Awalnya kupikir Roni adalah tipikal suami yang baik, romantis, lembut, dan bertanggung jawab, namun di hari pertama pernikahan kami, aku melihat ada yang aneh dari diri Suamiku itu, tapi aku sendiri tidak berani untuk menduga-duga sebenarnya apa yang tersembunyi di balik semua keromantisan suamiku itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu
Aku baru tiba di rumah menjelang siang, Entah mengapa aku merasa perutku sangat lapar sekali, tadi Sisi menawari aku mampir ke rumahnya dan makan siang bersamanya, tapi aku enggan karena aku tidak enak sudah banyak merepotkan Sisi, akhirnya aku langsung pulang saja.
Setelah aku turun dari taksi online yang mengantarku, aku tidak langsung masuk ke dalam rumahku, sebelum aku pulang ke rumah, aku mampir dulu di warung Bu Nuri, siapa tahu saja ada makanan yang bisa ku beli.
Tapi Baru beberapa langkah aku berjalan menuju ke warungnya Bu Nuri, warung itu kelihatan sepi, Biasanya kalau siang seperti ini banyak orang yang makan siang di warungnya Bu Nuri, saat aku terus melangkah ternyata warung Bu Nuri tutup, aku menarik nafas kecewa.
Aku harus mencari tempat makan di mana lagi? Sementara hanya warung Bu Nuri yang paling dekat dengan rumah, aku berdiri tak jauh dari warungnya Bu Nuri, celingak-celinguk mencari siapa tahu saja ada warung nasi yang lain atau pedagang yang lewat, tapi ternyata siang ini sepi tidak ada pedagang lewat apalagi warung makan.
“Mbak Fani! Lagi cari apaan Mbak? kok celingak-celinguk sendirian di situ?“ tanya Bu Tati yang tiba-tiba lewat di sampingku, aku sedikit terkejut.
"Eh Bu Tati, ini Bu aku lagi mau beli makanan untuk makan siang, tapi warung Bu Nuri tutup ya, Di mana lagi ya Bu ada warung makan dekat sini?" tanya aku balik.
“Tahu tuh Bu Nuri tiba-tiba tutup, Padahal aku juga mau beli gula di warung Bu Nuri, kata anaknya si Bu Nuri lagi kurang sehat maka nya dia tutup!“ sahut Bu Tati.
“Oh begitu ya Bu, kasihan juga Bu Nuri, dia pasti kecapean jualan setiap hari!“ ucapku.
"Nih Mbak, kalau mau beli makanan, di warung Padang pojok Gang saja, ya paling jalan kaki nggak nyampe 10 menit, hitung-hitung olahraga lah, tuh di ujung Gang sana tuh!“ kata Bu Tati sambil menunjuk ke arah ujung Gang yang terlihat lumayan jauh tapi masih kelihatan dengan mata.
“Oh, baru tahu kalau di ujung jalan sana ada warung Padang, kalau begitu aku ke sana dulu deh bu, sudah lapar ini, maklum karena sendiri aku jadi tidak masak!“ ujarku.
“Ya sudah aku juga mau masuk rumah deh, panas banget, yo mbak duluan!“ kata Bu Tati yang kemudian langsung berjalan meninggalkan aku menuju ke rumahnya, Setelah itu aku langsung cepat-cepat berjalan menuju ke warung padang yang Bu Tati maksud tadi, perutku sudah benar-benar lapar.
Karena siang ini cuaca panas, keringatku mulai bercucuran, tapi kalau tidak jalan kaki aku naik apa lagi, masa iya ke warung padang Di Ujung Jalan pakai naik ojek segala, sebenarnya jaraknya sih Lumayan dekat tapi karena cuaca panas jadinya terasa jauh.
Akhirnya aku sampai juga di warung padang yang dimaksud oleh Bu Tati tadi, warung ini lumayan ramai ada beberapa antrian, mungkin karena warung Bu Nuri tutup jadi orang-orang pada makan di sini, aku pun berdiri menunggu antrian, maksudnya adalah ingin membungkus makanan biar makan di rumah, rasanya kalau makan di sini terlalu panas dan tempat duduknya juga penuh.
Setelah mengantri kurang lebih selama 5 menit, aku pun langsung memesan makanan yang kuinginkan, melihat menu makanan di warung Padang ini membuat aku semakin lapar, mungkin karena bawaan bayi aku jadi mudah lapar.
“Tolong dibungkus nasi rendang ditambah perkedel kentang ya Bang, bumbunya Banyakin, pakai sambel balado!“ kataku pada pelayan di warung padang itu.
"Siap mbak!“ sahut sang pelayan itu yang kemudian dengan cekatan langsung membungkus nasi yang aku pesan tadi.
Setelah aku membayarnya, kemudian aku berjalan menuju ke rumah, namun Baru beberapa meter Aku berjalan aku seperti melihat seseorang di depan rumahku, aku menghentikan mataku mengamati Siapa orang yang datang itu.
Suasana siang ini terlihat sepi, jalanan juga sepi, mungkin karena cuaca panas orang-orang lebih suka berada di rumah, Hal itu membuat aku semakin jelas melihat ada seseorang yang berdiri di depan rumah, aku melangkah perlahan untuk lebih jelas melihat siapa orang itu.
Ya Tuhan, aku mengucek mataku, apa aku tidak salah lihat? Bukankah itu Dokter Eva? Ngapain Dokter Eva datang ke rumahku?
