NovelToon NovelToon
Mantanku Seleb

Mantanku Seleb

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Wanita Karir
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Van Theglang Town

Lanjutan Novel Mendadak Menjadi Mama Muda.

Setelah bercerai dengan Raka, Ajeng mengubah nasibnya menjadi seorang selebritas. Meskipun butuh waktu yang cukup lama, karir Ajeng cukup sukses dan mempertemukan dia dengan Kim Beomsik, seorang pengusaha sukses keturunan Korea-Amerika.
Sementara Raka yang belum move on dari Ajeng, berusaha menata kehidupannya menjadi lebih baik. Ketika bertemu kembali dengan Ajeng, Raka menagakui masih belum bisa melupakan Ajeng.
Lantas bagaimana kisah Ajeng dan Raka. Akankah cinta mereka bersemi kembali, atau Beomsik berhasil meluluhkan Ajeng dan menikahinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Van Theglang Town, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Permainan

“Apa kamu sudah gila?” Orang yang digedor-gedor tanpa berbalik marah pada Raka karena menuduhnya sudah menculik seorang wanita.

“Coba tunjukkan kalau kamu tidak menculik, buka pintu belakang mobil!” titah Raka mulai kehilangan kesabaran.

“Raka? Apa yang kamu lakukan?” Tiba-tiba ada suara perempuan dari arah belakangnya. Spontan Raka menoleh dan melihat Ajeng sedang berdiri di belakangnya. Dia terlihat heran melihatnya menggedor-gedor mobil orang.

“Ajeng, apa kamu baik-baik saja?” tanya Raka sambil melihat dari atas sampai bawah.

“Aku baik-baik saja. Kenapa kamu ribut dengan orang lain?” tanya Ajeng heran.

Raka melihat ke arah supir jeep dengan tatapan merasa bersalah. Sang supir juga merasa dipermainkan oleh Raka karena kesalahpahaman ini. 

“Maafkan aku Tuan.” Raka merasa tidak enak hati karena sudah menuduh mereka menculik Ajeng. Sementara orang yang dikira diculik tampak sehat dan baik-baik saja berdiri di belakangnya.

Mobil jeep hijau itu akhirnya melanjutkan perjalanannya lagi. Setelah pergi menjauh, Raka langsung memeluk Ajeng tanpa peringatan. 

“Ajeng kamu tidak apa-apa kan?” tanya Raka dengan nada khawatir.

Ajeng berusaha melepaskan diri dari pelukan Raka. Dia merasa heran dengan sikap Raka yang tiba-tiba seperti ini.

“Lepaskan! Kenapa kau seperti ini?” tanya Ajeng marah memukul punggung Raka dengan keras agar dia bisa melepaskan pelukannya.

“Maaf!”  Raka melepas pelukannya dan suasana berubah menjadi canggung.

“Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Ajeng dengan wajah yang heran.

“Harusnya aku yang tanya, kenapa kamu bisa nyasar sampai sini?” tanya Raka dengan tatapan marah.

“A-aku. Bagaimana kamu tahu kalau aku nyasar?” tanya Ajeng terlihat malu.

“James mencarimu karena seharusnya kamu sudah sampai duluan di penginapan,” jelas Raka sambil melihat Ajeng yang terlihat lelah. Keringat mengucur di keningnya.

“Masuklah, kita kembali ke penginapan. Semua orang khawatir dan sedang mencarimu,” ucap Raka duluan masuk ke dalam mobil.

Ajeng tampak ragu masuk ke dalam mobil. Dia hanya berdiri dengan raut wajah yang kebingungan.

“Kau tidak mau masuk. Apa kamu mau pulang sendiri dengan berjalan kaki?” tanya Raka sedikit mengancam.

Akhirnya Ajeng pun menurut. Dia masuk ke dalam mobil. Raka segera melajukan mobilnya begitu Ajeng duduk di dalam mobil. 

Raka bisa bernapas dengan lega karena ia sudah berhasil menemukan Ajeng.

“Jadi kau berjalan kaki kemana?” tanya Raka penasaran.

“Entahlah, tadinya aku terlalu bersemangat berjalan dan menikmati pemandangan. Aku tidak sadar kalau aku sudah tersesat,” jawab Ajeng agak malu karena kecerobohannya membuat semua panik dan khawatir.

“Lain kali kalau di tempat seperti ini jangan coba-coba pergi sendiri tanpa ada teman!” ucap Raka memberi nasihat.

“Hmmm.”

Suasana menjadi canggung kemudian. Raka juga tidak bisa mengajaknya berbicara karena Ajeng terlihat tidak nyaman.

