Menceritakan seorang remaja yang bertekad untuk bertahan hidup apapun caranya. Kenapa harus begitu ? Karena dirinya telah berpindah ke dunia lain.
Cerita ini masih berlatar Multiverse dari cerita 'Pindah Dimensi Lain'.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn_Frankenstein, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 : Kedatangan Mereka.
Hasil pertarungan antara Dika dan werewolf betina pun berakhir, dan Dika 'lah yang kalah. Tak hanya kalah dan kehilangan bagian lengan tangannya. Remaja ini merasa tubuhnya sudah tak bisa berdiri. Disaat-saat terakhir, tiba-tiba datanglah tiga sosok orang asing, dan salah satunya memberikan pukulan ke perut werewolf itu.
"Hei.., kasihan sekali sih anak ini, masih kecil sudah dijadikan bahan mainan oleh manusia serigala ini." ucap seorang pria yang berdiri di dekat tubuhnya Dika.
"Cukup paman Sean, sekarang lakukan yang seharusnya kau lakukan." ucap sosok pemuda berambut pirang keemasan.
"Baiklah, pangeran." ucap sosok pria bernama Sean itu, dia maju berjalan mendekati werewolf betina itu yang kini berdiri dan menatap tajam ke arahnya.
"Dr. Alex tolong urus anak ini." ucap pemuda berambut pirang itu.
"Tanpa kau suruh sudah pasti aku lakukan, pangeran Reynal." jawab sosok Dr. Alex, dia seorang pria yang mengenakan jubah putih dan dia memiliki wajah yang lumayan mirip dengan pria yang bernama Sean tadi.
"Pangeran Reynal, jagalah kami selagi aku sedang mengurusnya." ucap Dr. Alex sambil mengeluarkan beberapa alat dari ruang dimensi penyimpanannya, dan sosok yang bernama Reynal mengiyakan dan menganggukkan kepalanya.
Dan sekarang pemuda yang bernama Sean itu tengah bertarung melawan werewolf betina itu. Mereka saling beradu pukulan dengan hebat.
"Wah, kau kuat juga." kata Sean di sela-sela mereka bertarung.
"Tapi apa kau mampu menahan pukulanku ini." ucap Sean lagi sambil melayangkan bogem mentah tangan kirinya.
Bughh...!!
Sebuah pukulan keras menghantam wajah werewolf itu, dan itu berhasil membuatnya terdorong beberapa meter dari lawannya kini. Sungguh keberuntungan atau takdir yang telah memihak Dika, karena disaat ia sudah dalam keadaan yang parah, tiba-tiba 3 sosok asing yang datang menyelamatkannya dari monster serigala atau werewolf betina yang ganas.
Dan sekarang kondisi Dika dalam keadaan tak sadarkan diri, dia sedang diurus oleh sosok pria yang mengenakan jubah putih seorang dokter di bumi. Sedangkan werewolf betina itu, sekarang dia sedang bertarung habis-habisan melawan sosok pria yang tak biasa yang bernama Sean, karena bagian tangan kirinya terbuat dari logam.
Setiap pukulan yang diterima, rasa sungguh sakit yang tak biasa. Bugh...!! Bugh...!! Bugh...!! Bugh...!! Pukulan bertubi-tubi mendarat di seluruh tubuh sang werewolf. Meski Sean juga terkena pukulan balasan, itu tak berarti baginya, karena dari fisik dan tenaga, dia jauh lebih unggul dari lawannya.
"Apa segini saja kemampuanmu ?" tanya Sean disela-sela pertarunganku.
"Ahh, maafkan aku yang datang dalam keadaan tubuh yang fit." lanjutnya.
Sean pun melompat mundur, tiba-tiba tangan kiri logamnya diselimuti percikan petir. "Maafkan aku nona serigala, sepertinya aku harus mengakhiri pertarungan kita karena aku sedang buru-buru."
Lalu Sean melompat maju, dengan tepat sasaran, pukulan petirnya mengenai wajah werewolf itu, dan itu membuat dampak tanah sekitarnya bergetar yang disertai percikan petir yang menyebar.
Dan benar saja, pria bernama Sean itu memenangkan pertarungannya, pertarungan yang tak memakan banyak waktu. Itu pun karena kondisi Sean yang sedari awal sudah fit, sedangkan werewolf betina itu dalam kondisi yang tak sepenuhnya baik-baik saja. Hasil perbuatan Sean, membuat sosok werewolf itu tak sadarkan diri dan tergeletak tak sadarkan diri.
Sean tersenyum puas, lalu ia membuka telapak tangan kanannya. Dari sini, penampilannya pemuda ini cukup jelas, dia memiliki rambut hitam sepanjang bahu, tangan kirinya terbuat dari logam. Meski dia seorang pria yang sudah menikah, dia masih terlihat tampan. Tiba-tiba di telapak tangan kanannya keluarlah bola petir.
