NovelToon NovelToon
Jeratan Obsesi Tuan Mafia

Jeratan Obsesi Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Mengubah Takdir
Popularitas:21.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lestari

Selena Almaheera, mahasiswi lulusan kedokteran dengan prestasinya yang luar biasa. tak sedikit orang memujanya karena kemampuan yang hebat saat beraksi diruang operasi. namun, pada suatu hari takdir buruk menyeret dirinya ke dalam lubang malapetaka.
Diego Ethan Federico, bajingan kelas kakap yang tampan rupawan dan kaya raya. ia meneruskan dunia hitam sang papa juga pewaris utama dari pasangan Matteo Denaro Federico dan Natalia Avila Beltran.
Pertemuan pertama saat dalam keadaan sekarat menjadikan bos mafia itu terobsesi pada dokter cantik yang menanganinya kala itu, hingga satu tahun sudah berlalu keduanya dipertemukan kembali saat dokter cantik itu menangani Sania Ainsley Beltran, yang tak lain adalah adik kandungnya.
Diego sadar obsesinya pada Selena itu bahaya dan ingin menguasai seluruh hidupnya. akan tetapi, ada sang kakak yang justru ikut terlibat dalam perasaan cinta itu.
Lantas siapa diantara dua mafia kakak beradik itu yang berhasil mendapatkan dan meluluhkan hati Selena?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 28 - janin yang tak diinginkan

Seminggu berlalu begitu menyesakan, mansion kosong tanpa penghuni. sejak kepulangannya dari rumah sakit, Selena tidak lagi menjumpai Gio dan si kembar kecuali saat mengantarnya waktu itu. terakhir kali ia lihat mereka, saat pergi menggunakan mobil mewah keluar dari kawasan Ethan dan sampai sekarang tidak terlihat batang hidungnya sedikitpun. bahkan, sang mafia pun juga sama. semua orang menghilang begitu saja tanpa memberinya kabar.

Selena menuruni tangga, banyak sekali keanehan yang terjadi dimulai dari masakan serta perlakuan khusus yang dilakukan Martha dan Darius. hampir setiap pagi ia meminum segelas susu yang katanya susu kesehatan baik untuk masa pemulihan. ia tidak membantah di saat Darius melarangnya makan makanan pedas, semuanya ia turuti berharap salah satu dari mereka melaporkan kepatuhannya pada Ethan. mungkin dengan cara itu akan membuat Ethan cepat pulang.

Di lantai bawah, Martha lari tergesa-gesa, dia meletakkan sapu, mengatur nafas kemudian menghampiri Selena dan memberitahukan informasi mengejutkan.

"Ada nona Sania datang bersama sahabatnya, miss. nona Carla" ucap Martha melirik ke arah pintu utama.

"Mereka datang di saat tuan Ethan sedang tidak di rumah?"

"Kemungkinan besar nona Sania datang karena ingin mengunjungi kakaknya" jawab Martha pelan.

Selena mengernyit heran, bukan masalah Sania datang bersama Carla. kalo soal itu, Selena sudah tahu jika mereka bersahabat, dan bahkan Ethan sering membela wanita itu dengan alasan demi persahabatan mereka.

"Martha, bukannya kamu bilang kalau tuan Ethan sedang sibuk mengurus pekerjaan? seharusnya, mereka sudah tahu jadwal apa saja yang Ethan lakukan, iya kan?"

Raut wajah Martha mendadak pucat seperti kehilangan pasokan oksigen. "Jadwal bisnis tuan tidak pernah dipublikasikan, miss. baik keluarga ataupun media, sama-sama tidak ada yang tahu"

"Baiklah kalau begitu, dimana mereka sekarang?"

"Baru memasuki gerbang utama, sekarang mungkin sudah di depan"

"Aku akan menemui mereka, kamu siapkan minuman di belakang. terakhir kali aku mendengar kabar tentang Sania, kondisinya menurun. jika ada kesempatan, aku akan bicara banyak tentang kesehatan dengannya" ucap Selena tanpa menghilangkan rasa protektifnya sebagai dokter.

