Kecelakaan pesawat yang menewaskan lebih dari dua ratus orang, menyisakan duka mendalam bagi keluarga Henderson.
Bagaimana tidak? Salah satu dari penumpang pesawat tersebut adalah nona muda keluarga Henderson itu sendiri.
Kayvira, anak dari pasangan Raffa dan Prita mengalami kecelakaan pesawat tersebut.
Bagaimana nasibnya? Berhasilkah mereka menemukan Kayvira. Sementara mereka kehilangan petunjuk dan tidak menemukan jasad gadis itu. Mereka tidak tahu sama ada Kayvira masih hidup atau sudah mati?
Sementara Kayvira sendiri diselamatkan oleh nelayan yang bernama Dylan. Dari pertemuan mereka itu, timbul bibit cinta diantara keduanya. apakah mereka bisa bersama? sementara Kayvira sendiri dalam keadaan amnesia. dan bagaimana kelanjutan hubungan mereka jika Kayvira sudah ingat siapa dirinya?
Penasaran? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Ramon menepuk pundak Dylan, kemudian tersenyum. Dylan membalas senyuman sahabatnya itu.
"Ada yang bisa ku bantu?" tanya Ramon.
"Kami hendak menyewa mobil untuk seminggu ke depan," jawab Dylan.
"Tidak, kalian tidak perlu menyewa. Aku akan bebaskan kalian memakainya sampai kapanpun kalian mau," ucap Ramon.
"Terima kasih, kau lah sahabat baikku," ujar Dylan.
Ramon memang sejak dulu berteman dengan Dylan. Bahkan sewaktu sekolah pun mereka sama-sama. Dan mendaftar di universitas yang sama.
Namun karena suatu kejadian, membuat keduanya terpisah. Dan disaat orang mengira Dylan sudah meninggal, hanya Ramon yang tidak percaya.
"Kamu dulu selalu membantuku, dan ini juga berkat bantuan darimu," ucap Ramon.
Dylan mengernyitkan dahinya, "Bagaimana bisa?"
"Uang yang kamu berikan kepadaku, sedikit-sedikit aku tabung. Dan saat kuliah, aku bekerja part time menjadi pelayan," jawab Ramon.
Kayvira dan Kayden hanya menyimak obrolan mereka. Kedua kakak beradik itu tidak ingin mengganggu dua sahabat yang sedang reunian.
Ramon menyuruh Dylan untuk memilih yang mana saja mobil yang akan dipakai. Dari mobil yang biasa hingga mobil mewah.
Ramon mengajak ketiganya untuk melihat-lihat lebih dahulu.
Ternyata pilihan Kayden dan Dylan tertuju pada mobil yang biasa saja. Mereka tidak ingin mobil terlalu mewah.
Yang penting mereka bisa mengendarai mobil tersebut tanpa perlu menghubungi taksi. Ramon juga tidak bisa memaksa kehendak mereka.
"Kalau begitu kita makan lebih dulu, kebetulan aku sudah lapar," ajak Ramon.
"Kebetulan kami juga ingin makan," ujar Dylan.
Ramon memberikan kunci mobil yang mereka pilih tadi, dan Ramon satu mobil dengan mereka. Karena Ramon ingin bersama sahabatnya ini.
Saat tiba di restoran yang mereka inginkan atas rekomendasi Ramon. Merekapun masuk, mereka disambut ramah oleh pelayan.
Mereka duduk dalam satu meja, pelayan memberikan buku menu. Namun Ramon memesan tanpa melihat buku menu tersebut.
"Mohon tunggu sebentar, Tuan," ucap pelayan dengan ramah.
Ramon begitu bahagia karena bertemu sahabat baiknya. Saat mereka sedang mengobrol, pandangan mata Dylan tertuju pada seorang wanita modis.
"Lihat apa?" tanya Kayvira yang duduk disamping Dylan.
"Wanita itu, dia ibu tiri ku," jawab Dylan.
Mata mereka semua tertuju pada wanita yang baru masuk itu. Namun wanita itu tidak menyadari. Dylan menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
"Jangan takut," ucap Ramon.
Eva pun melewati mereka, tanpa menoleh kiri kanan. Gayanya yang elegan dan pakaiannya yang modis menunjukkan bahwa dia orang yang kaya.
"Semoga dia tidak mengenaliku," ucap Dylan.
"Dia tidak akan menduga jika kamu masih hidup, sudah bertahun-tahun kamu menghilang. Mustahil bagi mereka untuk mengenalmu," ujar Ramon.
"Kamu bisa bantu kami?" tanya Kayden.
"Apa yang bisa ku bantu?" tanya Ramon balik.
"Belikan masker untuk Dylan," jawab Kayden.
Ramon pun segera keluar dari restoran tersebut, ia akan pergi ke supermarket yang dekat dengan restoran ini. Hanya menyeberangi jalan untuk ke supermarket.
Beberapa menit kemudian, Ramon sudah datang dengan membawa masker. Hanya untuk berjaga-jaga, takutnya Eva akan mengenali Dylan sebelum urusan mereka selesai.
