NovelToon NovelToon
Istri Yang Tersakiti

Istri Yang Tersakiti

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Dendam Kesumat
Popularitas:798.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: neng_yanrie

sekian tahun Tasya mencintai suaminya, selalu menerima apa adanya, tanpa ada seorang anak. bertahun-tahun hidup dengan suaminya menerima kekurangan Tasya tapi apa yang dia lihat penghianatan dari suami yang di percaya selama ini..

apakah Tasya sanggup untuk menjalankan rumah tangga ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_yanrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11

Tasya terdiam melihat wanita di hadapannya kini terisak, sesekali melihat ia menyeka air matanya. Beberapa saat kemudian, suara anaknya terdengar nyaring dari kamar. Anak itu menangis.

"Tunggu sebenar ya, Mbak." Kirana segera berlalu masuk ke dalam kamar. Sementara tanpa di sadari Tasya mengikuti langkahnya, anak laki-laki itu masih menangis meski sudah dalam dekapan ibunya. Lamat-lamat dari kejauhan Tasya memperhatikan, ia seperti Devan kecil, wajahnya sangat mirip.

Tanpa sadar dalam hatinya bergumam.

semoga ia tumbuh menjadi anak yang baik tidak seperti ayahnya.

Tidak lama kemudian, Tasya berlalu dan duduk di ruang tamu, hampir setengah jam menunggu, Kirana kembali menghampirinya.

"Maaf lama, Mbak. Anak saya kemarin tersenggol motor dan baru pulang dari rumah sakit, jadi agak sedikit rewel."

Tasya diam tidak menjawab,ia menghela napas. Tatapannya tidak lagi semarah saat awal pertemuan tadi, ada perasaan dalam hati yang menjalar bila Kirana bukan seperti Sintia.

Ponsel milik Tasya kembali berbunyi, memecah keheningan sesaat. Devan masih terus menelponnya sejak tadi. Ia menekan tombol sunyi kemudian kembali menyimpan ponsel itu ke dalam tas.

"Devan sebenarnya mencintaimu, Mbak. Tapi ia senang bermain dengan wanita, gilanya lagi semuanya di lakukan dari harta mbak Tasya."

"Termasuk kamu?" Tasya menatap sedikit tajam.

Kirana menunduk.

"Dia sering ke sini?" Tanya Tasya lagi.

Kirana menggeleng pelan. "Tidak, sesekali datang bila berurusan dengan anak."

Tasya menghela napas panjang.

"Saya tahu mbak bukan wanita lemah seperti saya! Semoga mbak bisa memantapkan hati untuk terlepas dari pria seperti itu."

"Kamu tidak perlu menasehati saya."

"Maaf, bukan maksud saya seperti itu."

"Saya hanya minta, tolong jangan beritahukan kedatanganku ke sini pada Devan."

Kirana mengangguk. "Mbak Tasya bisa percaya padaku."

Tasya beranjak. Hari ini ia merasa begitu hebat karena tidak ada satu tetes pun air mata, bahkan ketika mendengar suaminya memperkosa orang lain. Rasanya hancur, tapi segala butiran bening itu sudah terlanjur melebur dengan seluruh rasa sakit.

Setelahnya ia pamit, Tasya keluar rumah Kirana dengan sebuah keyakinan. Yakin untuk berpisah dengan laki-laki yang sudah bersamanya belasan tahun.

Entah kenapa ketika awan hitam menggelanjut di langit. Seiring dengan mobil Tasya yang menderu meninggalkan tempat ini, rintik hujan datang.

Hujan menderas sepanjang jalan Tasya mengemudikan mobilnya. Ponsel masih terus berdering, ia tidak peduli.

Hidup selalu tidak pernah dapat di duga. Beberapa waktu lalu, ia masih sanggup untuk memujanya, berbakti seolah Devan seorang dewa. Kemudian cinta dan waktu menyeretnya pada titik yang paling rendah, hingga kini Tasya sanggup mengatakan bila semuanya sudah memudar, bahkan mungkin cinta hilang dalam sekejap.