Mengangguk dengan ragu, Martha menoleh ke arah pintu utama sekali lagi, hatinya bergemuruh dan berharap tidak akan ada keributan yang terjadi. ia memiliki firasat buruk karena sang adik tuannya datang bersama sahabatnya, bukan perihal tidak menyukai wanita itu yang seperti ular berbisa, mudah sekali mematok dengan racun hingga menebar kebencian kepada orang lain. alhasil, siapapun yang bergaul dengan Carla, akan dipastikan sikapnya mengikuti serta tingkah lakunya yang minim attitude.

"Ingin mencari pembelaan rupanya" Selena bergumam menatap dua orang wanita yang baru saja masuk ke dalam mansion.

Suara ketukan high heels beradu di atas lantai dan membuat Selena mengembangkan senyumnya menyapa hangat kedatangan Sania dan Carla. tidak heran, karena mulut kotor Carla yang bicara banyak hal hingga sang adik bos mafia itu memutuskan untuk datang.

Selena sama sekali tidak merasakan was-was, ia menegakkan tubuh, memasang ekspresi tenang, kemudian menunjukkan bahwa keberadaannya di rumah Ethan bukanlah suatu kesalahan.

"Aku senang melihatmu datang, sepertinya kondisimu sudah jauh lebih baik?" sapanya lembut. Sania sudah tidak lagi menggunakan kursi roda.

"Tentu saja, ini semua berkat dokter pribadi kepercayaan keluargaku" balas Sania tersenyum miring.

"Syukurlah, tugas seorang dokter memang harus mengutamakan kesehatan pasiennya. kelak, kalau terjadi sesuatu dan kondisimu mendadak menurun, kamu bisa menghubungiku"

Sania melipat tangan di depan dada, memandang Selena dari atas ke bawah. "Ucapanmu sungguh tidak terpuji, mendoakan kondisiku yang tidak benar"

"Ah, bukan seperti itu maksudku. mengantisipasi saja jika ada penurunan tentang kesehatanmu. tentu saja, aku bicara seperti ini karena aku seorang dokter" sambung Selena yang mulai menyadari ada keanehan dalam diri Sania. perempuan yang ia temui beberapa minggu lalu sangat berbeda dengan yang sekarang. Sania tampak memandang tidak suka secara terang-terangan melalui senyum miring dan tatapan tajamnya.

"Tidak perlu berpura-pura peduli, aku tidak suka dengan manusia bermuka dua" sahutnya menyibak rambut ke belakang.

Selena tersenyum seperti di paksakan. "Kalau begitu, kalian duduk dulu saja, pelayan sedang membuatkan minuman"

Sania dan Carla saling pandang, netranya menyala seolah membicarakan Selena. tak ada pergerakan dari mereka, tidak menghiraukan perkataan Selena yang menyuruhnya duduk. ketiga wanita itu berhadapan dengan pikirannya masing-masing.

Carla berjalan maju dengan satu tangannya menjinjing tas mewah, ia mengenakan gaun hitam dengan bagian dada terbuka dan jelas menampilkan belahannya. sengaja berpenampilan seperti itu agar dapat menarik perhatian bos mafia.

"Dimana Ethan?" tanya wanita itu mengedarkan pandangannya.

Selena diam saat melihat Carla mendudukkan bokongnya di sofa dan diikuti Sania. Martha datang membawa nampan berisikan dua gelas minuman dingin. Martha hendak meletakkannya di atas meja namun di tahan Carla, wanita itu malah meminta Selena melayaninya.

"Diam disana, Martha. berikan nampan itu pada Selena. dia harus melayani kami karena aku dan Sania adalah tamu penting di rumah ini" ujarnya dengan angkuh sembari membenarkan sepasang anting.