Duh bagaimana ini, masa iya aku harus masuk ke dalam rumahku dan bertemu dengan Dokter Eva, bisa ketahuan dong kalau aku istrinya Mas Roni, sementara Dokter Eva mengenalku sebagai pasiennya, untuk sementara waktu aku bingung apa yang harus aku lakukan, aku berhenti di bawah sebuah pohon, mungkin aku harus menunggu sampai Dokter Eva pergi dari rumah.
Namun sudah beberapa menit menunggu sepertinya Dokter Eva tidak beranjak dari depan rumahku aku takut kalau-kalau dia bertemu dengan tetangga ataupun siapa yang dia tanya, bisa ketahuan kalau aku ini adalah istrinya Mas Roni.
Tapi beruntungnya memang suasana siang ini terlihat sangat sepi, hanya ada beberapa motor yang lalu lalang itu pun sangat jarang.
Aku berpikir, Apakah aku kembali saja ke warung Padang tadi ya lalu makan di sana, daripada aku terus menunggu di pinggir jalan ini, tubuhku rasanya juga sudah gerah karena matahari benar-benar terasa panas.
Baru saja aku hendak kembali ke warung padang itu tiba-tiba aku melihat Dokter Eva Melambaikan tangannya padaku, aku terkejut tapi aku sudah tertangkap basah dilihat olehnya, memang jalanan ini lurus mudah sekali melihat orang, tapi aku tidak menyangka kalau Dokter Eva bisa melihatku dan kini dia melangkah berjalan mendekati Aku, aku benar-benar bingung dan Panik apa yang harus aku lakukan.
Akhirnya aku tetap berdiri di jalan ini menunggu Dokter Eva datang, biarlah apapun yang dia katakan aku sudah pasrah kalau memang dia sudah tahu kalau aku ini adalah istrinya Mas Roni, lagi pula mau sampai kapan kebohongan terus berlanjut, aku sudah pasrah.
“Bu Ana! Ternyata ibu tinggal di daerah sini juga ya Bu? Padahal tadi pagi kita baru ketemu di klinik!“ Panggil Dokter Eva yang nafasnya sedikit ngos-ngosan karena berjalan cepat mendatangiku.
Sepertinya dia tidak tahu kalau aku ini istrinya Mas Roni, Tapi kalau tetangga sampai melihat atau lewat, aku bisa ketahuan kalau aku bukan Bu Ana yang dia kira.
"Eh Dokter, yah saya tinggal agak jauh sih dari sini, tadi habis beli nasi padang soalnya laper Dok, mungkin bawaan bayi kali ya, ngomong-ngomong Dokter Kok bisa ada di sini?" tanyaku seolah-olah tidak tahu apa-apa.
“Iya Bu Ana, Saya sedang mencari seseorang, seseorang yang tiba-tiba hilang dan saya tidak bisa mengontakinnya lagi, tapi sayang sepertinya orang itu tidak ada di rumah, mungkin dia sedang ada di toko!“ kata Dokter Eva.
Tidak salah lagi, Dokter Eva mencari Mas Roni suamiku, mau apa Dokter Eva masih mencari suamiku, sementara suamiku sudah memutuskan hubungan dengannya, ini tidak bisa dibiarkan, aku sebagai istri sahnya tidak rela Kalau suamiku dicari oleh perempuan lain, apalagi suamiku sudah punya niat untuk berubah.
“Oh ya Bu Ana, Apakah ibu mengenal orang yang tinggal di rumah itu, itu Yang catnya warna hijau?“ lanjut Dokter Eva sambil menunjuk ke arah rumahku dan Mas Roni.
“Saya tinggal agak jauh dari sini Dokter, tapi saya kenal sih dikit-dikit, bukannya orang yang tinggal di situ sudah menikah ya!“ kataku.
"Yah Bu Ana benar, orang yang tinggal di situ memang sudah menikah, saya tidak pernah tahu dan mengenal siapa istrinya, tapi saya hanya ingin bicara sebentar saja padanya, karena ada urusan yang belum selesai!“ jawab Dokter Eva.
Urusan yang belum selesai? Urusan apa lagi? Sepertinya Dokter Eva ini masih memendam rasa pada Mas Roni, dia sampai datang ke rumah Mas Roni.
Bagaimana kalau dia datang ke tokonya Mas Roni? Aku tidak mau dia bertemu lagi dengan suamiku dan menggoda Suamiku, aku berpikir keras supaya Dokter Eva tidak bertemu dengan suamiku Mas Roni.
“Urusan yang belum selesai bagaimana Dokter? Begini saja deh, Coba saja Dokter samperin ke tokonya, siapa tahu dia ada di sana!“ usulku.
“Iya benar, Sepertinya saya memang harus ke tokonya, kalau begitu saya langsung ya Bu Ana, Takutnya nanti malah terlalu lama, karena nanti sore saya juga ada jadwal praktek!“ kata Dokter Eva yang kemudian langsung mengambil ponselnya Sepertinya dia hendak memesan taksi online.
Setahuku Dokter Eva memiliki kendaraan di rumahnya, tapi kenapa dia datang pakai kendaraan online ya, apakah dia takut ketahuan pada suami dan keluarganya?
Cepat-cepat aku juga langsung mengeluarkan ponselku, aku mengirim pesan singkat pada Mas Roni, pokoknya aku tidak mau Dokter Eva bertemu dengan Mas Roni, aku tidak ingin kejadian yang dulu terulang lagi.
[ Mas Roni, bisa pulang sekarang juga? Aku demam Mas, kepalaku sakit, please cepat datang ya? ]
Bersambung ….