Tasya terus menerobos jalanan harta yang riuh dan basah, pada beberapa titik terlihat air mengenang cukup tinggi. Kerlip lampu kota yang biasanya terasa begitu indah dengan hiasan tetesan air hujan kini tampak lain, memandangnya dengan muram seperti bagian semesta yang lain. Langkah kakinya saat ini gamang, ia tidak tahu harus mengarahkannya kemana. Pulang ke rumah di puncak dan kembali harus berpura-pura rasanya sudah tidak sanggup, tapi perpisahan saat ini bukanlah waktu yang tepat.

Ia membawa mobilnya kembali ke apartemen Radit, sebelum naik ke lantai atas, Tasya memeriksa ponselnya. Belasan panggilan dan puluhan chat masuk dari Devan tidak ia buka sama sekali.

Rara. 15:20

[ Hati-hati, Sya. Devan sedang mengintai perusahaanmu supaya bisa berpindah tangan menjadi miliknya.]

Ia membuka pesan dari Rara tanpa membalasnya. Sudah di yakini sejak awal ia tahu segalanya kelicikan suaminya. Tujuan utamanya memang harta.

Lagi... Panggilan dari Devan kembali datang. kini Tasya mengangkatnya.

"Kamu dimana? Di telpon berkali-kali gak di angkat!" Nada suaranya terdengar kesal.

"Ada apa?" Tanya Tasya dingin.

"Masih tanya ada apa? Kamu ini seorang istri, pantas gak seperti ini?"

"Aku masih ada urusan di sini, belum bisa pulang."

Setelahnya, Devan terus mengoceh. Tasya tidak menganggap kemarahannya itu, hanya bagian dari membuang tenaganya. Setelah Devan selesai berbicara, ia langsung mematikan telpon. Di tempat lain, ia benar-benar meradang.

Tiba di apartemen, ia mendapati Radit sedang duduk di sebuah sofa dan terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Ia pun sedikit kaget melihat Tasya yang tiba-tiba saja datang.

"Kamu belum pulang ke rumah?"

"Aku tidak ingin pulang." Jawabnya seraya mendekat dan duduk berhadapan dengan Radit. Ia menyandarkan diri, berharap semua lelah ikut larut di dalamnya.

"Aku bertemu wanita itu."

"Siapa?" Radit mengernyitkan dahi.

"Kirana."

"Lalu? Bagaimana menurut mu?"

"Entahlah, ku lihat dia seperti seorang korban. Tatapannya sayu dan menyedihkan, tapi aku tidak ingin mempercayai nya, bisa saja dia sedang melakukan drama."

"Terkadang untuk beberapa hal, kita memang tidak bisa hanya menggunakan akal dan hati. Keduanya harus berjalan dengan seimbang."

Tasya menghela napas. "Entahlah, Dit. Aku ingin semuanya segera usai dan dia miskin, sama seperti dari mana dia berasal."

*****

.

.

.

.

Sintia bergelanjut manja di pundak Devan. Sejak tadi ia berusaha menggoda apa lagi wajah kekasih gelapnya itu terlihat muram.

"Kamu kenapa sih sayang? Apa aku saja tidak cukup membuatmu happy?"

"Aku hanya sedang pusing dengan urusan kantor."

"Bagaimana perusahaan Tasya? Sudah berpindah tangan?"

"Selangkah lagi, aku hanya membutuhkan tanda tangannya. Itu bukan pekerjaan yang sulit, sama seperti beberapa aset yang akhirnya jatuh padaku. Dengan sekejap mata."

"Aku harap di hari itu, aku wanita satu-satunya. Tidak ada siapa pun." Sintia mengeratkan pelukannya.

Hanya saat ini, ia tidak tahu bila Devan memiliki istri lain selain Tasya, yaitu Kirana. Ia memang seorang pecinta wanita, bahkan setiap bertugas ke luar kota ia selalu memesan untuk di datangkan wanita ke kamar hotel.

"Tidak ada yang lain 'kan selain aku, mas?" tanya Sintia.

Devan hanya memegang tangan gadis itu dan mengecupnya. Selama petualangannya terhadap wanita, Sintia memang yang paling membuat Devan betah berlama-lama, wajahnya berbeda, imut dan lucu, tubuhnya mungil, sekali berbicara selalu menggetarkan hatinya.

