NovelToon NovelToon
Pendekar Pilih Tanding II : Ksatria Bhumi Mataram.

Pendekar Pilih Tanding II : Ksatria Bhumi Mataram.

Status: sedang berlangsung
Genre:matabatin
Popularitas:55.6k
Nilai: 4.8
Nama Author: Zakaria Faizz

Ah,..rasa- rasanya diriku perlu menemukan seorang guru yg mampu untuk mengajariku mendapatkan cara memiliki tenaga dalam, berkata pemuda itu di dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakaria Faizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#7 Terluka dalam.

Pagi itu di bekas dusun Winanga yg telah hancur beberapa tahun yg silam , nampak sesosok pemuda yang berwajah lumayan tampan sedang memperhatikan sekeliling nya.

Dusun Winanga memang tidaklah terlalu luas, akan tetapi saat ini yg ada hanya tinggal semak belukar saja tidak tampak bahwa tempat itu adalah merupakan bekas suatu perkampungan.

Pemuda yg berdiri itu adalah Wisanggra Kinangkin, ia memang ingin menyambangi tempat kelahiran nya ini sekaligus mencari tahu kemana sebenarnya para penduduk dusun itu di bunuh, termasuk keluarga nya.

Cukup lama ia berdiri di bekas rumah nya ini, pemuda itu mampu mengetahui nya sebab tanaman pohon sawo yg ada di depan halaman nya itu masih berdiri tegak bahkan saat ini sedang berbuah lebat

Dahulu acapkali ia bersama teman-temannya memanjat pohon itu mencari anakan burung.

Kemanakah mereka , itulah pertanyaan yg ada di dalam hati putra arya Rangkana ini saat teringat kembali dengan keempat orang teman nya.

Akan tetapi rasa sedih dan haru pemuda ini tiba-tiba saja terusik saat di kejauhan ia mendengar derap langkah kaki kuda yang menuju tempat tersebut.

Siapa mereka, apa urusan nya datang kemari, Wisanggra Kinangkin pun membathin.

Ia pun segera mencari tempat guna mengetahui siapakah orang yg datang ini.

Hufh,

Pemuda itu melesat dengan cepatnya bagai bayangan menuju sebuah tempat ,yaitu satu pohon mangga yg rimbun daunnya dan juga kini sedang berbuah.

Tidak terlalu lama kemudian derap langkah kaki kuda itu pun tiba di bekas dusun Winanga ini.

Ada lima ekor kuda yg datang, dan tampak nya mereka adalah para prajurit Mataram.

Prajurit Mataram, untuk apa mereka datang kemari tanya Wisanggra Kinangkin dalam hatinya sambil terus saja memperhatikan mereka.

Dari seragam nya memang mereka adalah para prajurit Mataram.

Salah seorang diantara mereka lantas turun dari punggung kudanya dan memeriksa keadaan.

" Kanjeng Gusti Susuhunan Amangkurat berharap ini menjadi tempat Pesanggrahan nya!" ucap prajurit yang turun itu.

Dan perbuatan nya diikuti oleh empat orang yg lainnya , mereka pun lantas turun dari punggung kudanya seraya berjalan-jalan melihat sekeliling bekas dusun Winanga ini.

Mengapa Amangkurat ingin menjadikan tempat ini menjadi tempat peristirahatan nya, apakah putra Kanjeng Gusti Sultan Agung itu berada di balik kehancuran dusun ku ini.

Itulah pertanyaan yg menggelayuti di pikiran Wisanggra Kinangkin ketika ia mendengar salah seorang prajurit Mataram itu menyebutkan akan membangun dusun Winanga menjadi tempat Pesanggrahan dari junjungan mereka, Susuhunan Amangkurat, penguasa Mataram yang baru itu.

" Apakah tempat ini tidak terlalu jauh dari kota Mataram Ki Lurah?" tanya salah seorang prajurit yg berjalan di belakang orang yg di panggil Ki Lurah itu.

