Soya Pinkblack Wijaya, pewaris tunggal Wijaya Company yang berusia 18 tahun, adalah gadis ceria, cantik, dan tomboy. Setelah ibunya meninggal, Soya mengalami kesedihan mendalam dan memilih tinggal bersama dua pengasuhnya, menjauh dari rumah mewah ayahnya. Setelah satu tahun kesedihan, dengan dorongan sahabat-sahabatnya, Soya bangkit dan memulai bisnis sendiri menggunakan warisan ibunya, dengan tujuan membuktikan kemampuannya kepada ayahnya dan menghindari perjodohan. Namun, tanpa sepengetahuannya, ayah dan kerabat ibunya merencanakan perjodohan. Soya menolak, tetapi pria yang dijodohkan dengannya ternyata gigih dan tidak mudah menyerah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nancy Br Sinaga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Rima, terdiam. Ia kembali meneteskan air matanya, ia merasa sangat berdosa jika ia ikut menyetujui niat sang suami dan saudara iparnya itu. Karena ia tahu pesan yang terucap di akhir hayat adik iparnya yang merupakan keinginan yang sudah menjadi harapan utama saat Soya terlahir kedunia ini. Nyonya Rima juga tahu bagaimana Soya selama 3 tahun ini memulai semua bisnisnya dengan susah payah agar suatu saat sang ayah melepaskannya dan membiarkannya hidup bebas dengan semua pilihannya.
Ibu Soya, Nyonya Asmitha tahu betul kehidupan pernikahan dengan hasil perjodohan itu tak mudah, dan terbukti setelah ia hamil Soya dan melahirkan anak itu, sang suami tuan Wijaya masih belum sungguh-sungguh menaruh hati pada ibu Soya yaitu almarhum Nyonya Asmitha. Walau akhirnya cinta itu tumbuh besar namun semua proses itu tak ingin terjadi kepada sang anak. Ia ingin Soya menikah dengan pria yang ia cintai begitupun sebaliknya.
"Sudahlah sayang, cukup doakan agar Soya bahagia dengan Alex itu sudah lebih dari cukup, aku dan Mas Hadi juga sangat mencintai anak itu, kami sangat peduli padanya, terlepas apa yang menjadi wasiat Asmitha 'tuk terakhir kalinya, ini juga merupakan keinginan seorang ayah," tutur Tuan Aswan. Mencoba menenangkan sang istri. Ia usap pundak ringkih yang terlihat sedikit tulang yang menonjol karena asupan nutrisi akhir-akhir ini. Sedangkan diluar seorang gadis tengah berdiri mematung mendengar semua hal itu. Tak ingin ketahuan menguping ia memilih segera masuk kedalam. Dengan diawali rapalan doa yang ia bisa, tangannya terulur untuk membuka pintu itu lebar-lebar.
...Klek...
Pintu terbuka, gadis yang tengah menjadi perbincangan mereka menyembulkan kepalanya seolah-olah apakah kamar yang ia datangi tidak salah.
"Dad," panggilnya sambil celingukan.
"Ah syukur aku kira salah kamar!" tutur Soya sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar VVIP itu dengan senyum yang dibuat gembira.
"Kamar ini kan sudah biasa dipakai Mommy mu jika sedang tak enak badan! kenapa harus keliru, ada-ada saja," kekeh Tuan Aswan.
Soya sedikit menyunggingkan senyumnya, sejenak ia terpaku melihat ke sekeliling kamar yang didominasi warna putih serta beberapa vas bunga lengkap dengan tulip bertengger disana.
"Sepertinya ruangan ini di rombak ya, Mom?" tanya Soya sesampainya di ranjang tempat Nyonya Rima tengah berbaring.
"Iya, sayang." ucapnya lemah.
"Mommy kenapa? apa Daddy tidak memberikan Mommy makanan yang bergizi, Mommy terlihat kurus!' tutur Soya membuat Kevin yang baru saja masuk bersama Hana terkekeh.
" Selamat siang Om, Tante. Saya teman Soya," ujar Soya menyalami tangan Tuan Aswan dan Nyonya Rima bergantian.
"Bukannya biasanya kalian bertiga, dimana yang satunya?" tanya Tuan Aswan.
Hana sedikit mengerutkan dahi mengingat siapa yang Tuan Aswan maksud.
"Jino," ucap Kevin sambil membetulkan kursi yang akan dia duduki.
"Oh, Dia ada urusan tadi, jadi saya kesini bertugas menemani Soya," lanjut Hana dengan senyum polosnya.
Nyonya Rima yang mendengar penuturan Hana tersenyum,
"Memangnya apa tugas Hana, jika Jino ada di antara kalian?" tanya nya ingin tahu
"Em.. Jino setiap hari bertugas menjadi pengawal kita berdua Tan, tapi kalau dia tidak ada dan ada hal yang penting terkait kita berdua, ya.. salah satu dari kami yang bertugas," tuturnya kebingungan dengan ucapannya sendiri.
"Kamu ngomong apa sih, Han!" ucap Soya yang ikut bingung dengan pernyataan gadis setinggi 150 cm itu tuturkan.
"He.. he!" tawa lebar menghiasi wajah Hana dan membuat Nyonya Rima ikut terkekeh.
Obrolan pun mengalun begitu saja hingga Soya lupa yang tadinya khawatir mengenai kondisi sang Mommy akhirnya bisa bernafas lega saat dokter yang menangani wanita berusia lebih dari seperempat abad itu mengatakan jika Rima baik-baik saja hanya butuh istirahat dan membuat jadwal makan yang teratur.
Duh makin penasaran nih kelanjutannya.