuntungan besar. Tapi kita harus sangat cepat."

"Dan kita harus sangat hati-hati," tambah Quenn. "Kita tidak bisa membuat kesalahan kali ini."

Mereka segera bergerak menuju lokasi yang telah mereka rencanakan. Perjalanan mereka melalui lorong-lorong gelap kota, menghindari patroli pasukan Dmitri yang terus meningkat. Quenn dan timnya bergerak dengan hati-hati, menggunakan setiap peluang untuk menyembunyikan keberadaan mereka. Setiap langkah mereka terasa seperti langkah terakhir—tapi mereka tahu bahwa jika mereka berhenti, itu akan berarti akhir.

Sesampainya di titik yang dituju, mereka berhenti sejenak untuk merencanakan serangan terakhir. Bangunan tempat pusat kendali berada menjulang tinggi di depan mereka, dipenuhi penjagaan yang ketat. Pasukan bersenjata lengkap berdiri di setiap sudut, dan helikopter terlihat berputar-putar di udara, siap menghancurkan siapapun yang mencoba mendekat.

"Ini benar-benar jalur yang penuh risiko," bisik Rina, melihat ke sekeliling dengan cemas. "Kita hanya punya satu kesempatan untuk melakukannya."

Quenn menyeringai, meskipun ketegangan merayapi tubuhnya. "Kita sudah bertahan sampai di sini, Rina. Kita tidak bisa mundur sekarang."

Vincent mengangkat senjatanya, memastikan amunisinya cukup. "Ayo selesaikan ini."

Mereka bergerak menuju bangunan itu dengan hati-hati, menghindari patroli yang berputar-putar di sekitar mereka. Begitu sampai di pintu belakang, Quenn memimpin tim untuk memasuki gedung, melalui lorong yang gelap dan sempit. Sistem keamanan sudah terpasang dengan rapat, tetapi Rina berhasil mengakses pintu kontrol, membuka akses mereka ke dalam.

Di dalam, suasana sangat berbeda—tegang, penuh dengan suara langkah kaki, instruksi yang dipancarkan dari sistem komunikasi, dan deru mesin-mesin yang sibuk. Pusat kendali ini adalah pusat dari segala operasi Dmitri, dan jika mereka gagal, itu akan berarti kekalahan total.

Mereka bergerak cepat menuju ruang utama, di mana pusat komunikasi berada. Namun, begitu mereka hampir sampai, pasukan elite Dmitri muncul dari balik dinding, memotong jalur mereka. Ledakan keras terdengar dari ujung lorong, mengubah suasana menjadi kacau balau.

"Serang!" teriak Quenn, suara tegasnya memecah ketegangan.

Tembakan bertalu-talu terdengar di sekitar mereka. Quenn memimpin serangan balik, sementara Vincent dan Rina menutupi posisi mereka. Pasukan elite Dmitri tampaknya tak siap dengan serangan mendadak ini, tetapi jumlah mereka lebih banyak dan persenjataan mereka lebih canggih.

Rina yang berada di belakang melepaskan tembakan, sementara Quenn bergerak lebih maju, menghancurkan setiap hambatan yang ada di depan mereka. Ia tahu waktu mereka semakin sedikit. Setiap detik yang berlalu membawa mereka lebih dekat ke tujuan—mereka harus mencapai ruang kendali sebelum pasukan Dmitri bisa mengirimkan sinyal peringatan.

Akhirnya, setelah beberapa menit pertempuran sengit, mereka berhasil menembus ruang utama. Quenn dan timnya masuk dengan cepat, sementara Rina mulai mengakses komputer pusat kendali.

"Ini dia," katanya, suara gemetar namun penuh keyakinan. "Aku bisa memutuskan jaringan komunikasi mereka."

Namun, sebelum mereka bisa merayakan kemenangan kecil itu, suara alarm tiba-tiba terdengar keras, mengingatkan mereka bahwa musuh masih mendekat dengan kecepatan luar biasa.

"Terlihat ada pasukan cadangan yang menuju ke sini," kata Vincent, dengan nada khawatir. "Kita tidak punya banyak waktu!"

Quenn menggenggam senjatanya lebih erat, menatap layar di depan Rina. "Lakukan sekarang, Rina. Putuskan semuanya!"

Dengan sekali klik, Rina menekan tombol terakhir. Sistem pusat kendali mulai bergejolak, dan layar komputer yang memantau seluruh operasi Dmitri mulai berkedip-kedip. Dalam hitungan detik, komunikasi pasukan Dmitri terputus total.

Quenn menatap layar dengan napas tertahan, tahu bahwa mereka baru saja membuat langkah yang menentukan. Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, suara tembakan kembali menggema, memecah keheningan.

"Ini belum selesai," bisik Quenn, mengangkat senjatanya. "Sekarang giliran kita untuk melawan."

Perang terakhir baru saja dimulai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!