Izinkan Aku Memanggilmu Bunda

Penantian yang panjang dan tidak tahu kapan akan usai, itu yang dirasakan Nicco. Kini buah hatinya sudah berumur satu setengah tahun dan sudah bisa berjalan. Kerinduannya kepada ibu dari anaknya semakin mendalam, tanpa tahu cara melepasnya. Sekedar tanya nomor ponsel Zizi saja tidak punya keberanian.

Buah hatinya yang menjadi penyemangat untuk setia menanti. Harapannya semoga suatu saat mata hati Zizi terketuk untuk menerima buah hatinya dan dirinya. Pilu di hatinya dapat ditutupi dengan senyum putranya.

Setiap pulang kerja putra kesayangannya akan lari menyambutnya, hingga hilang rasa lelah setelah seharian bekerja. Saat ini Nicco pulang dan putranya digendong sus Utari dengan hipseat, sedang disuapi di depan rumah. Melihat mobil papanya memasuki halaman rumah Dennis girang bukan main, tapi karena papanya masuk rumah anak itu menangis keras.

"Sebentar boy, papa cuci tangan dulu!" katanya sambil lari masuk kedam rumah, membawa jas di lengannya dan tas kerjanya.

Tangis Dennis semakin kencang. Nicco mencuci tangan dan langsung mengambil kunci motornya lalu keluar menuju sang anak. Nicco memberikan kunci motornya pada pak Trisno. Menggulung kemeja kerjanya sampai bawah siku.

"Pak Trisno tolong keluarkan motor saya dari garasi?" perintahnya pada pak Trisno sambil berteriak karena jarak mereka agak jauh. Mendengar teriakan Nicco, mama Nilam lari keluar rumah menuju tempat Nicco.

"Baik mas." Jawab pak Trisno.

"Nicco, kamu bawa motor mau kemana?" tanya mama Nilam.

"Mau jalan-jalan sama boy ma!" jawab Nicco yang terus naik motor saat motornya sudah di keluarkan pak Trisno.

"Nicco, jangan bawa cucu mama naik motor, bahaya!" teriak mama Nilam.

"Nggak ma....aman! tenang aja!" jawab Nicco.

"Aman dari mananya? Cucu mama masih kecil, motor kamu terlalu gede. Nicco jangan nekat!" mama Nilam makin marah ketika Nicco mendudukkan sang putra di motor sportnya.

"Sus, pinjem kainnya!" kata Nicco pada sus Tari yang langsung memberikan hipseat yang dibawanya. Nicco menggendong Dennis menghadap ke depan dengan hipseat. Mama nilam geleng-geleng melihat kelakuan Nicco.

"Jangan jauh-jauh, pelan-pelan saja bawa motornya!" peringatan dari mama Nilam.

"Tenang ma.....cuma muter-muter komplek!" jawab Nicco.

Nicco membawa putranya naik motor dengan bangga. Sang anak pun tertawa girang karena ini pertama kali naik motor. Sejak saat itu tiap pulang kerja pasti ada drama Dennis menangis minta jalan-jalan naik motor alias tuman.😂😂😂

Kapok lo Co!

***

Hubungan Zizi dengan Erwin semakin dekat, Erwin selalu bisa membuat Zizi happy. Sikapnya yang dewasa selalu mengalah dengan sifat kekanak-kanakan Zizi bisa membuat Zizi merasa dilindungi.

Namun saat Erwin mengungkapkan perasaannya Zizi selalu mengatakan belum bisa menjawab. Saat ini Erwin mengantarkan Zizi pulang ke apartemen setelah pulang kerja.

"Zi, aku benar-benar sayang sama kamu, aku serius. Aku harus buktiin gimana agar kamu percaya?" tanya Erwin.

"Win, aku minta maaf, aku belum bisa jawab, aku butuh waktu, kita jalani dulu seperti ini." jawab Zizi.

"Tapi aku butuh kepastian Zi, apa perlu aku ngomong ke orang tuamu?"

"Jangan, lagian aku nggak suka dipaksa, jadi tolong jangan paksa aku." Zizi berjalan cepat meniggalkan Erwin.

***

Beberapa hari setelah kejadian itu Zizi selalu menghindar setiap bertemu Erwin. Erwin jadi bingung sendiri dengan sikap Zizi, Erwin merasa bersalah.

"Zi, aku antar pulang ya?" Erwin menawarkan bantuan.

"Nggak perlu, aku pulang bareng Selin."

"Tapi Selin mau ngedate sama Yuan, kamu mau jadi obat nyamuk?" tanya Erwin.

"Aku naik taxi aja!" kata Zizi ketus.

"Zi.......! Erwin menarik tangan Zizi lalu dengan cepat mendekap tubuh Zizi, mendekatkan wajahnya hingga tak berjarak dan dengan cepat mencium bibir Zizi. Zizi tersentak tak bisa bergerak saat dengan cepat Erwin melum**t bibirnya. Lalu dengan kasar Zizi mendorong tubuh Erwin.

"Aku sudah bilang, aku nggak suka dipaksa! Aku benci kamu!" kata Zizi dan langsung lari meninggalkan Erwin.

