Digondol Jin

“Huuuuaa.. huaaa.. huaaa... Kakak memfitnah aku hua... huaaa.... huuaaa...” ucap Windy sambil menangis dengan sangat keras.

“Huaaaaaa... huuuuuaaa... huuuuaaaa....” Windy terus saja menangis dengan keras hingga telinga Pungki terasa sakit.

“Windy diam jangan menangis. Jadi kamu bukan mata mata?” tanya Pungki dan Windy yang masih memunggungi Pungki pun menganggukkan kepalanya dengan mantap.

Pungki masih mendengar suara isakan tangis Windy.

“Hiks... hiks... hiks...”

Dari belakang Pungki melihat dua tangan mungil Windy terangkat tampak mengusap usap wajah, seperti nya Windy sedang sibuk menghapus air mata.

“Maafkan aku sudah membuat kamu menangis dan bersedih.” Ucap Pungki dengan penuh rasa sesal, melihat Windy yang tampak sedih seperti nya kecurigaan dia jika Windy sebagai mata mata, adalah salah.

“Kakak tahu tidak? memfitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan.” Suara imut Windy yang belum juga menoleh.

“Iya maaf sekarang apa boleh aku melihat wajah kamu.” Ucap Pungki yang kini sudah siap untuk melihat wajah demit bocil itu. Karena dia sudah melihat beberapa demit bocil di kerajaan jin waktu itu. Dan juga demit bocil yang meringis waktu di taman bunga lili.

Windy pun membalikkan tubuhnya, dan tersenyum manis menatap Pungki.. Pungki tampak kaget karena Windy memang salah satu demit bocil yang pernah dia lihat waktu di kerajaan jin Sang Ratu. Demit bocil yang dengan wajah manusia.. dan bisa dibilang wajah Windy terbilang tampan..

“Windy kamu kan jin yang ada di kerajaan jin Sang Ratu?” tanya Pungki sambil menatap wajah imut Windy.

“Iya Kakak, tapi aku bukan mata mata. Aku mau ikut Kakak saja, tidak mau lagi di kerajaan jin Sang Ratu.” Ucap Windy dengan nada serius dan sesaat kemudian tampak kedua mata Windy berkaca kaca.

“Boleh ya Kak, aku tidak nakal aku mau bantu Kakak.” Ucap Windy lagi sambil menatap Pungki penuh permohonan.

“Apa orang tua kamu tidak marah dan mencari kamu? Apa kamu tidak dicari para jin abdi abdi Sang Ratu?” tanya Pungki sambil menatap Windy.

“Nanti aku dituduh menculik kamu.” Ucap Pungki lagi, Pungki pun takut jika para jin di kerajaan jin Sang Ratu marah pada dirinya bisa semakin kacau masalahnya.

“Tidak Kakak, aku sudah tidak punya orang tua.” Ucap Windy dan kedua matanya kembali memerah dan berkaca kaca.

“Oooo...” gumam Pungki yang ada rasa kasihan pada Windy, meskipun heran juga bagaimana cerita nya mengapa demit bocil itu tidak punya orang tua.

“Ayah ku manusia biasa tetapi dia tidak mau tinggal di kerajaan jin. Sedang aku dan Ibu waktu itu tinggal di kerajaan jin. Aku ingin tinggal bersama Ayah lalu Ibu dan aku mencari ayahku, ternyata ayah sudah meninggal.. Ibu dan aku ingin tinggal di desa tempat ayah dikubur , tapi diusir oleh orang orang, sampai aku terpisah dari Ibuku. Aku mencari Ibu di kerajaan Sang Ratu tapi Ibu tidak ada. Terus aku tinggal di kerajaan Sang Ratu, aku berpikir mungkin suatu saat Ibuku akan datang. Aku sering disuruh suruh para jin dan manusia yang bekerja di sana.. termasuk disuruh membantu membuat kebun bunga lili itu.. Selesai pekerjaan membuat kebun bunga lili, aku bermain main jauh karena ada odong odong lewat di jalan aku ikut odong odong jalan jalan. Saat aku kembali ke kebun bunga lili yang dibuat itu, sudah tidak ada lagi, kebun bunga lili sudah hilang. Aku bingung , dan jin jin penjaga bunga lili juga sudah tidak ada.” Ucap Windy panjang lebar dengan serius.

