Terpaut usia yang cukup jauh membuat Nabila dan Bastian kesulitan untuk menyatakan cinta satu sama lain.
Tidak pernah ada dalam benak Nabila bahwa dia akan jatuh cinta kepada Bastian, sepupu dari Ayahnya, Akankah cinta keduanya bisa bersatu, ditengah pandangan orang lain tentang usia dan status keluarga?
Bagaimanakah Nabila dan Bastian mengatasi masalah yang akan menghalangi hubungan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Lima
"Nabila, harus berapa kali aku katakan. Aku tak akan menikahi siapa pun. Aku hanya ingin menghabiskan waktuku denganmu hingga menutup mata," balas Bastian.
"Tapi jika Mega menuntut Mas menikahinya bagaimana? Kalian memiliki anak. Dia lebih berhak dariku! Aku capek dengan semua ini, Mas. Aku mau tidur," ucap Nabila.
Nabila masuk ke dalam kamar tamu dan langsung menguncinya. Makan malam pun dia lakukan di kamar. Bastian telah berusaha terus membujuk, sepertinya hati sang istri masih terlalu sakit sehingga tak bisa lagi dirayu.
**
Seperti biasanya Nabila bangun pagi dan tetap mempersiapkan sarapan untuk Bastian. Kepalanya terasa sedikit pusing. Mungkin karena menangis semalaman. Dia masih tak tahu jalan apa yang akan diambil untuk langkah selanjutnya. Apakah akan meneruskan pernikahan atau mengakhiri.
Nabila membuat sarapan nasi goreng untuk suaminya itu. Bastian yang baru selesai mandi dan berpakaian keluar dari kamar. Melihat sang istri ada di dapur, dia melangkah dengan cepat dan langsung memeluk istrinya dari belakang.
"Maafkan aku, Sayang. Jika saja waktu dapat ku putar kembali, aku tak akan menjadi pria brengsek. Aku pasti akan meminta menjadi pria baik dan hanya mengenal satu wanita yaitu kamu. Maafkan karena aku selalu membuat kamu sedih dengan masa laluku?" ucap Bastian dengan memeluk pinggang istrinya dan meletakan kepalanya di bahu wanita itu.
Air mata Bastian jatuh membasahi pipinya. Dia menyesal karena membuat istrinya jadi bersedih. Dia juga takut menerima kenyataan jika benar memiliki anak dari Mega. Dia hanya mau anak dari rahim wanita yang sangat dia cintai, Nabila.
Nabila tidak bisa berkata apa pun. Sesungguhnya dia sangat terluka dan kecewa, tapi di sisi lain dia sangat mencintai Bastian.
"Sarapan lah, Mas! Nanti telat." Hanya kata itu yang terucap dari bibirnya. Sungguh Nabila tak tahu harus berkata apa
Bastian melepaskan pelukannya. Dia tahu saat ini pastilah sang istri masih bersedih setelah mengetahui hubungannya dengan Mega. Dia juga tak bisa membantah jika belum ada bukti DNA. Siapa tahu memang itu darah dagingnya.
Setelah sarapan, Bastian pamit. Jika saja tidak ada rapat, mungkin dia tak akan pergi ke kantor, tapi dia ingin segera pulang setelah selesai pertemuan. Seperti biasa dia mengecup dahi istrinya sebelum pergi. Kali ini pria itu melakukan dengan cukup lama. Dia mengecup dahi sang istri dengan penuh perasaan.
"Maafkan aku. Aku tahu kata maaf tak akan bisa mengobati luka hatimu. Namun, aku akan terus mengucapkannya untukmu," ujar Bastian.
"Sudah terlalu sering aku ucap kata maaf, mungkin saja kamu sudah muak dengan kata-kata itu. Tapi lagi-lagi hanya itu yang bisa aku katakan, maaf, maaf, maafkan aku, Sayang. Maaf untuk semua kesalahanku yang buat kamu kecewa," ucap Bastian lagi.
Nabila tak menjawab kata maaf Bastian, dia menyalami tangan pria itu dan menciumnya. Pria itu pergi ke kantor dengan berat hati. Jika tak ada rapat, mungkin dia akan menemani istrinya dan mencoba mengobati luka hatinya.
***
Siang hari, saat Nabila sedang membersihkan kamar mereka, terdengar suara bel berbunyi. Bibi sepertinya telah membukakan pintu. Dia lalu keluar kamar, ingin tahu siapa tamu yang datang.
Nabila melihat Mama Yani dan Mega telah duduk manis di ruang keluarga. Dia menarik napas. Yakin semua ini akan membuat dia sakit hati lagi. Kadang dia berpikir, apa mertuanya punya dendam sehingga membenci dirinya.
"Assalamualaikum, Ma," ucap Nabila. Dia lalu menyalami dan mencium tangan mertuanya. Dia juga tak lupa bersalaman dengan Mega.