“Minumlah!” Raka memberikan satu botol air mineral yang tersedia di mobil dengan tangan kanannya.

Ajeng yang kehausan tidak menolak. Dia langsung meminumnya dengan segera. Dari suara ketika meneguk air, Raka kasihan melihat Ajeng yang kehausan seperti itu.

Sampai juga mereka di penginapan.Semua orang tampak menarik napas lega saat melihat Ajeng turun dari mobil.

“Ajeng, kau tidak apa-apa?” James tergopoh-gopoh menghampirinya. Dia merasa bersalah.

“Aku baik-baik saja kok. Aku hanya tersesat salah jalan.” Ajeng melihat beberapa orang yang terlihat mencemaskannya.

“Apa benar kamu baik-baik saja. Apa perlu aku menghubungi seorang dokter untuk mengecek keadaanmu?” tanya Eric yang juga khawatir.

“Tidak usah. Aku baik-baik saja. Aku mandi terlebih dahulu!” Ajeng segera pergi menuju kamarnya.

Semua orang akhirnya dapat melanjutkan aktivitasnya lagi setelah sempat terhenti karena sibuk mencari Ajeng.

Raka kemudian menuju kamarnya juga. Dia juga belum mandi. Rasanya membasahi tubuhnya dengan air shower akan mengembalikan lagi tenaganya.

Acara hari ini tidak berjalan lancar karena satu pemain menghilang. Mungkin malam nanti akan diadakan sebuah kegiatan untuk mengakrabkan antar pemain. Semua dilakukan agar para pemain bisa membangun kerja sama dan chemistry-nya.

Setelah membersihkan tubuhnya, Raka kemudian bersiap untuk melanjutkan tugasnya. Tetapi tiba-tiba telepon di kamarnya berbunyi. Segera Raka mengangkat teleponnya. Siapa yang meneleponnya.

“Halo!” 

“Pak Raka!” Terdengar suara teriakan di ujung telepon yang sudah tidak asing di telinganya.

“Bagaimana bisa kamu mendapat nomor telepon penginapan ini?” tanya Raka heran.

“Tentu saja setelah tanya sana sini. Pak Raka, sepertinya Anda harus segera pulang.”

“Apa maksudmu?” Raka heran dengan asistennya itu. Bukankah semuanya sudah berjalan dengan baik ketika dia memutuskan untuk pergi ke Amerika.

“Ada masalah apa?” tanya Raka sambil mengeluarkan pakaian ganti untuknya.

“Tiba-tiba Mr Zayyed menarik uang investasinya di hotel.”

“Siapa dia?” tanya Raka lupa dengan orang yang dimaksud Daniel.

“Dia yang selama lima tahun ini membantu hotel Mahesa berjalan,” jawab Daniel. Dia harus maklum karena kondisi ingatan Raka yang belum sepenuhnya pulih.

“Hah? Ke-kenapa dia melakukan itu?” tanya Raka mengerutkan keningnya.

“Karena dia tahu kalau Anda pergi meninggalkan hotel dan tidak bekerja!”

“Kenapa gara-gara aku pergi ke LA dia lantas mencabut investasinya?” tanya Raka berang.

“Entahlah.”

“Bukankah semua orang tahu kalau aku di sini sedang berobat?” tanya Raka.

“Orang seperti Mr Zayyed pasti banyak orang yang memberitahukan tentang keberadaanmu,” tambah Daniel.

“Tapi aku tidak bisa pulang sekarang,” jawab Raka juga bingung.

“Anda harus pulang untuk menyelamatkan hotel Mahesa. Nyonya Sarah juga memintamu pulang. Dia sangat marah karena nomormu tidak bisa dihubungi,” ucap Daniel.

Raka menghela napas dengan kasar. Di sini memang susah sinyal. Maka pantas saja jika tidak ada satu orang pun yang berhasil menghubunginya.

“Ini sudah malam, dan aku juga masih ada yang harus aku lakukan di sini. Besok pagi aku akan pulang!” jawab Raka dengan berat hati.

“Baik Pak Raka. Aku akan mengabari Nyonya Sarah. Maafkan aku!” 

Raka langsung menutup sambungan teleponnya. Dia kemudian melirik ke arah balkon. Tepat di seberang sana adalah kamar Ajeng. Dia tidak bisa melihat Ajeng dengan jelas di sana. 

Hatinya terasa sakit karena peluang untuk mendekati Ajeng lagi belum terbuka lagi. Kali ini sepertinya sangat susah meluluhkan kembali hati Ajeng. Mungkin terlalu dalam rasa luka dan kekecewaan Ajeng padanya.