Merasa gemas, Devan memangku Sintia ke kamar. Bermain-main di sana ke puncak asmara, menikmati dinginnya kota ini yang sedang di Landa gerimis.

Sementara Tasya kembali mendapat sebuah pesan, kali ini dari ibu mertuanya.

[ Sya, kirimkan uang 15 juta ya, Mama belum bayar arisan.]

[ Minta mas Devan saja, aku gak pegang uang.]

Biasanya Tasya tidak membalas seperti itu, ia langsung akan mengirimkan sejumlah uang sesuai yang di minta.

[ Devan tidak membalas. Mama butuh sekarang.]

Tasya tidak peduli, ia menutup ponselnya. Keluarga Devan benar-benar benalu.

Gemercik air hujan masih turun meski jarang-jarang, dari lantai tiga belas apartemen ini, ia menatap keluar dari balik jendela. Tahun ini terlalu banyak kejutan datang padanya, rasanya tidak percaya ia bisa melewati segala proses dengan setegar ini.

Ia memejamkan mata, terbayang dua wajah orang tuanya yang kini sudah tenang di sisi Tuhan. Tidak terasa kini air matanya turun, membayangkan pasti sedihnya orangtuanya bila sampai perusahaan yang di rintis dari nol harus jatuh ke tangan orang lain yang begitu jahat

Radit yang belum pulang memberikan secangkir coklat panas.

"Untukmu."

Tasya membuka mata lalu menyeka air matanya lalu menerima cangkir itu, kemudian duduk di atas jendela sambil menikmati rintik hujan.

"Besok kamu ada Jadwal bertemu lagi dengan Bu Shinta kan?"

Tasya mengangguk seraya menyeruput coklat hangatnya.

"Aku juga sudah mengamankan sebagian surat yang aku pegang. Ada dokumen yang Devan pegang, aku tidak tahu dia menyimpannya di mana?"

"Surat penting?"

"Ya... Cukup penting, sertifikat tanah dan aset lainnya."

Radit menghela napas.

"Nanti sore aku akan pulang, mengambil beberapa pakaian dan keluar dari rumah mungkin."

"Kamu yakin?"

Tasya kembali mengangguk.

"Mulai besok aku akan kembali lagi ke perusahaan, aku tidak akan sedikit pun memberikan celah pada pria laknat itu."

"Kamu wanita berhati baja. Tidak hanya itu, aku kagum dengan segala cara yang kamu lakukan dalam menutupi emosi."

Tasya terdiam. Ini adalah fase terberat dalam hidupnya, melepaskan tidak semudah itu. Tapi dulu, ia pernah begitu baik-baik saja menjalani hidup sebelum Devan hadir. Jika hari ini ia harus di hadapkan dengan perpisahan, Tasya yakin bahwa ia akan kembali baik-baik saja. prinsipnya, tidak ada toleransi bagi sebuah pengkhianatan, andai dia memaafkan dan kembali, sama seperti membaca sebuah novel berulang dan ia sudah tahu seperti apa akhir kisahnya.

"Sejak kemarin aku larut membawamu dalam permasalahan ku. Sampai aku lupa bertanya, setahun setelah kita tidak bertemu, apa kamu sudah punya pengganti Clarisa?"

Radit tersenyum kecil sambil menggeleng pelan.

"Belum, kanapa? Kamu ganteng banyak yang mau."

"Aku mengenal Clarisa sama seperti mu, lama sekali. Tapi setelah menikah ada yang berbeda."

"Berbeda kenapa?" Tanya Tasya penasaran.

"Dia mencintaiku dengan segenap hatinya dan aku baru merasakan setelah dia pergi."

"Dari dulu memang sangat mencintai mu. Mangkanya kenapa kalian selalu ada di tempat yang sama, bukan karena kebetulan, tapi dia yang mengikutimu. Sekolah, tempat les, kampus, semua dia mengikutimu." Tasya tertawa kecil mengingat kisah masa lalunya mereka yang indah. Terkadang ia heran, mengapa Radit begitu kuat menghadapi dua wanita yang selalu manja padanya, ia pernah minta di gendong saat menaiki seratus anak tangga di sebuah tempat wisata. Radit tidak pernah mengeluh walau akhirnya ia kehilangan tenaganya.