"Maaf sekali, aku harus melenyapkanmu, tapi tenanglah, aku akan memberikan kematian yang tak menyakitkan." ucapnya.
"Paman Sean...!! Hentikan..!!" ucap sosok pemuda berambut pirang kemasan, dia mengenakan zirah yang menutupi pakaian birunya.
Dialah Reynal Poetra Wan, seorang Pangeran sekaligus putra bungsu dari Reyhann Wan yang merupakan telah pensiun dari jabatan seorang Raja yang kini sudah digantikan oleh putra sulungnya. Tak hanya ketampanannya yang mirip dengan sang ayah, tapi juga mewarisi kekuatannya.
"Jangan bunuh dia, dia sudah tak berdaya, itu bukan perbuatan ksatria sejati." ucap Reynal yang tiba-tiba sudah muncul dan langsung memegang lengannya Sean.
Sean menghela nafasnya, lalu ia menghilangkan bola sihir petirnya. "Hah..., aku pikir kau tak hanya mewarisi kekuatan seniorku, tapi sifatmu malah seperti ibumu."
"Bahkan setelah kau menikah dan punya anak, sifatmu sudah mulai berubah drastis." lanjutnya.
Sean tak habis pikir dengan pemikiran anak bungsu dari seniornya, karena di kondisi sang werewolf yang tak berdaya itu seharusnya bisa dengan mudah membunuhnya.
Reynal tersenyum, lalu ia melepaskan lengan Sean. "Kita tak perlu membunuhnya, cukup membuatnya menderita saja."
Sean mengangkat alis sebelahnya. "Apa yang kamu rencanakan ?"
Reynal lalu mengeluarkan sebuah kalung hitam dari ruang penyimpanan dimensinya. Sean yang melihat kalung itu terbelalak.
"Bukankah kalung ini buatan Quinn ? Si vampir gila itu 'kan ?" tanya Sean memastikannya.
"Bukankah kalung ini masih dalam percobaan ? Dari mana kau mendapatkannya ?" tanya Sean lagi sambil memegang kedua bahu Reynal.
"Aku memintanya langsung sebulan yang lalu. Dan beliau memberikannya beberapa saja." sahut Reynal dengan santainya.
Sean melepas kedua bahu Reynal yang sudah ia anggap keponakannya, ia tersenyum menyeringai, begitu juga dengan Reynal.
"Tanpa aku jelaskan rencananya, paman pasti tau, kan ?" ucap Reynal dengan mengangkat dan menaikan kedua alisnya.
Sean tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ku tarik ucapanku yang tadi, ternyata pemikiranmu jauh lebih luar biasa dari ayahmu, hahahaha...."
Tak hanya Sean yang tertawa, begitu juga dengan Reynal, mereka berdua tertawa terbahak-bahak sambil saling merangkul. Sedangkan sosok pria yang mengenakan jubah putih, dia hanya menghela nafasnya sambil mengobati dan memulihkan keadaan sosok remaja yang masih tak sadarkan diri.
Dialah Dokter Alexander, biasa dipanggil Dr. Alex, dia adalah seorang ilmuan sekaligus dokter, dan dia adalah ayahnya Sean yang kini tengah asik menjalankan rencana anehnya bersama Pangeran dari Kerajaan Wan.
.....
Beberapa lama kemudian, Dika membuka kedua matanya dengan pelan, ia melihat sekelilingnya.
"Kau sudah sadar ?"
Tiba-tiba ada suara asing yang tertangkap di indra pendengarannya. Remaja itu terbelalak karena mengingat pertarungannya yang membuatnya akan mati. Dia pun langung bangun, karena tubuhnya masih merasakan sakit, ia tak bisa berdiri, lalu ada sebuah genggaman dikedua bahunya.
"Tenanglah, kau sekarang baik-baik saja." ucap sosok pria asing dengan mengenakan jubah putih.
Dika terlihat linglung, dia lalu melihat sekitarnya. Ternyata selain pria berjubah putih didekatnya, ia melihat dua orang asing lagi yang tak jauh darinya yang kini sedang duduk santai menatapnya.
"Siapa kalian ?" tanya Dika.
"Wah kurang sopan sekali kau, begini 'kah caramu kepada orang-orang yang sudah menyelamatkanmu ?" tanya sosok pria berambut hitam sepanjang bahu.
"Paman, kaya gak pernah bangun tidur saja, dia kan baru sadar, nyawanya belum terkumpul semuanya, jadi dia seperti orang aneh yang kebingungan." ucap pemuda tampan yang mengenakan zirah.
lanjutkan