Malam datang juga. Semuanya sudah kembali berkumpul. Kali ini mereka berada di aula luas terbuka. Setelah selesai makan malam, mereka akan mengadakan game kekompakan antar pemain.

Raka tidak bisa ikut main karena itu dikhususkan untuk para pemain saja. Dia hanya mengawasi sambil menilai karakter dari semua pemain untuk bahan evaluasinya sebelum proses syuting.

Game yang dimainkan adalah jenga. Dimana permainan ini bisa dimainkan oleh beberapa orang secara bergantian. Semua orang akan mendapat giliran membuka balok satu persatu. Jika kurang hati-hati susunan jenga akan runtuh. Pemain yang membuat susunan balok jenga runtuh akan menjadi pemain yang kalah dan akan diberi hukuman sesuai jenis hukuman yang sudah disediakan.

Pemain yang ikutan berjumlah sepuluh orang termasuk Ajeng. Dia tampak bersemangat agar bisa terhindar dari hukuman jika ia membuat jenganya runtuh.

Permainan begitu menarik dan membuat semua pemain semakin tegang. Setiap pemain yang berhasil mempertahankan susunan balok akan berteriak lega. Semua orang belum tahu hukuman apa yang diberikan karena semua jenis hukuman akan dipilih acak sendiri oleh pemain yang kalah.

Susunan balok hampir semuanya terbuka. Salah sedikit saja, rentan untuk runtuh. Ketika tiba lagi giliran Ajeng, wajahnya begitu tegang. Begitu juga dengan orang lain yang berada di sana yang sama-sama tegang.

“Ahhh!” Ajeng berteriak kesal karena saat dia mencabut satu balok, susunan Jenga langsung runtuh dan berantakan. Semua bersorak tegang. Sementara pemain yang lain begitu kegirangan karena selamat dari ancaman hukuman yang entah apa saja hukuman yang harus dilakukan.

Ajeng harus menerima kekalahan, dengan berat hati dia kemudian mengambil bola yang berisi tulisan hukuman yang harus ia jalani secara acak.

Ajeng selesai memilih bola. Dia langsung menyerahkannya pada Eric yang berperan menjadi koordinator game itu.

Semua orang menunggu apa bentuk hukuman atau tantangan yang harus dijalani Ajeng. 

“Hukumannya adalah mencium salah satu orang yang ada di sini dan memilih orangnya dengan menutup mata!”

“Sh’t!” Raka mengumpat siapa yang sudah menulis hukuman atau tantangan itu.

Ajeng tampak terkejut mendapat tantangannya. Semua begitu cepat terjadi. 

Mata Ajeng langsung ditutup dan hukuman harus segera dijalankan oleh Ajeng.

“Please Ajeng, jangan lakukan itu! Kamu bisa menolak kan?” batin Raka.

Semua orang terdiam tanpa suara menunggu Ajeng bergerak. Raka benar-benar sangat marah. Andai orang yang diciumnya adalah dia. Raka tidak rela jika orang lain yang dapat ciuman ini.

“Benar-benar orang sini gak ada akhlak!” celetuk Raka dalam bahasa Indonesia.

“Semuanya jangan ada yang merubah posisi berdirinya!” titah Eric. Wajahnya terlihat begitu semangat. 

Raka langsung kesal melihat wajah Eric yang tampaknya dia berharap Ajeng akan menghampirinya dan menciumnya sesuai dengan harapan yang ada di otaknya.

Sebelum Ajeng bergerak, Kyle memutar tubuh Ajeng terlebih dulu untuk membuatnya bingung arah.

Ajeng tampak kebingungan, dia sempat sempoyongan mencari arah yang benar. Rasanya Raka ingin menghentikan permainan ini.

Beberapa saat Ajeng tampak ragu. Tetapi kemudian tiba-tiba kakinya melangkah dengan pasti ke sebuah arah.

Degup jantung Raka bertambah kencang saat tiba-tiba Ajeng berjalan ke arahnya.

“Tidak mungkin,” batin Raka tidak percaya.

1
Rose Yura🌹
masihan Raka 🥲
Rose Yura🌹
yeeee... author ke kesayangan ķembali🥰
Van Theglang Town
Sebelumnya author minta maaf karena butuh 4 tahun kurang lebih melanjutkan kisah Ajeng dan Raka, btw meskipun pembaca sudah lupa alur cerita Ajeng dan Raka semoga baca lagi ini bisa flashback lagi. happy reading.
Rose Yura🌹: makasih thor . semangat lagi ya nulisnya..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!