Pernah juga, sekali waktu Radit sakit sampai seminggu setelah hujan-hujanan karena bersepeda ke rumahnya, hanya untuk memberikan makanan kesukaan nya. Dulu memang Radit mudah sekali sakit.

"Kamu gak pernah mencintaiku?"

Tasya terdiam, ia menelan ludahnya , ketika tiba-tiba tenggorokannya terasa kering. Pertanyaan Radit terlalu menyogok.

Pria itu tertawa melihat muka merah sahabat nya.

"Aku bercanda, gak usah tegang."

Tasya mendelik, ia kemudian berlalu dan mengambil tas beserta kunci mobil.

"Aku pulang dulu, terima kasih sudah menampung ku."

"Kalau ada apa-apa, jangan lupa berkabar."

"Oke."

Wanita itu berlalu dan menerobos jalanan ibu kota untuk kembali ke rumah di puncak. Malam sudah larut ketika mobil terparkir di halaman, mang Ade membukakan pintu gerbang. Tasya kemudian masuk ke dalam rumah dan langsung ke kamar.

ceklek...

Ia melangkah dan melihat Devan sudah terlelap, Tasya enggan membangunkan suaminya, ia menyimpan tasnya di meja rias, lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk sekedar mengganti pakaian dan membersihkan diri.

mengetahui kedatangan istrinya, Devan bangun dan beranjak. Melihat sikap aneh Tasya beberapa waktu terakhir ini membuat ia penasaran. Apa yang sedang terjadi pada istrinya itu. Terdengar suara guyuran air dari kamar mandi, biasanya paling sebentar Tasya akan setengah jam menikmati waktu di sana. Devan menyeret langkah dan mendekat ke arah meja rias, ia buka tas Tasya dan melihat seluruh isinya.

Nihil... Tidak menemukan apa pun, namun matanya tertuju pada ponsel, ia langsung mengambilnya dan mengharapkan menemukan sesuatu di sana.

Ya... banyak rahasia selama ini ia pendam dalam ponselnya, percakapan dengan ibu Shinta sang pengacara. Juga aplikasi CCTV rumah ini yang terhubung langsung dengan ponselnya.

.

.

.

"Sedang apa?"

1
Yusan Lestari
the best👍
Hilda Hayati
jangan2 kirana nih yg bakal jadi penggnti Tasya
Hilda Hayati
Lumayan
Hilda Hayati
Kecewa
Akun Lima
athornya pengecut anjing kaga ada respon anji k
Akun Lima
thor jangan terlalu goblok dong balas anjink
Akun Lima
thor bisakah kau bersikap adil sumpah karyamu ini Sangat buruk
Dewi Yanti
kpn beres nya sih itu bls dendam
Dewi Dama
saya cuka jln cerita novel..ini...semangat thoorrr...
Yani Cuhayanih
Baguus tasya..aku salut padamu
Yani Cuhayanih
aku boleh getok kepala nya pake panci sekalian biar devan dan sintia gegar otak../Curse/
Herta Siahaan
seperti nya acara balas dendam nggak akan habis.... kesadaran masing-masing tdk ada ... kok keknya nggak ingat ajal
Zanzan
udah...jangan terus ditangisi...kau harus bangkit...
Saadah Rangkuti
kenapa lagi thor ?!😡😡🙏🙏
Saadah Rangkuti
tuh kan pas..ayolah thor sudahi penderitaan mereka 😂😂
Saadah Rangkuti
apa radit yg jadi pendonornya? ya Tuhan 😭😭
Saadah Rangkuti
semua ini memang kesalahanmu Thor...bukan si devan atau siapapun 😭😭
Saadah Rangkuti
aku rasa belum ada bab yg gak bisa bikin emosi thor,dari awal 🙏🙏☺️☺️
Saadah Rangkuti
ya Tuhan..ternyata masih banyak rahasia devan...
Saadah Rangkuti
keterlaluan 😡😡😡😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!