Martha melirik Selena lalu kembali menatap Carla. ia tak enak hati jika harus membebankan pekerjaan kecil kepada Selena yang tengah hamil muda.

"Tunggu apa lagi? aku datang jauh-jauh dari kota bukan perlakuan ini yang aku mau. cepat lakukan perintah sahabatku!" ucap Sania.

"Sudahlah, Martha. mana, berikan nampan itu padaku. kau kembali saja ke belakang, aku disini akan menggantikanmu melayani mereka" Selena merebut nampan dan berjalan melewati Martha. dia membungkuk meletakkan dua gelas di atas meja.

Diam-diam Carla dan Sania ber-tos ria, senyuman licik tercetak jelas. ada banyak rencana tersusun rapi, bukan tanpa alasan Carla mengajak Sania datang ke mansion Ethan.

"Aku bertanya, dimana Ethan? daritadi aku tidak melihatnya"

"Tuan Ethan sedang tidak ada di rumah" jawab Selena hendak duduk, tapi urung karena Carla berdiri angkuh sembari menuding tajam.

"Jangan bohong, aku tau kau menyembunyikan Ethan. aku tau betul tabiat wanita sepertimu!"

"Ingatanku tidak bisa hilang begitu saja, perbuatan burukmu padaku, dan caramu merebut perhatian Ethan, semua itu masih tersimpan jelas di benakku!"

"Bisakah tidak membahas masalah itu lagi? kita sudah sepakat berdamai. aku, kamu, masalah selesai" sahutnya berdiri sejajar.

"Siapa bilang sudah selesai?" sarkas Carla, mengangkat wajah dengan kebencian yang semakin membara. "Wanita rendahan sepertimu tidak pantas berada dirumah ini. kalau saja Ethan tidak kasihan padamu, dia sudah menendangmu atau mungkin membuang mayatmu di selokan kota!"

Sania tenang menikmati minuman, melihat aksi sahabatnya yang tidak ada duanya. dia memilih diam karena sudah sepakat bergiliran memberi Selena pelajaran. kebencian itu, entah kenapa tiba-tiba saja datang dengan sendirinya.

"Kau sedang bertamu, sebaiknya jaga sopan santun karena tuan rumah sedang tidak ada" ingatanya berusaha menahan diri.

"Nah, sudah tau pemilik rumah tidak ada, tapi kau sebagai benalu bukannya pergi malah tetap disini. aku jadi curiga, kau pasti menyiapkan rencana untuk membawa kabur barang-barang mewah di rumah ini, iya kan?"

"Tuduhanmu sangatlah tidak berdasar, nona Carla. kalau berniat menemui tuan Ethan, sebaiknya datang lain kali saja"

"Berani sekali kau mengatur kedatanganku, dasar wanita murahan tidak tau diri!"

Carla melayangkan tangan ke udara, tamparan yang seharusnya mendarat di pipi mulus Selena tetapi gagal. Selena menahan dan menghempasnya kasar.

Sania menaruh gelas sedikit kasar, dia bangkit untuk menahan pergerakan Selena. dua lawan satu, permainan yang tidak adil. di balik dinding, Martha diam memperhatikan sembari mengawasi bilamana Carla menyerang Selena maka Martha akan langsung pasang badan.

"Punya gelar tinggi ternyata tidak menjamin seseorang mempunyai attitude yang baik. kakakku benar-benar tertipu dengan wanita polos sepertimu!" sambar Sania, dengan satu gerakan ia menyiram Selena dengan segelas minuman.

Sania melangkah maju, mengangkat dagu Selena menggunakan jari telunjuk. wanita itu diam dengan aksi Sania yang cukup mengejutkannya.

"Kau pantas mendapatkan perlakuan yang lebih dari ini. apa yang kau perbuat kepada sahabatku, aku bisa saja membalasmu dua kali lipat lebih kejam!"

"Ayo, lawan aku. biarkan seluruh cctv di rumah ini mengungkapkan kebusukanmu karena berani melawan adik dari bos mafia" Sania tersenyum angkuh meletakan satu tangannya di pinggang.

