Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika Aruna harus menikah setelah kehilangan calon suaminya 1 tahun yang lalu. Ia dengan terpaksa menyetujui lamaran dari seorang pria yang ternyata sudah beristri. Entah apapun alasannya, bukan hanya Aruna, namun Aryan sendiri tak menerima akan perjodohan ini. Meski demikian, pernikahan tetap digelar atas restu orang tua kedua pihak dan Istri pertama Aryan.
Akankah pernikahan tanpa cinta itu bertahan lama? Dan alasan apa yang membuat Aruna harus terjebak menjadi Istri kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trilia Igriss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Kecemburuan Gita
Tahu akan ada yang ingin bicara dengan Reifan, Rio selaku tamu tak diundang memilih untuk pergi dari sana. Sebelum melewati pintu, Rio melirik tajam ke arah Adnan yang tak kalah rajam membalas lirikan mautnya.
"Dok...."
"Dokter Adnan, apa perempuan yang kamu cari sudah ditemukan?" Tanya Reifan menyela apa yang akan Adnan katakan. Di balik diamnya, Adnan mengernyit heran mengapa Reifan menanyakan masalah ini?
"Belum Dok. Saya ragu mendatangi alamat rumahnya." Jawabnya.
"Kalau mau, orang tadi bisa bantu kamu. Tapi, dia orangnya sedikit rumit, seperti perempuan."
"Sebenarnya saya ingin mencarinya lebih lanjut, tapi entah kenapa, rasanya langkah saya tertahan, Dok."
"Begitu ya. Tapi, boleh saya lihat orangnya, siapa tahu nanti saya ketemu, saya bisa langsung kasih tahu kamu."
"Boleh Dok." Adnan mendadak antusias, Ia langsung mengambil ponselnya dan memperlihatkan foto Aruna yang tengah bersama Alice. Harapnya mendadak kembali besar dengan beribu semoga Ia harapkan akan terwujud. Meski sekedar menatap wajah Aruna saja.
...----------------...
"Bu... saya mau belanja, Ibu mau beli sesuatu?" Tanya Bi Ima sebelum Ia pergi dari rumah.
"Em... beli yang Bibi butuhkan saja."
"Ya sudah Bu. Tapi kalau Ibu mau sesuatu, hubungi saya."
"Iya Bi. Makasih ya!" Diiringi senyum manis, Bi Ima membalas senyuman Aruna dengan lebih ramah. Memang majikannya ini tidak begitu banyak permintaan. Apa yang ada di rumah, itu yang Ia pakai dan Ia makan. Hanya saja, terbersit di benak Bi Ima ia begitu menantikan momen dimana Aruna banyak permintaan suatu hari nanti.
"Semoga saja, tidak menunggu lama lagi. Bu Aruna sangat baik, aku yakin, nanti anaknya pun akan sebaik ibunya." Batin Bi Ima mulai bergelut dengan khayalannya sendiri.
Di pertengahan jalan, Ia melihat Gita yang tengah bercanda ria dengan teman-temannya. Hati kecilnya merasa sedih mengingat Aruna yang selalu sendirian dan terus menolak keluar rumah karena tak ingin menambah masalah dengan suaminya. Ia selalu berharap akan ada bahagia yang menghampiri Aruna agar hidupnya tak begitu hampa.
Di samping itu, Gita yang masih berbincang dengan ketiga temannya di salah satu cafe langganan mereka, Ia selalu melamun tiba-tiba meski selanjutnya kembali tertawa.
"Kamu kenapa sih? Aku perhatikan kayak melamun terus. Ada masalah?" Tanya Laras yang lebih peka dari pada yang lainnya. Gita sontak menggeleng kasar menanggapi pertanyaan Laras tentang sikapnya.
"Gapapa... cuman agak kepikiran sama Mas Aryan aja. Akhir-akhir ini, kerjaannya jadi sering lembur." Jawabnya seraya kembali lesu.
"Ya.. namanya juga cari nafkah. Telat pulang karena kerja itu gapapa, daripada telat pulang karena selingkuh, kan gak lucu." Celetuk Laras ditanggapi senyum paksa oleh Gita sendiri, tanpa Ia tahu jika temannya ini tengah menahan rasa cemburu jika mengingat Aryan yang setiap kali pulang ke rumah Aruna.
"Eh... tapi hati-hati loh Git. Kamu gak dengar ada gosip kalau di komplek sebelah perumahanku itu ada yg ketahuan selingkuh perempuannya. Sama duda katanya. Terus perempuan itu juga afa yang bilang istri kedua. Aku pikir mungkin dia selingkuh karena dia juga selingkuhan. Ngerti gak kalian?" Timpal Ajeng mendadak antusias. "Kamu juga jangan terlalu percaya Git. Bukannya aku manas-manasin keadaan, tapi untuk jaga-jaga aja." Imbuhnya kembali memberi nasehat. Gita semakin menunduk, entah kenapa hari ini Ia begitu sensitif pada ucapan manusia.
"Gatau kenapa, maaf ya... kayaknya aku pulang duluan. Agak gak enak badan." Ucap Gita mencari alasan. Tanpa ingin mendengar ucapan teman-temannya lagi, Gita segera beranjak dari duduknya dan berlalu dengan langkah tergesa. Maya, Ajeng dan Laras hanya bisa saling tatap akan kepergian Gita yang tiba-tiba.