Tidak berapa lama pelayan pun datang mengantarkan pesanan mereka. Dan menata makanan diatas meja.
Pelayan dengan ramah mempersilahkan mereka untuk makan. Dylan dengan cepat menutupi wajahnya saat Eva menoleh kearah mereka.
Tidak berapa lama datang seorang pria yang diperkirakan lebih tua 3 tahun diatas Dylan. Dia adalah saudara tiri Dylan. Pria itu datang bersama seorang wanita yang Dylan tidak kenal.
"Itu tunangannya," kata Ramon menjelaskan.
Mereka hanya mengangguk menanggapi nya. Mereka juga malas ingin tahu lebih jauh. Apalagi Dylan dan Kayden. Dua pria dingin jika dengan cewek lain.
Setelah selesai makan, Kayden hendak membayar, namun dicegah oleh Ramon. Karena ia yang akan membayarnya. Saat Ramon bangkit, Eva dan wanita tunangan anaknya menoleh kearah meja Dylan.
Beruntung Dylan sudah memakai masker. Wanita itu terpana melihat ketampanan Kayden, hingga mata seperti ingin keluar saat menatap Kayden.
"Sebaiknya kita menunggu di mobil, aku jengah lama-lama disini," kata Kayden.
Dylan dan Kayvira juga begitu, apalagi melihat tatapan wanita itu kepada mereka. Kalau bisa ingin dibejek-bejek oleh Kayvira.
Setelah semuanya selesai, merekapun mengantarkan Ramon terlebih dahulu, baru setelah itu mereka pulang ke apartemen.
"Besok kita mengadakan pertemuan dengan ayahmu," ucap Kayden. Saat ini mereka sedang duduk diruang tamu.
Karena setelah mengantar Ramon, mereka langsung pulang. Mereka lupa untuk berbelanja.
"Ya, aku harus menghubungi pengacara keluarga Carles," kata Dylan.
"Jangan dulu, kita belum tahu apakah dia terlibat atau tidak?" Cegah Kayden.
Mendengar hal itu, Dylan membatalkan niatnya untuk menemui pengacara keluarganya. Benar apa yang dikatakan oleh Kayden.
Kemudian Kayden mengambil laptopnya dan mengetik keyboard laptop tersebut. Dylan tercengang melihatnya. Dia memang bukan ahli dalam hal ini, sebab itu ia merasa takjub.
Dylan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat jari-jari Kayden mengetik keyboard laptop tersebut. Bahkan tulisan yang ada di laptop pun Dylan tidak sempat membacanya.
"Dapat," ucap Kayden. Dylan melihat artikel yang tertera disitu.
"Bagaimana bisa?" tanya Dylan heran. Kayvira dan Kayden hanya tersenyum.
"Tidak sulit bagi kami untuk mencari informasi seperti ini," jawab Kayvira.
"Jadi kamu ...?"
"Benar, kami hacker," jawab Kayvira.
"Hah ... hah ... hahaha." Dylan tertawa. Ia baru mengetahui jika orang yang dicintainya adalah seorang yang hebat.
Dylan jadi insecure karena Kayvira ternyata seorang hacker. Kayvira tersenyum usil. Sekali-sekali boleh lah ngerjain Dylan. Begitulah pikiran Kayvira.
"Bagaimana, masih mau sama aku? Kayanya kita gak cocok deh."
Dylan menatap Kayvira, lalu beralih ke Kayden, "Aku tidak akan menyerah." Ternyata Dylan tidak terpancing.
"Dengar sini, ternyata pengacara keluarga mu tidak terlibat dalam rencana mereka. Dan dia orang yang setia dan berbakti pada keluargamu, terutama kakekmu," ucap Kayden.
Dylan mengelus dadanya pertanda lega, berarti ia bisa meminta bantuan pengacaranya itu.
Kayden meminta Dylan untuk bersabar hingga pertemuan besok. Sebenarnya Kayden dan Kayvira sudah mengumpulkan bukti dari rekaman cctv.
Bagaimana mereka merencanakan untuk melenyapkan Dylan? Semuanya terekam di cctv tersebut. meskipun rekaman itu sudah mereka hapus untuk menghilangkan bukti.
"Baiklah pembahasan kali ini kita sudahi dulu," ucap Kayden.
Dylan menarik pelan tangan Kayvira dan mengajaknya ke supermarket. Karena Dylan ingin berhemat agar tidak makan diluar terus.
Kayvira pun menurut saja, keduanya keluar meninggalkan Kayden di apartemen seorang diri. Kayden tidak peduli dengan mereka, yang penting mereka masih bisa menjaga diri agar tidak diluar batas.
"Mengapa harus repot-repot belanja sih?" tanya Kayvira. Saat ini mereka sudah didalam lift.
"Agar tidak makan diluar terus, saat kita lagi malas keluar, kita bisa memasak sendiri," jawab Dylan.
Kayvira tidak menjawab, menurutnya yang dikatakan Dylan ada benarnya. Dylan menggandeng tangan Kayvira saat keluar dari lift. Dylan menggunakan masker agar tidak dikenali oleh orang lain.
Chika hati2 jgn cri musuh SM queni entar qm sdri yg rugi