"Kenapa aku harus melawanmu? aku tidak ada urusan apapun denganmu, kecuali tentang kesehatanmu" sanggah Selena menanggapinya dengan tenang.

"Kau pikir aku sedang sekarat, hah? begitu maksudmu?"

"Bukannya memang benar? aku menyelamatkan mu di ruang operasi, sekedar mengingatkan saja karena takut kamu tiba-tiba lupa diri"

"KAU!"

Selena tidak tinggal diam saat dua wanita di depannya itu akan menyerang menggunakan tangannya. Carla memberi kode kepada Sania, gadis itu mengeluarkan pisau kecil dari tasnya, lalu mengacungkannya tinggi-tinggi ke udara.

Tidak memberikan kesempatan untuk berkelit, Carla berhasil mencengkram tangan Selena, mengunci pergerakannya hingga rencana balas dendamnya terbalaskan. dengan tersenyum angkuh, Sania melangkah maju mendekati Selena yang tampak berusaha meloloskan diri.

Dia mencondongkan tubuhnya menepuk-nepuk pipi Selena menggunakan pisau. "Ingat ketika kau mengacungkan pisau ke depan wajah sahabatku, hm?" tanyanya penuh arti.

"Aku tidak sabar pisau ini mengukir karya indah di pipi mu, atau di leher.......ah, sepertinya lebih bagus di sepanjang lengan"

Tawa sumbang menggelegar, Sania berubah menjadi iblis betina. "Pegang erat-erat, ini kesempatan untuk kita karena kakakku tidak ada di rumah"

"Nona Selena, tolong kendalikan diri anda" Martha mendekati mereka dan mencoba melerai pertikaian. "Anda tidak boleh melakukan hal ini pada nona Selena atau tuan Ethan akan marah besar"

"Minggir, Martha. kau tidak perlu ikut campur!" amuk Sania menyorot tajam.

"Tolong, nona. sebaiknya anda pulang karena saya takut hal ini terdengar ke telinga tuan. aku janji akan menutupnya rapat-rapat" pintanya melindungi Selena.

"Kau mau mendengarkan seorang bawahan?" tanya Carla. "Lakukan saja apa yang mau kau lakukan, tidak perlu mendengar perkataannya"

Carla limbung ke kanan akibat sentakan kencang dari Selena. cukup sabar dengan perlakuan mereka, gejolak aneh tiba-tiba melahap naik mengobrak-abrik isi perut. merebut pisau di tangan Sania, membantingnya ke lantai lalu memperingatinya penuh ancaman.

"Aku sangat bisa melaporkan ini pada kakakmu, aku tidak peduli kau adiknya, karena dia tidak akan membiarkanku menderita di tangan orang lain!"

"Kenapa? aku memang seperti ini, kau salah menganggapku sebagai wanita lemah lembut. ya, kau benar...."

"Brengsek. aku akan mengeluarkanmu dari rumah ini, lihat saja. Ethan selalu ada di pihakku!" sembur Sania menatap tajam.

Keberanian Selena muncul tanpa kesadaran, ia tiba-tiba menggila karena Ethan tak kunjung pulang, dan sekarang bermasalah dengan Sania yang sebenarnya wanita itu salah paham akibat hasutan kejam dari Carla.

Kesempatan bagus tidak di lewatkan begitu saja, Carla menyambar tas mengeluarkan senjata api. bukan hanya Selena dan Martha yang membelalak tetapi juga Sania. ia tidak tahu bahwa sahabatnya berani membawa senjata api saat bersamanya, bahkan tidak memberitahunya lebih dulu.

"Carla, jangan bermain-main dengan benda itu. kau tahu kalau benda itu berbahaya, kan?"

"Tetap diam disana, Sania. giliranmu sudah selesai, sekarang giliranku!"