"Gita kesinggung omongan aku gak sih?" Ujar Ajeng menatap nanar kepergian sahabatnya.
"Enggak deh. Tapi bisa jadi. Mungkin dia lagi ada masalah di rumahnya." Timpal Maya terlihat santai.
"Semoga aja. Nanti kita ke rumahnya, dan jelaskan kalau kita gak maksud untuk singgung dia. Lagi pula, aku juga agak curiga akhir-akhir ini sama Aryan." Tutur Laras berubah sendu. Sebab tidak sekali saja Ia melihat Aryan pulang bukan ke rumah Gita. Laras sempat ingin membuktikan kecurigaannya, hingga suatu hari Ia dan Aryan bertegur sapa di perjalanan, dan Aryan mengatakan akan pulang, namun saat Ia menyusul ke rumah Gita, tak ada sosok lelaki itu. Dan anehnya, Gita begitu santai dan meyakinkannya jika Aryan mungkin mampir ke rumah Ibunya.
...----------------...
"Mas..." panggil Gita dari saluran telepon. Aryan yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya lantas mengernyit dan tersenyum dan sedikit merayunya.
"Apa sayang? Istri Mas mau apa?" Tanyanya
"Mau Mas pulang." Rengek Gita tiba-tiba membuat Aryan memudarkan senyumnya. Ia teringat akan janjinya pada Aruna yang akan pulang ke rumahnya dan membawanya buah tangan. Aryan melirik ke arah sebuah bingkisan yang Ia simpan di meja kerja setelah tadi siang Ia membelinya untuk Istri ke dua. Tapi, kenapa Gita tiba-tiba bersikap manja?
"Mas sudah mau pulang sih, tapi Mas mau ke rumah Aruna dulu, gapapa kan?" Mendengar permintaan izin dari suaminya, Gita berubah kesal dan tak bisa menyembunyikan perasaan marahnya.
"Ya udah kalau Mas mau pulang ke rumah Aruna, pergi aja sana! Jangan pulang ke rumahku. Kalau perlu, kita cerai aja Mas." Celotehnya berhasil membuat Aryan terhenyak dan bergegas pergi tanpa menghiraukan bingkisan yang Ia siapkan untuk Aruna.
Di sisi lain, Gita terduduk diam di ujung ranjang dengan emosi yang tersulut. Ia sendiri terheran mengapa begitu cemburu pada Aruna yang jelas-jelas adalah madunya yang Ia restui. Perasaannya tak seperti biasa. Ia mendadak tak rela jika Aryan pulang bukan ke rumahnya. Padahal, sudah biasa Aryan pamit pulang ke rumah Aruna.
Tak lama berselang, terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Gita tahu, namun Gita tak menghiraukan. Ia tetap diam di dalam kamar sampai Aryan sendiri yang membuka pintu dan menghampirinya. Air matanya masih membekas di pipinya, sehingga Aryan mendadak panik.
"Sayang, kamu kenapa?" Tanyanya lembut, selembut belaiannya di wajah sang Istri. Melihat raut wajah khawatir Aryan terhadapnya, Gita semakin bersedih atas terbaginya kasih sayang suami satu-satunya.
"Mas jangan kemana-mana ya!" Lirihnya menunduk sendu seraya menggenggam tangan Aryan dna membiarkan tangisnya semakin menjadi.
"Kamu kenapa? Cerita sama Mas!" Bukannya memberitahu alasan kepada Aryan, Gita hanya menggeleng menanggapi.
"Aku aja gak tahu Mas. Rasanya aku gak bisa lagi lihat kamu sama Aruna." Batinnya yang mungkin tak bisa menerima kenyataan jika perjanjian Aryan batal tanpa sebab. Dimana harusnya di bulan ini, Aryan sudah menceraikan Aruna karena Aruna belum juga mengandung. Rasa kecewanya meluap kala mendengar gosip teman-temannya itu.
"Serumit inikah punya cinta yang tak bisa aku bagi dengan adil? Dihantui rasa bersalah karena terus mengecewakan Aruna, dan ketakutan akan kehilangan Gita karena terlalu sering pulang ke rumah Aruna. Harusnya aku menceraikan Aruna saat ini, tapi entah kenapa niatku hilang, dan rasanya ada separuh hatiku yang sudah melekat pada Aruna. Gita, maaf... aku sudah berkhianat. Tapi Aruna juga istriku. Aku tidak sepenuhnya salah. Terlalu sering bersama, tak heran jika aku memiliki rasa pada Aruna." Batin Aryan semakin erat memeluk Gita yang mulai nyaman akan kehangatannya.
Sementara itu, Aruna yang mendengar kabar dari Bi Ima bahwa Aryan tak jadi pulang ke rumahnya, hanya bisa menghela nafas lega. Ia tak sedikitpun merasa kecewa atau sedih. Meski dari rumah lain, Aryan merasa bersalah karena tak bisa memenuhi ucapannya yang akan pulang. Tapi Ia juga tak ingin jika Gita merasa tak dihargai karena Ia yang akan menemui Aruna dari pada dirinya.
...-bersambung...
jd cerai
trus ketemu adnan
gimana ya thor aruna dg Adnan
biar nangis darah suami pecundang
masak dak berani lawan
dan aku lebih S7, Aruna dg Adnan drpd dg suami pecundang, suami banci
drpd mkn ati dg Aryan, sbg istri ke 2 pula
berlipat lipat ,
memikiran gk masuk akal sehat..