***

Minggu pagi Nicco berniat mengajak Dennis jalan-jalan di taman, karena melihat ekspresi Dennis yang begitu senang saat diajak main diluar. Tapi tidak bisa kalau tidak mengajak teman lalu berinisiatif mengajak Yuda.

"Yud, temenin gua jogging di taman!' kata Nicco lewat sambungan telepon.

"Males gua, hari Minggu waktunya molor." jawab Yuda yang sepertinya beru melek karena ada telepon dari Nicco.

"Gak ada penolakan jemput gua sekarang!" kata Nicco lalu memutus sambungan secara sepihak karena tak ingin mendengar berbagai alasan Yuda. Setelah dua puluh menit kemudian Yuda sudah datang dengan pakaian olah raganya. Nicco sudah menunggu dengan Dennis di gendongannya.

Nicco memakai training abu muda kaos putih, sama dengan sang putra dengan sepatu putihnya.

"Ni acaranya mau momong apa mau joging sih?" tanya Yuda.

"Terserah yang penting kita bawa Dennis ke taman, biar dia tahu dunia luar." Jawab Nicco ketus dan langsung masuk mobil Yuda dan Dennis dipangkunya.

Sesampainya di taman Dennis dibiarkan berlarian kesana-kemari. Main di playground yang ada di taman itu dengan pengawasan Nicco dan Yuda.

"Co, kalau kayak gini kita berasa keluarga yang sakinah yaa!" kata Yuda.

"Sakinah gusimu bengkak, lo kira gua doyan jantan, jijik gua!"

"Ya kan orang main ke taman bawa anak sama emaknya, lha ini lo bawa gua. Ya gua kayak emaknya dia (Dennis)."

Di tengah perdebatan itu ada tiga orang memperhatikan mereka. Tiga orang itu trio Wiguna yang rutin jogging di hari Minggu. Yang membuat pemandangan jadi aneh mereka menggunakan kaos putih yang sama seperti anak TK yang sedang piknik.😅🤷🤣

"Halo jagoan om, lagi olahraga juga ya?" tanya Zidan sambil jongkok mensejajarkan tingginya dengan Dennis."

"Heh, kalian jogging juga ?" tanya Yuda.

"Iya, kita hari Minggu emang selalu olahraga, nggak kayak lo kalau Minggu molor mulu kerjanya." kata Zafran .

"Kok tahu, kayak cenayang aja lo, gua kesini juga karena dipaksa bapaknya tuh bocil." Jawab Yuda jengkel.

Mereka asik berkejar-kejaran sama Dennis. Dennis sangat senang berlari mengejar om-omnya yang sengaja menggodanya. Zaki menangkap Dennis dan mengangkatnya tinggi hingga Dennis tertawa girang.

"Boy, lari ke sono.....ke pakde Yuda!" Perintah Nicco pada Dennis.

"Co, jangan ajari manggil pakde dong, nggak elite banget." protes Yuda.

"Terus mau dipanggil apa, paklik? Lo lebih tua dari gua jadi manggilnya pakde." jawab Nicco, yang lain tertawa ngakak.

"Panggil uncle gitu, lebih keren dikit."

"Hah? Muka sama nama lo lokal banget Yudakara Setiaji mana cocok dipanggil uncle!" Yuda semakin jengkel sedang yang lain semakin ngakak.

Zafran mengambil foto Dennis berulang kali menggunakan ponselnya. Dennis lari ke arah Nicco. Zafran meminta tolong Yuda untuk mengambil foto mereka.

"Awas ya Zaf, jangan lo buat story foto anak gua, jangan nunjukin wajah anak gua di medsos." ancamnya pada Zafran.

"Kenapa?" bukan Zafran yang bertanya tapi Zidan.

"Anak gua terlalu cakep, nanti pada nanya siapa bapaknya? Mana emaknya? Terus gua dikejar-kejar janda. Mau ponakan lo punya emak tiri?" tanya Nicco songong.

Pulang dari jogging Zafran sengaja membuat story foto mereka berlima dengan Dennis, untuk memancing emosi Nicco. Dan benar saja Nicco langsung chat Zafran untuk menghapus storynya. Zafran tak mengindahkan cuma menutup wajah Dennis dengan emoji.

...

Nicco Zafran Dennis Zidan Zaki...

***

Di bagian bumi lain, Zizi baru saja keluar dari kamar mandi. Tubuhnya menjadi segar, hari ini sengaja tidak bekerja karena badannya terasa lelah. Setelah menyisir rambut, Zizi duduk di ranjang lalu mengambil ponselnya. Zizi melihat story Zafran yang mengunggah fotonya bersama Zaki, Zidan dan......ah Nicco. Dan anak kecil yang dipeluk kedua abangnya, pasti putranya. Kenapa wajahnya ditutupi, sesal Zizi yang tak dapat melihat wajah tampan putranya. Zizi melihat wajah tampan Nicco. Dalam batinnya "Kok mereka terlihat begitu akrab. Apakah hubungan mereka sudah begitu dekat?" Tanyanya dalam hati.