"Tidak.... tidak.......kau mau membunuhnya?" Sania mencegah. "Cukup menekan mentalnya saja, tidak perlu dibunuh. aku tidak mau di cap sebagai seorang pembunuh!"

"Menyingkir, Sania. benalu ini harus segera musnah!"

Membisu, Sania diam di tempatnya berdiri. Martha merentangkan kedua tangan sembari menggelengkan kepalanya. dia takkan membiarkan Selena mati. saat pistol di hadapkan tepat di dada Selena, pelatuk siap di tarik, Martha berteriak kencang.

"JANGAN, MISS SELENA SEDANG HAMIL MUDA!" kemudian peluru melesat menembak dinding.

DEG

Mereka diam karena terkejut, bagaikan tersambar petir di siang bolong. Selena mematung sembari mengusap perutnya, seketika kepalanya berdenyut hebat. Carla masih mencerna dan belum sadar, lebih tepatnya tak ingin menerima kenyataan. sedangkan Sania, gadis itu cepat-cepat menghampiri Selena. ia lalu menampar keras pipi Selena saat Selena masih diam mencerna kepahitan yang di alami.

PLAK!

"Kau wanita brengsek, beraninya menyerahkan tubuh ke Ethan. selama ini kakakku tidak pernah menyentuh teman kencannya karena menghargaiku dan mommy, dan sekarang..........kau merusak semuanya!"

Amarah Sania meledak, dia mendorong tubuh Martha yang menghalanginya. ia tak bisa menerima kenyataan bahwa Ethan menghamili Selena. kasih sayang sang kakak akan terbagi-bagi jika memiliki istri dan buah hati.

Tatapannya jatuh pada perut rata Selena. "Masih kecil, janin itu masih bisa di gugurkan!"

Selena termenung mendengarnya. dia mengangkat kepala meskipun sedang dilanda kepiluan pahit. ia memejamkan mata, air mata luruh membasahi pipinya.

Sekarang ia tahu alasan Darius dan Martha memperlakukannya dengan khusus dalam seminggu ini, itu karena dirinya tengah berbadan dua. dan....apa pria itu tahu tentang kehamilannya? kenapa pria itu tidak pulang setelah memberinya hukuman waktu itu?dentuman keras terasa menyerang mental dan psikis Selena.

"Aku harus memberinya pelajaran, seharusnya aku yang hamil, bukan wanita sialan itu!" sarkas Carla tidak menerima kenyataan.

Martha sigap lagi pasang badan, tak lama Darius pun datang dari arah dapur untuk mencoba melerai pertikaian. "Nona Carla, tidakkah anda sadar untuk menyakiti miss Selena? tuan bisa marah jika anda berani menyentuhnya" Martha mencoba menghentikan aksi Carla.

"Itu benar, kemungkinan besar anda tidak akan di perbolehkan lagi untuk datang kesini selamanya" imbuh Darius yang masih mengenakan pakaian chef.

Tepat saat suasana ricuh tak terkendali, mendadak mereka semua terperanjat kaget saat melihat Ethan pulang bersama tiga pengawal kepercayaannya. Gio merebut senjata di tangan Carla, si kembar menghampiri Selena, dan Ethan tetap diam menatap dingin mereka semua.

Sania menendang pisau sampai terlempar masuk ke dalam kursi kemudian menghampiri kakaknya. "Jawab jujur pertanyaanku. apa benar, wanita itu hamil anakmu?"

Ethan melirik Selena yang menunduk, tampak wajah sembab dan sisa air mata di pipinya. "Gio akan mengantarkanmu pulang"

"Jangan mengalihkan pembicaraan. jadi benar, kamu sudah tidur dan menghamilinya? fucking shit, you are really crazy!"

Tidak menanggapi perkataan Sania, pria itu berlalu pergi, tidak menghiraukan keberadaan Selena. tak lama, ia berhenti lalu membalikkan badan.

"Antar Sania pulang!" titahnya dingin.

