NovelToon NovelToon
Dibalik Topeng Sang Brandal

Dibalik Topeng Sang Brandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Di kota kecil bernama Harapan Senja, beredar cerita tentang sosok misterius yang dikenal sebagai "Sang Brandal." Sosok ini menjadi legenda di kalangan warga kota karena selalu muncul di saat-saat genting, membantu mereka yang tertindas dengan cara-cara yang nyeleneh namun selalu berhasil. Siapa dia sebenarnya? Tidak ada yang tahu, tetapi dia berhasil memenangkan hati banyak orang dengan aksi-aksi gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 28

Kai, Zed, dan Viktor berlari menerobos kegelapan malam dengan napas tersengal-sengal. Langkah kaki mereka bergema di sepanjang jalan yang sepi, meninggalkan jejak darah dan peluh di belakang mereka. Pabrik tua yang mereka tinggalkan semakin menjauh, tetapi suara tembakan dan teriakan musuh masih terdengar, membuntuti mereka seperti bayang-bayang.

Kai merasakan denyut adrenalin di dalam nadinya, tetapi rasa cemas tidak pernah meninggalkannya. Mereka sudah kehilangan momentum, dan sekarang berada dalam posisi yang sangat rentan. Pikirannya berputar mencari solusi di tengah kepanikan yang semakin menguasai mereka.

“Kita harus pecah formasi,” ulang Kai dengan lebih keras, memastikan kedua temannya mendengarnya. “Itu satu-satunya cara untuk bikin mereka bingung dan ngurangi jumlah pasukan yang ngikutin kita.”

Viktor melirik Kai sekilas. “Gue nggak suka ide ini, tapi kita nggak punya pilihan lain. Zed, lo jalan ke arah utara, gue ambil selatan. Kai, lo ke barat. Kita semua harus ketemu di tempat yang udah kita setujui.”

Zed mengangguk cepat. Wajahnya menunjukkan kelelahan, tetapi sorot matanya tetap fokus. “Gue akan coba ngehack sistem mereka lagi, kasih kita sedikit waktu buat melarikan diri. Tapi gue butuh koneksi aman, jadi lo semua harus kasih gue waktu.”

“Kita bakal kasih lo waktu yang lo butuhin, Zed,” balas Kai sambil menepuk punggung sahabatnya itu. “Sekarang, ayo kita keluar dari sini dan bikin mereka pusing nyari kita.”

Dengan satu persetujuan terakhir, ketiganya berpisah, masing-masing menghilang ke dalam kegelapan kota yang dingin. Kai merasakan hatinya berat saat meninggalkan teman-temannya, tapi dia tahu ini langkah yang harus mereka ambil. Semua tergantung pada apakah mereka bisa bertahan hidup dalam permainan mematikan ini.

Kai berlari dengan cepat melewati gang-gang sempit, menjaga dirinya tetap berada dalam bayang-bayang untuk menghindari pandangan musuh. Setiap sudut kota ini telah dia hafal, tapi malam ini, semua terasa lebih asing. Dia merasa seperti sedang dikejar oleh hantu-hantu dari masa lalunya, bayangan Volkov yang tidak pernah benar-benar hilang.

Sementara itu, Zed menuju ke sebuah gedung tua yang sudah tidak terpakai, menggunakannya sebagai tempat untuk mengakses jaringan. Tangan-tangannya bergerak cepat di atas keyboard, mencoba mengatur ulang koneksi dan menyusup ke sistem komunikasi Volkov. Jantungnya berdebar kencang, bukan hanya karena ketakutan akan tertangkap, tapi juga karena dia tahu bahwa kegagalan bisa berarti kematian bagi mereka bertiga.

Di tempat lain, Viktor terus melaju ke arah selatan, berusaha menghilangkan jejak di belakangnya. Dia mengambil rute yang berbelok-belok, melewati jalanan yang jarang dilalui untuk membingungkan pengejar. Setiap kali dia mendengar suara langkah kaki di belakangnya, dia segera menyingkir ke bayang-bayang atau berlindung di balik dinding. Pikiran tentang keselamatan teman-temannya terus menghantuinya, tetapi dia tahu bahwa yang terpenting saat ini adalah tetap hidup.

Di tengah pengejaran itu, Kai tiba-tiba mendengar langkah kaki lain yang mendekat dari belakang. Nalurinya mengatakan bahwa musuh telah menemukan jejaknya. Dia mempercepat langkahnya, memaksa tubuhnya untuk bergerak lebih cepat meskipun otot-ototnya sudah mulai terasa lelah.

Kai memutuskan untuk membuat keputusan cepat. Dia berbelok ke sebuah gang yang lebih sempit, berharap bisa menjebak pengejar dalam ruang yang terbatas. Dia meraih pistol di balik jaketnya dan mengokangnya dengan tenang. Saat langkah kaki musuh semakin dekat, Kai bersiap di balik sebuah tong sampah besar, menunggu momen yang tepat.

Ketika bayangan pertama muncul di sudut gang, Kai dengan cepat mengarahkan senjatanya dan menembak. Suara tembakan bergema, dan tubuh musuh pertama jatuh ke tanah. Dua orang lainnya segera melompat mundur, bersembunyi di balik tembok.

Kai tidak memberikan mereka kesempatan untuk bereaksi lebih lanjut. Dia keluar dari tempat persembunyiannya dan menembakkan beberapa peluru lagi ke arah mereka. Salah satu dari musuh berhasil melompat ke samping, tapi yang lainnya terkena peluru tepat di dadanya. Orang itu jatuh dengan teriakan tertahan, dan hanya tinggal satu orang lagi yang berdiri.

