Bianca Aurelia, gadis semester akhir yang masih pusing-pusingnya mengerjakan skripsi, terpaksa menjadi pengantin pengganti dari kakak sepupunya yang malah kecelakaan dan berakhir koma di hari pernikahannya. Awalnya Bianca menolak keras untuk menjadi pengantin pengganti, tapi begitu paman dan bibinya menunjukkan foto dari calon pengantin prianya, Bianca langsung menyetujui untuk menikah dengan pria yang harusnya menjadi suami dari kakak sepupunya.
Tapi begitu ia melihat langsung calon suaminya, ia terkejut bukan main, ternyata calon suaminya itu buta, terlihat dari dia berjalan dengan bantuan dua pria berpakaian kantor. Bianca mematung, ia jadi bimbang dengan pernikahan yang ia setujui itu, ia ingin membatalkan semuanya, tidak ada yang menginginkan pasangan buta dihidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali bisa melihat
Hari ini, Bianca kembali mengantarkan Kaivan untuk check up ke rumah sakit tempat ia operasi kornea mata. Ini adalah kunjungan ke empat kalinya setelah hampir dua minggu penuh Aurel rutin menemani Kaivan untuk Check perkembangan kornea mata barunya.
Dan syukurnya kornea itu cocok dan tidak ada tanda-tanda penolakan di kedua matanya. Selama dua minggu itu pula, Bianca rajin mengganti perban di kedua mata suaminya, dokter menyarankan agar lebih baik kedua matanya di tutup agar tidak terlalu kelelahan akibat Kaivan yang mencoba memaksakan penglihatannya di saat kedua matanya belum benar-benar pulih.
Bianca ingat waktu pertama kali ia membawa Kaivan pulang ke apartemen, Kaivan tidak menggunakan penutup mata selama seharian penuh dan akibatnya, kedua mata Kaivan sedikit kelelahan apalagi ketika Kaivan memaksakan penglihatannya agar terlihat jelas.
Tentu saja Bianca panik ketika kedua mata Kaivan memerah dan terasa perih, ketika ia membawanya ke rumah sakit, dokter mengatakan agar lebih Kaivan memakai penutup mata dan tidak memaksakan penglihatannya agar tidak terjadi hal-hal berbahaya kedepannya.
"Tangan kamu kenapa dingin?" tanya Kaivan yang satu tangannya menggenggam kedua tangan Bianca.
Posisi Kaivan kini sedang duduk di atas brangkar dan Bianca berdiri di sebelah kanannya sedangkan dokter di sebelah kirinya.
Tidak sekali pun Kaivan melepaskan genggamannya pada tangan Bianca, bukannya ia takut ketika sang dokter membukaan penutup matanya, tapi karena ia tahu, Bianca sedang merasa cemas dan grogi di saat bersamaan, karena dokter mengatakan kemungkinan hari ini penglihatannya akan semakin jelas dari sebelum-sebelumnya, hanya akan buram sedikit saja, seperti terkena -1.
"Kamu semakin cemas ya?" tanya Kaivan lagi, karena sebelumnya kedua tangan Bianca belum benar-benar sedingin sekarang.
"Iya, aku grogi banget, aku takut kamu kecewa liat muka aku yang gak secantik kak Della," lirih Bianca.
Kaivan berdecak, bosan mendengar hal yang sama selama dua minggu penuh dari kedua bibir istrinya, entah harus berapa ratus kali Kaivan mengatakan jika dia tidak pernah memandang fisik dalam mencintai, ia menerima apapun rupa Bianca.
"Kamu lupa sama yang aku bilang kemarin-kemarin?" tanya Kaivan lembut.
"Tetap saja aku takut," lirih Bianca semakin erat menggenggam tangan Kaivan ketika dokter itu telah siap membuka penutup mata di kedua mata Kaivan.
Jujur, Bianca semakin takut dengan kenyataan Kaivan dapat melihat rupanya, karena selama dua minggu pasca operasi, Bianca selalu menyuruh Kaivan untuk menutup matanya ketika ia akan menggantikan kapas di matanya, dan Kaivan menurutinya.
"Setelah melakukan tes tadi, kemungkinan besar anda tidak akan langsung melihat jelas seperti mata pada umumnya, jadi nanti tolong jangan terlalu di paksakan melihat jika pandangan kedua mata Anda belum terlalu jelas!" pesan sang dokter sembari membuka ikatan di belakang kepala Kaivan.
"Baik, dok," balas Kaivan.
Bianca menutup kedua matanya tidak berani melihat Kaivan yang penutup matanya sedang di buka perlahan oleh dokter. Jantung berdetak sangat cepat, ketika suara dokter mengalun masuk ke dalam pendengarannya.
"Sekarang anda boleh membuka mata!"
Tolong siapa pun bantu Bianca yang berkeringat dingin di dalam ruangan ber-AC ini, Bianca menggigit bibir bawahnya untuk melampiaskan rasa gugup yang sedang dirasakannya.
"Bagaimana? Sudah jelas?"
Suara sang dokter kembali masuk ke dalam pendengarannya, Bianca semakin gugup mendengar jawaban yang akan Kaivan berikan kepada dokternya.
"Sedikit lebih jelas dari sebelumnya, terimakasih, dok, " jawab Kaivan.