" Ah, itu bukan urusan kita, yg jelas sebagai seorang prajurit kita harus taat dan tunduk atas perintah junjungan kita, dan kita datang kemari adalah melihat bagaimana sebaiknya kita menempatkan posisi yg bagus untuk bangunan yang akan kita bangun itu" sahut Lurah prajurit tersebut.

Mereka terus saja berkeliling hingga tiba dan berhenti di bekas rumah dari keluarga arya Rangkana, orang tua dari Wisanggra Kinangkin.

" Ada apa Ki Lurah?" tanya prajurit yg lain kepada atasan nya itu saat mereka berhenti.

" Heh, dahulu di tempat ini ada seorang tokoh yang cukup terkenal nama nya di Mataram ini" sahut Lurah prajurit itu.

" Siapa dia Ki Lurah?" tanya teman nya lain.

Lantas Lurah prajurit itu pun menyebutkan nama Arya Rangkana, seorang yg memang memiliki kecakapan dalam ilmu beladiri, gegara orang inilah maka dusun Winanga ini harus di musnahkan, tutur lurah prajurit tersebut, sambil menatap pohon sawo yg berbuah lebat.

Sosok yang berada di atas pohon mangga ini pun sangat terkejut mendengar penuturan dari lurah prajurit Mataram itu, ia segera memperhatikan dengan seksama wajah sang lurah.

Bagaimana pun juga aku harus berhasil mengorek keterangan dari lurah prajurit itu mengenai apa sebab nya dusun Winanga ini harus di hancurkan, membathin Wisanggra Kinangkin .

Ia yg berada di atas pohon mangga mengerahkan ilmunya agar tidak kedengaran desah nafasnya.

Ternyata cukup lama juga rombongan para prajurit Mataram itu berada di dusun Winanga.

Setelah dari sana mereka melanjutkan perjalanan nya menuju arah barat , tepat nya mengarah kali Winanga.

Memang lokasi tempat tersebut tidak terlalu jauh dari kali yg berasal dari lereng gunung merapi sebelah selatan tersebut.

Kegiatan dari prajurit Mataram ini di awasi oleh sepasang mata yang bergerak begitu ringan nya dan tanpa menimbulkan suara sedikit pun.

Rombongan para prajurit Mataram itu pun berada di sekitar kali Winanga cukup lama, baru setelah nya mereka kembali.

Wisanggra Kinangkin tidak serta merta mengikuti mereka, ia masih memerlukan untuk berjalan ke sebuah pedukuhan , tetangga dari dusun Winanga ini.

Tibalah ia di pedukuhan tirta.

Pemuda ini pun langsung mencari sebuah rumah yang dahulu semasa kecil ia pernah singgah di sana bersama bapaknya.

Apakah Ki Ranu berada di pedukuhan ini , tanya nya dalam hati.

Ia terus saja melangkah menyusuri jalanan pedukuhan.

Di kiri dan kanan jalanan banyak terdapat tanaman pohon randu yg kini sedang berbuah, buahnya itu menjuntai ke bawah.

Lalu di bawah terdapat tanaman padi yang sudah siap untuk di panen, bulir bulir nya telah menguning semua .

Langkah pemuda ini pun di lanjutakn menuju satu tempat yang berada agak di pojokan dari pedukuhan tirta ini.

Beberapa kali ia harus melewati jalanan yang sempit baru tiba di sebuah tempat yg cukup sederhana yg di kelil banyak nya tanaman jagung dan ketela.

Agak ragu-ragu , Wisanggra Kinangkin pun lantas mencoba untuk mengetuk pintu rumah yg tertut rapat itu.

Saat itu telah sore, saatnya bagi yg bekerja di sawah untuk kembali pulang ke rumah nya.

Tetapi rumah yg disambangi oleh Wisanggra Kinangkin seolah tidak berpenghuni.