Nabila lalu meminta bibi membuat air minum dan membawa cemilan. Setelah itu memilih duduk di sofa seberang dari mertua dan Mega.
"Mama tak banyak bicara. Mama datang ke sini hanya untuk meminta bantuanmu," ucap Mertua Nabila itu.
Nabila mengerutkan dahinya. Bantuan apa yang akan di minta sang mertua. Apa yang bisa dia lakukan buat wanita yang telah melahirkan suaminya itu?
"Apa yang bisa aku bantu, Ma?" tanya Nabila dengan penuh penasaran.
"Minta Bastian menandatangani surat pernyataan jika dia ayah kandung dari Dewa, dan katakan padanya untuk mengurus akta kelahiran cucuku itu!" ucap Mama Yani dengan penuh penekanan.
Nabila merasa dadanya sesak. Apakah mertuanya tidak memiliki empati sedikitpun padanya sebagai istri sah dari Bastian. Kenapa minta tolong sesuatu yang membuat semua wanita pasti akan terluka dan sakit hati.
"Apa sudah ada bukti yang kongkrit jika itu anak kandung Mas Bastian?" tanya Nabila.
Nabila menarik napas mencoba meredakan rasa sesak di dadanya saat mengatakan itu semua. Wanita mana yang tak akan sedih, saat dia baru saja pulang bulan madu sudah dihadapi dengan masalah berat seperti ini.
"Apa maksud ucapanmu? Apa kau meragukan ucapan Mega? Jangan karena sakit hati kau jadi begitu tega dengan anak kecil. Seharusnya kau berterima kasih karena Mega tak menuntut kamu!" ucap Mama Yani.
Mega hanya tersenyum licik mendengar ucapan mama Yani. Sepertinya dia merasa sangat bangga karena wanita itu sangat membelanya.
"Menuntut apa, Ma? Apa Mbak Mega ada hasil tes DNA yang menyatakan jika itu darah dagingnya Mas Bastian? Apa dia memiliki bukti jika Mas Bastian yang telah menelantarkan anaknya?" tanya Nabila dengan suara serak karena menahan sebak di dada.
Baik mama Yani maupun Mega tampaknya tak terima dengan ucapan Nabila. Itu terlihat dari raut wajah mereka yang langsung tegang. Raut muka yang berubah merah menahan amarah.
"Jaga ucapanmu, Nabila. Apa perlu aku katakan seberapa dekat kami dulu. Aku dan Bastian telah hidup bersama selama lima tahun. Siapa lagi ayah biologis putraku jika bukan dia. Kami tinggal seatap, seperti kamu dan Tian saat ini!" ucap Mega dengan lantang.
Nabila merasa dadanya sangat sakit mendengar ucapan wanita itu. Terasa di tusuk sembilu. Tapi dia tak boleh lemah. Dia harus kuat.
"Tapi kita berbeda, Mbak. Aku tinggal serumah setelah memiliki ikatan pernikahan. Aku istri sah Mas Bastian. Kalau kamu hanya sekedar pemuas napsunya. Kalian hanya berzina tanpa ada ikatan. Seharusnya kamu malu mengakui semua ini. Mama juga, apa mama tak malu jika semua orang tau bagaimana pergaulan Mas Bastian dulunya. Apa kata rekan kerjanya jika tau dia punya anak di luar nikah? Dan dikatakan wanita apa yang mau hidup serumah tanpa dinikahi?" tanya Nabila dengan suara sedikit meninggi.
Mama Yani tampak terdiam mendengar ucapan Nabila. Mega yang tampaknya tidak terima. Wajahnya menegang.
"Itu semua karena kami saat itu belum dewasa. Aku melakukan tanpa pertimbangan! Jangan merasa suci hanya karena kamu dinikahi. Kami juga melakukan atas dasar suka sama suka. Kami saling mencintai. Cuma saat itu belum berpikir menikah karena masih muda," ucap Mega dengan suara tinggi.
Nabila tersenyum miris mendengar pembelaan diri Mega. Dia tahu jika wanita itu pasti kehabisan kata untuk membela diri.
"Sudahlah. Semua terjadi karena kesilapan mereka saja. Untuk menebus semua itu, mama harap kamu bisa membujuk Bastian untuk mengakui putranya!" ucap Mama Yani mencoba menengahi.
"Apa yang mama lakukan jika ada wanita yang mengaku memiliki anak dari suami Mama? Apakah mama juga akan membujuknya agar mengakui anak itu?" tanya Nabila.
"Kenapa kamu jadi memojokkan mama? Apa kamu tak punya hati? Selama ini Mega sudah mau membesarkan anaknya tanpa minta bantuan Bastian. Dia datang juga karena membutuhkan akta kelahiran!" balas Mama Yani.
"Aku atau mama yang tak punya perasaan? Coba kalian berdua berada di posisi aku saat ini!" ujar Nabila mulai terbawa emosi.
...----------------...
.
hp br abis servis yg biasa buat baca novel..pas lihat sdh ada tulisan tamat