Boom, Jantung Bianca rasanya seperti akan terjatuh ke bawah mendengar suara Kaivan yang mengatakan jika penglihatannya sudah lebih baik dari sebelumnya, itu artinya penglihatan Kaivan memang sudah jelas untuk sekedar melihat warna dan rupa benda di sekitarnya, apalagi jika nanti Kaivan melihat rupanya dari jarak dekat, apa yang harus ia berikan sebagai reaksinya kepada Kaivan.
"Kenapa kamu sampai menutup mata? Seseram apa aku?"
Kini suara Kaivan yang masuk ke dalam pendengarannya, semakin takutlah Bianca untuk membuka kedua matanya, apalagi Kaivan yang sudah bisa tahu jika dirinya sedang memejamkan kedua matanya.
Kaivan yang greget melihat kelakuan istrinya yang menurutnya sangat lucu, langsung mengecup dahinya. Jangan tanyakan bagaimana keadaan hati dan jantung Bianca, Bianca rasa ia sudah kehilangan jantungnya karena tiba-tiba cetakannya berhenti berdetak.
Bianca merasa bingung sendiri, mengapa ia menjadi selebay ini? Rasanya Bianca tidak mengenal dirinya sendiri yang sekarang.
"Masih tidak mau membuka mata?" tanya Kaivan sedikit mendekatkan wajahnya ke wajah Bianca, bahkan Bianca dapat merasakan hembusan napas Kaivan menyapu kulit pipinya.
"Kau membuatku semakin takut, Kaivan," ucap Bianca malah melepaskan paksa genggaman tangan Kaivan padanya dan mundur satu langkah agar tidak terlalu dekat dengan Kaivan.
"Kenapa istriku ini lucu sekali, seperti seorang gadis yang sedang dipinang oleh pria," kekeh Kaivan sedikit terhibur melihat kelakuan istrinya yang menurutnya aneh.
Orang lain mungkin akan sangat bahagia ketika orang terdekatnya atau orang yang disayanginya dapat melihat kembali setelah buta melandanya, tapi berbeda dengan Bianca, istrinya itu malah ketakutan dan juga cemas dalam waktu bersamaan, dan alasannya selalu sama, tidak siap melihat reaksi Kaivan ketika tahu bagaimana rupanya yang tidak secantik kakak sepupunya, Della.
"Jangan semakin membuatku takut, Kaivan,"
Kaivan terkekeh geli, perlahan ia turun dari brangkarnya, dan melangkah mendekati Bianca, untunglah dokter tadi telah pamit undur diri dari ruangannya, jadinya ia dapat melancarkan aksinya untuk menggoda istrinya itu.
"Hai, kamu sudah boleh buka mata loh," beritahu Kaivan berbisik tepat di sebelah telinga Bianca, membuat tubuh Bianca langsung tegang begitu mendengar suara rendah Kaivan yang belum pernah ia dengar sebelumnya.
"Ka-kamu, jauh-jauh dariku!"
Bianca sampai mundur beberapa langkah agar tidak terlalu dekat dengan Kaivan dengan kedua matanya yang masih setia tertutup rapat.
Melihat Bianca mundur, Kaivan melangkah maju mendekati Bianca, mengulurkan kedua tangannya dan memeluk pinggangnya agar istrinya itu tidak bisa mundur menjauhinya lagi.
"Jika kamu tidak kunjung membuka mata, kita menginap di rumah sakit ini," ancam Kaivan yang tentu saja ia bercanda, untuk apa mereka menginap di rumah sakit jika mereka saja memiliki rumah untuk pulang.
Bianca menggeleng, "Aku tidak mau menginap disini,"
"Oke, kita tidak akan menginap, tapi bisakah kamu membuka kedua mata itu, memangnya tidak lelah dipaksa untuk terus terpejam padahal kamu ingin sekali membukanya, kan?"
Hening. tidak ada balasan dari Bianca, Kaivan yang merasa memang tidak akan membuat hasil membuat Bianca membuka kedua matanya mencoba menjalani idenya yang terakhir.
Perlahan ia melepaskan tangannya pada pinggang Bianca dan mundur beberapa langkah agar ketika Bianca menggapainya dengan tangan, Bianca akan mengira jika dirinya sudah tidak ada di dalam ruangan yang sama dengannya.
"Baiklah, aku keluar, kamu bisa membuka matamu dan menyusuiku di depan," beritahu Kaivan membuat suara langkah kaki sekan-akan ia menjauhi Bianca.
Untuk memastikan ucapan Kaivan, Bianca meraba-raba depannya menggunakan kedua tangannya, apakah benar Kaivan sudah pergi, setelah ia memastikan jika Kaivan memang keluar dari dalam ruangan, perlahan ia membuka matanya.
"Cantik,"
Bianca langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya begitu melihat Kaivan yang sedang berdiri sedikit jauh dengannya menatap dirinya dengan senyum hangatnya.
Sial Bianca ditipu oleh Kaivan.
_________________________________________
Haloo guyssss!
Akhirnya Kaivan bisa liat lagi gesss🥺
Gimana gimana sama ceritanya?
Masih kerasa ga vibesnya dari awal sampe sekarang?
komen di bawah yaaa dan jangan lupa kasih like buat bab ini.
Tengkyu semuanya yang udah mau dukung cerita pertama aku di noveltoon.