Ethan tidak peduli dengan keributan, ia tetap melanjutkan langkah menaiki anak tangga. hatinya berdesir hebat saat melihat wajah Selena setelah beberapa hari tidak berjumpa, ada kerinduan yang sangat membara tetapi tertutupi kemarahan yang tak kunjung padam.

Sampai di kamar, pria itu langsung membanting tubuhnya ke atas ranjang. satu minggu menenangkan diri bahwa kehamilan Selena itu hanyalah mimpi, tapi saat ia bangun pagi ke pagi, ia tersadar bahwa yang ia impikan adalah sebuah kenyataan.

Di lantai bawah, masalah selesai karena Gio dan si kembar mengambil alih semuanya. Sania dan Carla pun pulang dengan mobil yang terpisah, itu sudah kesepakatan dari Gio karena ingin menjauhkan adik sang Bos supaya tidak lagi terhasut dengan mulut berbisa Carla.

"Aku mau sendiri, jangan antarkan makanan atau minuman apapun ke kamarku!" lirih Selena kehilangan kata-kata.

"Tapi, miss. bayimu harus minum susu dan vitamin tepat waktu"

"Kenapa kalian tidak memberitahuku sejak awal?kenapa kalian harus merahasiakan kehamilanku selama ini? apa aku tidak berhak tahu, hm?"

"Jadi, menurut kalian..... perut wanita hamil tidak akan membesar sampai hal semacam ini pun dirahasiakan?"

Tatapan kecewa terlihat di netra Selena, wanita itu tersenyum tipis dengan hati yang sakit bagaikan ditimpuk bertonton besi. rasanya remuk, sampai tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.

Tanpa mendengarkan penjelasan dari Darius dan Martha, Selena pun berlalu pergi menuju kamar. saat melewati kamar Ethan, ia tak jadi melangkah dan memutuskan untuk masuk ke dalam kamar pria itu. alasan ketidak pulangannya Ethan pasti berhubungan dengan kehamilannya. ia ingat saat pria itu membawa dirinya ke rumah sakit, Ethan terlihat memberi tatapan yang sangat khawatir.

"Bisa kita bicara sebentar?" suara lembut Selena tidak membuat Ethan bereaksi.

"Aku hanya ingin-"

"Jam makan malam"

Selena menggigit bibir. "Ada apa dengan jam makan malam?"

"Aku memberikan waktu sampai jam makan malam untuk kau menggugurkan janin dalam kandunganmu" jawabnya santai tanpa dosa.

Selena membelalakkan mata, tak menyangka dengan apa yang Ethan ucapkan. ia semakin masuk, lalu berdiri di tepi ranjang untuk meminta penjelasan.

"Setelah kamu meninggalkanku di rumah sakit seorang diri, aku dinyatakan hamil dan kamu pergi entah kemana"

"Satu minggu aku menunggumu pulang, pagi dan malam kuhabiskan untuk merenung sendirian karena tak bisa menahan kerinduan. aku sempat berpikiran buruk apakah bisnis yang kamu jalankan berjalan lancar atau tidak-"

"-aku juga khawatir dengan kesehatanmu karena makanan sembarangan yang kamu makan di luar sana, dan lucunya.......aku memikirkan seseorang yang sedang merencanakan pembunuhan terhadap nyawa darah dagingku!"

Selena memegang dada, memukulnya kuat. air matanya sudah tak lagi mengalir, sudah kering dan pergi bersama pahitnya kenyataan yang harus ia terima. menyadari bahwa pria itu tidak pulang karena janin yang ia kandung, hatinya sakit bagai teriris pisau tajam.

Sikap Ethan yang kini tidak mempedulikannya membuat hatinya di landa kesedihan. dia ada namun seperti tak di inginkan, keberadaannya yang secara paksa bagaikan burung yang di masukkan ke dalam sangkar, tidak ada kebebasan. rasanya tidak kuat jika harus bertahan lebih lama di tengah orang-orang yang membencinya.