Orang itu melawan dengan tembakan balasan, memaksa Kai mundur ke balik tong sampah. Mereka terlibat dalam baku tembak yang sengit, tetapi Kai tahu dia harus cepat sebelum lebih banyak musuh datang. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan diri, dan menunggu saat yang tepat.

Saat suara klik terdengar dari senjata lawannya, menandakan peluru habis, Kai tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dia segera keluar dari tempat persembunyian dan menembakkan peluru terakhir ke arah pria itu. Tepat sasaran. Pria itu jatuh ke tanah dengan mata terbelalak, senjatanya terlepas dari genggamannya.

Kai menghela napas lega, tetapi dia tahu ini hanya permulaan. Dia harus segera melanjutkan perjalanan dan bertemu dengan Zed serta Viktor. Mereka masih belum keluar dari bahaya.

Di tempat persembunyiannya, Zed berhasil mengakses sistem komunikasi Volkov. Tangannya bergerak cepat di atas keyboard, mengirimkan sinyal palsu dan membuat jaringan mereka kacau. Dia tidak bisa menahan senyuman kecil saat melihat hasil pekerjaannya. Sekarang, mereka punya sedikit waktu untuk melarikan diri.

Namun, senyum itu segera pudar ketika dia mendengar suara langkah kaki yang mendekat dari arah pintu masuk gedung. Zed meraih pistolnya, meskipun dia tahu keahliannya dalam pertempuran tidak sebanding dengan Kai atau Viktor. Tapi dia tidak punya pilihan. Ini adalah hidup atau mati.

Pintu gedung terbuka dengan keras, dan dua orang bersenjata masuk. Zed menahan napas, mencoba meredakan ketakutannya. Dia tidak boleh panik. Dengan cepat, dia menembak ke arah orang pertama yang masuk, tetapi tembakannya meleset. Orang itu berbalik dan mulai menembak ke arah Zed, memaksa Zed untuk bersembunyi di balik meja.

Zed tahu dia tidak bisa bertahan lama dalam situasi ini. Dia mengambil keputusan nekat dan berlari menuju pintu keluar lain di ujung ruangan. Peluru berdesingan di sekelilingnya, tapi Zed tidak berhenti. Ketika dia hampir mencapai pintu, sebuah peluru mengenai bahunya, membuatnya terhuyung-huyung.

Tapi Zed tidak menyerah. Dengan satu gerakan cepat, dia membuka pintu dan keluar dari gedung, lalu segera berlari menuju arah yang berbeda. Bahunya berdarah, tapi adrenalin membuatnya terus bergerak. Dia harus bertemu dengan Kai dan Viktor, meskipun nyawanya menjadi taruhannya.

Di sisi lain kota, Viktor menemukan dirinya dikelilingi oleh empat orang musuh di gang sempit. Mereka tampak terlatih, dan Viktor tahu ini bukan pertempuran yang bisa dia menangkan dengan mudah. Tapi dia juga tidak punya niat untuk menyerah.

Viktor menarik napas dalam-dalam, membiarkan ketenangan menguasainya. Dengan gerakan cepat, dia mengeluarkan dua pisau lempar dari sabuknya dan melemparnya dengan presisi yang sempurna. Dua dari musuh jatuh ke tanah sebelum mereka sempat bereaksi. Viktor melompat ke depan, meraih pistolnya, dan menembak musuh ketiga yang mencoba mengarahkan senjatanya ke arah Viktor.

Pria terakhir yang masih berdiri terlihat ragu-ragu, dan itu adalah kesalahannya. Viktor tidak memberinya waktu untuk berpikir lebih lanjut. Dia menembak orang itu di kepala, mengakhiri pertempuran dalam hitungan detik.

Meski telah mengatasi musuh-musuhnya, Viktor tahu dia harus segera pergi. Dia berlari menuju titik pertemuan, berharap teman-temannya juga selamat dari serangan yang mereka hadapi.

Malam semakin larut ketika ketiganya akhirnya bertemu di sebuah tempat persembunyian sementara di pinggir kota. Kai dan Viktor terlihat lelah tetapi tidak terluka parah, sementara Zed menahan rasa sakit di bahunya yang berdarah. Kai segera merobek sebagian kain dari jaketnya dan mengikatnya di bahu Zed untuk menghentikan pendarahan.

“Kita berhasil keluar,” kata Kai dengan napas berat. “Tapi ini belum berakhir. Volkov pasti akan mencari kita lagi. Kita harus segera merencanakan langkah selanjutnya.”

Viktor mengangguk setuju. “Sergei masih berjuang di tempatnya. Kita harus manfaatkan kekacauan ini untuk memukul Volkov lebih keras lagi.”

Zed, meskipun terluka, mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil. “Gue berhasil ngehack sistem mereka. Kita punya waktu untuk bergerak sebelum mereka pulih.”

Kai menatap kedua temannya dengan penuh tekad. Mereka telah menghadapi bahaya besar malam ini, tetapi mereka masih hidup.

1
Ana@&
lanjut thor
anggita
kenshin... 😁kya nama kartun samurai.
anggita
ok Thor👌moga novelnya lancar banyak pembacanya.
xy orynthius: Aamiin
total 1 replies
anggita
like👍buat Zed brandal.☝iklan utk author.
anggita
namanya panjang banget.. dowo tenan yoh🤔.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!