“Tidak ada jin yang mencari aku, paling mereka sudah menganggap aku tidak ada Kak.. “ ucap Windy lagi

“Aku ga mau lagi pulang ke kerajaan jin .. aku suka ikut Kakak saja, banyak mainan di bumi di kerajaan jin tidak ada.” Ucap Windy selanjutnya sambil menatap Pungki yang tampak masih diam saja.

“Ikut ya Kak, aku mau bantu Kakak dech..” ucap Windy lagi sambil menatap Pungki penuh permohonan.

Pungki yang merasa kasihan dengan demit bocil yang sudah tidak punya orang tua itu menganggukkan kepalanya..

Tiba tiba Pungki sangat kaget ...

“Aaasyyyyiiiiikkkkk...” teriak Windy dan dia pun meloncat dan nomplok di tubuh Pungki memeluk erat Pungki sambil menciumi pipi Pungki, Pungki pun hampir hampir jatuh terlentang di atas tempat tidur.

“Ya sudah kamu sekarang istirahat dulu, aku mau sembahyang.” Ucap Pungki sambil menatap wajah imut dan tampan Windy dari jarak yang sangat dekat karena Windy masih nemplok di dada Pungki. Pungki pun tidak merasa takut atau pun geli yang ada rasa kasihan pada sosok Windy makluk campuran jin dengan manusia yang sudah dua kali membantu dirinya.

“Aku juga mau ikut sembahyang Kak..” ucap Windy lalu dia meloncat turun dari tubuh Pungki.

“Apa kamu juga menyembah Allah?” tanya Pungki heran dan Windy pun menganggukkan kepalanya.

“Iya kata Ibuku aku harus menyembah Allah, Bapak ku juga menyembah Allah sayang Bapak ku sudah meninggal dan Ibuku entah ke mana, orang orang tidak suka dengan Ibuku padahal Ibuku tidak mengganggu mereka, mereka mengira Ibuku suka menggondol anak anak.” Ucap Windy dengan nada sedih.

“Apa mungkin Ibu nya Windy dimusnahkan oleh orang orang?” gumam Pungki di dalam hati.

“Apa setelah orang orang mengusir kalian kamu belum pernah sekalipun bertemu dengan Ibu kamu?” tanya Pungki sambil mengusap rambut putih Windy.

“Belum Kakak, aku mencari Ibu di desa desa tidak ada, terus aku pergi ke kerajaan Sang Ratu dan tidak ada Ibuku aku tidak lagi mencari karena banyak temanku di sana, sampai akhirnya aku disuruh membantu membuat kebun bunga lili itu dan bertemu dengan Kakak...” jawab Windy

“Apa kamu bisa membantu ku untuk masuk ke kerajaan Sang Ratu?” tanya Pungki dengan serius.

“Bisa Kakak, itu sangat mudah ha... ha.... ha... ha....” jawab Windy sambil tertawa

“Bagaimana caranya?” tanya Pungki sangat penasaran.

“Nanti aku kasih tahu Kak, sekarang kita sembahyang dulu..” jawab Windy sambil tersenyum menatap Pungki.

“Hmmm bikin penasaran saja.” Gumam Pungki.

“Ya sudah kamu turun dulu, aku mau ke kamar mandi, membersihkan diri.” Ucap Pungki sambil menurunkan tubuh Windy.

“Eh kalau kamu juga keturunan manusia apa kamu juga bisa menampakkan wujudmu pada semua orang? Maksudku apa kamu juga punya badan kasat mata?” tanya Pungki yang kini bisa melihat wujud Windy sudah berdiri di depannya.

Akan tetapi sebelum mulut mungil Windy menjawab pertanyaan Pungki, terdengar suara pintu diketuk ketuk.....

TOK

TOK

TOK

Pungki dan Windy pun menoleh ke arah sumber suara.....