Selena menarik nafas dalam-dalam, Ethan tidak merespon sama sekali. pria itu berubah total seolah tidak sudi dengan keberadaannya disini. ia memutuskan mendekat, duduk di tepi ranjang kemudian berucap pelan.

"Baiklah, aku akan menyetujuimu untuk menggugurkan janin ini, tapi dengan satu syarat"

Ethan menoleh, menunggu kelanjutan.

"Setelah anak ini tiada, kamu harus membebaskanku. kamu harus membiarkanku pergi dari sini dan kita kembali seperti sebelumnya, menjadi dua manusia yang tidak saling mengenal. kita hidup masing-masing dan tidak perlu tahu apapun satu sama lain"

"Istirahatlah, aku juga memberimu waktu dan tidak akan mengganggumu" putus Selena membiarkan Ethan untuk berpikir.

Menggugurkan janin tidak pernah terpikirkan olehnya. ia seorang dokter, sumpahnya di balik gelar adalah untuk kehidupan bukan kematian. dia berharap Ethan menyetujui dan aborsi akan ia lakukan di rumah sakit pilihannya, ia tentu bisa bekerjasama dengan dokter kenalannya untuk memanipulasi hasilnya. dengan begitu, ia bisa lepas dari Ethan dan hidup berdua bersama sang buah hati.

"Ah, tapi...... apakah cara itu akan berhasil?" batin Selena dalam hatinya.

1
Neneng Dwi Nurhayati
bodoh Sania, keluarga mafia mau dihasut
Sri Ayu
lanjutt.... mana smabungngannnyaa
lestari: tunggu ya...
total 1 replies
Areum
Bilang nya Ethan g main perempuan cerita sebelumnya main sama ular d kolam renang juga sofa 🤔
Yulleanz Yuniie
mana kelanjutan nya
Yulleanz Yuniie
ayo lanjutkan
whiteblack✴️
loh gimana ceritanya tuw??
ternyata mereka punya masa lalu gelap 😨
Neneng Dwi Nurhayati
biar rasa
Neneng Dwi Nurhayati
keren kakek matheo
whiteblack✴️
Gila 😤😒😣
lebih Rumit berurusan dg Mafia Selene ...bisa merasakan skenario Mafia seperti itu😤😔😑
whiteblack✴️
tunggu dulu darren tau masalah itu? kok banyak Rahasia 😤
whiteblack✴️
😨 serius ini lah kok bisa????😤 tapi darren cocok sebagai kakak kandung 😤😔
whiteblack✴️
Merasa Kehilangan eh ethan setan , maaf ya aku pilih darren dari pada loe setan😏
Neneng Dwi Nurhayati
asti Ethan
gak bisa kak buat Selena pergi dulu dari Ethan biar dia sadar semua kelakuannya
kasian disiksa terus Selena
Neneng Dwi Nurhayati
buat Selena pergi sama kakak Ethan Thor, biar Ethan berfikir
Neneng Dwi Nurhayati
tinggalin Ethan ser, kalau pilih Ethan ada cewek ular,adiknya, orang tua nya yg bakal nyiksa & nghina.
semoga kak author bikin cerita Selena pergi dari Berlin dan ikut daren ke L.A
whiteblack✴️
😤 JANGAN BODOH SELENE😤😒
whiteblack✴️
aku setujuh darren lebih baik selene LEPAS dari JERATAN ethan Setan tuw😤 selene terimalah demi baby🥺
whiteblack✴️
aku setujuh perkataanmu selene, memang cocok ethan setan hatinya mati😎
whiteblack✴️
😤.... 😒......😡😡😡😡😡.... situasinya masih berkabut, chap ini bikin Selena menderita lebih baik menjauhsejauh mungkin biar ethan menyesal seumur hidupnya😡🤬🤬🤬🤬
Neneng Dwi Nurhayati
bagus Selena, gugurin aja,biar tau Ethan, gmna rasanya, jadi elena, pergi jauh dari orang2 toxic
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!