Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sate Tornado
Walau hatinya sakit saat melihat Rangga bersama Sinta, namun Mutia berusaha mengalihkan perasaannya dengan menikmati semua makanan yang sudah tersedia dihadapannya.
Tiba-tiba saja selera makannya meningkat, Mutia sudah menghabiskan satu mangkok baso, dan kini ia sudah mulai menikmati kebab dan satu mangkok es campur.
Bu Anggi terlihat tersenyum melihatnya, walau hatinya sendiri merasa kasihan kepada menantunya itu, ia bisa merasakan bagaimana jika dirinya berada di posisi Mutia saat ini.
"Nah..., begitu dong Kak Mutia, bagus itu, Rani mau, Kak Muti menjadi gemuk", senyum Rani.
"Bukan hanya gemuk saja, tapi Mami ingin kamu secepatnya hamil",
"Iya Mi..., do'akan saja, Mutia juga sudah tidak sabar menantikan itu", Mutia pun tersenyum.
"Tapi maaf ya, Mami dan Rani tidak bisa terus menemani di sini, tadi Papi menyuruh Mami menyusul kalian ke sini, katanya Papi bertemu kaluan di jalan, ternyata benar, ternyata Sinta mengikuti kalian sampai ke sini, sungguh tidak tahu malu anak itu, persis seperti ibunya",
"Iya, tidak apa Mi, Mutia sudah sangat senang mendapat perhatian dari Mami dan Papi, justru Mutia merasa malu, Mutia masih saja merepotkan kalian.
"Kamu sekarang sudah menjadi bagian keluarga Mami dan Papi, jadi..., kami juga ikut bertanggungjawab atas diri kamu Mutia",
"Ayo, kalau sudah selesai, kita kembali ke penginapan", ajak Bu Anggi.
Sebelum pergi, Bu Anggi terlihat menyerahkan sejumlah uang kepada para pedagang, ia juga meminta untuk membagikan pesanan makanan untuk para pengamen dan pemulung.
Selepas mengantar Mutia ke penginapan, Bu Anggi dan Rani kembali pulang, dan kini Mutia sendirian lagi.
Mutia berjalan menuju balkon, udara malam yang dingin tidak membuatnya menggigil seperti malam kemarin, mungkin ini efek perutnya yang sudah penuh dengan makanan.
Tanpa terasa, Mutia yang duduk di sofa , tertidur. Bahkan Mutia pun lupa tidak mengunci pintu penginapannya.
"Kamu ini kenapa ?, apa aku tidak membuatmu bergairah?", tatap Sinta.
"Entahlah Sin, mungkin karena udara dingin, aku jadi begini", alasan Rangga asal, ia juga tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya saat ini.
"Apa harus begini?", Tanpa di duga tangan Sinta merogoh masuk ke dalam celana Rangga, dan menyentuh teman kecil milik Rangga yang masih tertidur lelap.
"Aww..., apa-apaan kamu ini Sin?", Teriak Rangga terlihat kaget.
Namun tetap saja, usaha Sinta itu tidak berhasil, walau sudah ia pegang, tetap saja tidak bangun.
"Jangan-jangan..., peristiwa malam itu membuat kamu impoten ya?", tuduh Sinta.
"Hah...., impoten...?", Rangga tampak terdiam. Masa iya dirinya kini impoten, padahal semalam ia baru saja melakukannya dengan Mutia, semua biasa, tidak ada yang salah dengan dirinya.
"Kamu ini asal bicara Sinta, aku sehat kok, tidak apa-apa", ucap Rangga.
"Iya..., kamu sehat, yang sakit itu teman kecilmu, masa dia tidur terus, tidak ada respon apapun", ucap Sinta tampak kesal.
"Kita kembali saja ke penginapan, sia-sia saja kita ke sini", gerutu Sinta. Ia bergegas menuju pintu dan menyambar tasnya.
"Tunggu Sin, ini sudah malam, di luar pasti gelap", teriak Rangga. Namun Sinta tidak mengindahkan ucapan Rangga, ia terus saja berjalan cepat meninggalkan Rangga yang masih merapikan pakaiannya.
Rangga pun bergegas mengejar Sinta. Namun ia kehilangan jejak Sinta, Rangga akhirnya berjalan sendirian menyusuri gelapnya malam. Untung saja suasana masih terlihat ramai oleh para pengunjung yang mencari kuliner malam.
Saat melewati pedagang sate, Rangga teringat dengan istrinya, "Pasti Mutia kelaparan di sana", gumamnya.
Rangga pun mampir dan memesan dua porsi sate lontong untuk di bawa ke penginapan.
"Apa benar aku ini impoten?", gumam Rangga. Ia masih terganggu oleh ucapan Sinta tadi.