" Tok "

" Tok "

" Tok "

Tiga kali pemuda itu mengetuk pintu tersebut namun tidak ada jawaban dari dalam.

Wisanggra Kinangkin pun segera berjalan ke arah samping dari rumah tersebut.

Ia tidak melihat ada orang di sana.

Kemana perginya, begitulah yang ada di dalam hati pemuda itu.

Saat maghrib hampir tiba, setelah cukup lama berada di rumah yg kosong tersebut, Wisanggra Kinangkin pun langsung meninggalkan tempat tersebut.

Ia kembali berjalan keluar menuju jalanan utama pedukuhan tirta ini.

Tanpa di sadari nya , langkah kaki nya itu menuju banjar pedukuhan yg biasa nya cukup ramai jika malam telah menjelang.

Dan pada saat itu obor-obor pun telah menyala sebagai penerangan baik yg ada di depan rumah maupun di beberapa sudut pedukuhan itu.

Wisanggra Kinangkin berpapasan dengan salah seorang yg berusia cukup lanjut saat kembali dari sebuah surau.

Langsung saja pemuda ini pun menyapa orang tua tersebut dengan ramah nya dan baru setelah nya ia menanyakan perihal keadaan Ki Ranu , orang yg ingin ia temui itu.

Lelaki tua yg mendengar pertanyaan dari Wisanggra Kinangkin ini pun agak terkejut mendengar nya.

" Anak ini siapa?" tanya nya kepada Wisanggra Kinangkin.

Pemuda ini pun berterus terang mengatakan bahwa dirinya adalah Wisanggra Kinangkin putra dari Arya Rangkana berasal dari dusun Winanga.

" Angger Rangkana, jadi dirimu ini adalah putra dari angger Rangkana!" seru orang tua tersebut.

Sambil melirik kiri dan kanan nya , ia pun mengajak Wisanggra Kinangkin untuk segera mengikuti nya.

Agak tergesa-gesa lelaki itu dalam melangkah seolah takut akan ada orang yg melihat nya.

Setelah berjalan melewati beberapa rumah yg ada di pedukuhan ini, lelaki tua itu pun mengajak masuk Wisanggra Kinangkin di rumahnya yang berada agak ke belakang dari rumah -rumah yg berjejer di dekat jalanan.

Cukup tersembunyi juga rumah orang tua yg mengajak Wisanggra Kinangkin ini.

Begitu masuk, langsung saja ia pun mematikan lampu dlupak nya.

Wisanggra Kinangkin yg merasa aneh langsung bertanya,

" Mengapa di matikan Ki?" tanya nya heran.

Lelaki itu tidak menjawab , ia pun langsung bertanya mengenai kabar pemuda yang menjadi tamunya ini.

Bahkan pada satu kesempatan ia mempertanyakan mengapa ia bisa lolos dari pembantaian yang telah terjadi di dusun Winanga tersebut.

Sebelum menjawab Wisanggra Kinangkin pun menarik nafas panjang.

1
Sarip Hidayat
waah
Umar Muhdhar
1
AbhiAgam Al Kautsar
kau salah kinangkin.. melawan p besar saat bertugas
Amit
coba ajian kalimusada biar acur musuhnya Thor mantp ciahhh duarrrrttt
Sarip Hidayat
waah
AbhiAgam Al Kautsar
nyimak
Umar Muhdhar
1
Sarip Hidayat
waah
Umar Muhdhar
8
Umar Muhdhar
7
Umar Muhdhar
67
Umar Muhdhar
6
Umar Muhdhar
5
Umar Muhdhar
45
Umar Muhdhar
4
Umar Muhdhar
3
Umar Muhdhar
2
Umar Muhdhar
1
AbhiAgam Al Kautsar
habisilah singorejo pas lagi sendiri kinangkin.. pas lagi gak dalam tugas.. biar bisa duel dengan mantap. gak direcoki keroco keroco pengawal singorejo
AbhiAgam Al Kautsar
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!