"Sate tornado saja Mas, pasti dijamin strong terus, bisa bikin horn terus", ucap pedagang sate sambil tersenyum.
"Sate tornado...?, apan itu Mang?", tatap Rangga.
"Sate tornado domba Den, masa tidak tahu, ini bisa menambah nafsu makan dan nafsu itu tuh...", kekeh penjual sate lagi.
"Apa bisa mengobati impoten Mang?", tanyai Rangga lagi.
"Kalau dimakan teratur bisa Den", ucap Penjual itu asal, padahal ia sendiri tidak tahu pasti, hanya saja, itu triks saja untuk membujuk pembeli.
"Jadi penasaran Mang, masih ada nggak?", tatap Rangga lagi, ia mulai terpengaruh oleh ucapan penjual sate itu.
"Ada Den, mau dibuatkan?", ucap pedagang sate itu semangat, ia senang melihat pembelinya yang sudah terpengaruh.
"Boleh lah, buatkan satu porsi Mang", ucap Rangga.
"Siap..., siap..., Den", senyum pedagang sate itu. Dengan cepat ia menyiapkan pesanan Rangga.
"Ini Den pesanannya",senyum pedagang sate, ia menyerahkan bungkusan sate pesanan Rangga.
"Yang sate tornado yang mana Mang?", tanyai Rangga lagi.
"Yang ini Den, Mang sudah tandai dengan karet merah", senyum Pedagang sate.
"Iya..., takutnya istriku ikut makan", ucap Rangga lagi.
"Wah..., itu justru bagus Den, bisa hot dua-duanya", senyum Pedagang sate lagi.
"Selamat menikmati malam yang hot Den", goda pedagang sate lagi.
"Iya..., terima kasih Mang", ucap Rangga, ia segera meninggalkan pedagang sate yang tampak senang .
"Apa benar sate tornado ini bisa menyembuhkan impoten aku", gumam Rangga. Ia sudah tidak sabar untuk mencicipi satenya, baunya enak sekali.
Saat sudah berada di depan pintu penginapan, Rangga berdiri sebentar, ia teringat dengan Sinta, bagaimana kalau sampai Sinta nyasar, namun saat kakinya melangkah menuju penginapan Sinta, hujan pun turun dengan tiba-tiba.
Hal itu membuat Rangga kembali menuju penginapannya. Ia mendapati pintunya tidak dikunci, dan ia pun tidak mendapati Mutia di sana.
Namun Rangga terlihat tidak peduli, ia langsung duduk dan membuka sate tornado pesanannya, ia sempat ragu untuk memakannya, tapi mencium aromanya, membuat Rangga tak sabar untuk mencobanya.
"Eumh...enak...", gumam Rangga, ia mulai melahap satenya sampai habis. Ia tidak mencari keberadaan Mutia, Rangga justru tertidur di sofa .
Udara dingin yang mulai menerpa tubuhnya, membuat Rangga terbangun. Bukan hanya matanya yang terbuka, namun teman kecilnya pun ikut menggeliat bangun, ia mengeras, dan tubuh Rangga pun memanas, darahnya seakan mendidih, membangkitkan gairahnya.
Tubuh Rangga yang bergetar menahan hasrat, berjalan mencari keberadaan Mutia, tidak mungkin juga kalau Rangga mencari Sinta ke penginapannya.
"Uhuk..., uhuk...", Rangga mendengar suara orang batuk dari balkon. Telinganya menangkap itu suara istrinya.
Rangga pun berjalan menuju balkon, dan ia mendapati istrinya tertidur di atas sofa .
Melihat tubuh indah menggeliat di sana, makin membangkitkan gairahnya. Tanpa pikir panjang, Rangga langsung merengkuh tubuh Mutia dan membawanya ke atas tempat tidur.
Mutia hampir menjerit kaget saat tubuhnya melayang, namun ia langsung sadar begitu tercium aroma tubuh suaminya.
"Mas...Rangga...?", mata Mutia membulat , ia bisa dengan jelas mendengar degup jantung Rangga yang terdengar kencang.
Mutia makin kaget saat Rangga langsung mencumbui dirinya begitu mereka berdua sudah berada diatas tempat tidur. Namun kini Mutia merasa kalau Rangga sungguh-sungguh melakukannya karena cinta, bahkan tidak cukup satu kali, Rangga kembali mengulangi pergumulan panas itu saat ia tersadar dari tidurnya.
Hal itu membuat Mutia hampir kewalahan mengimbanginya. Namun Mutia merasa bahagia, malam ini Rangga terlihat berbeda, Mutia bisa menikmati semua perlakuan suaminya.