Si Culun, Istri CEO Kejam

"Dia sudah menuju ke sini." Tuan Jeremy Smith mencoba menenangkan sang istri yang masih terlihat kesal.

"Apa kamu yakin, putra kita akan setuju dengan rencana ini?" Di tengah rasa kesalnya, nyonya Alice mendapatkan pertanyaan dari suaminya.

Wanita yang masih terlihat anggun di usia setengah baya itu, menatap wajah tampan suaminya, wanita cantik itu mengangguk yakin.

"Aku yakin, kali ini dia pasti setuju dan ia harus setuju." Nyonya Alice menjawab dengan wajah antusias.

Tuan Smith hanya bisa menghela nafas panjang, ia tidak bisa mengelak dari permintaan istri tercintanya ini.

Tidak lama kemudian, terlihat mobil mewah melintas di depan keduanya. Sosok pria dewasa muncul dari dalam mobil dan mendekati pasangan suami-istri itu dengan kepala menunduk.

"Dasar lambat," ucap nyonya Alice sambil berdecak.

"Maaf nyonya," sahut sang asisten pribadi suaminya itu.

Tuan Smith pun berdiri dan segera membawa istrinya memasuki mobil, setelah dengan segera asisten suaminya membuka pintu mobil untuk keduanya.

"Suamiku!" Seru nyonya Smith tiba-tiba saat mobil mewah mereka sudah mulai bergerak.

"Ada apa?" Tanya tuan Smith yang sedang membaca sebuah artikel di ponsel mewahnya.

Nyonya Alice terlihat berpikir, ia merasa melupakan sesuatu di halte bus tadi. Wanita itu terus memutar otaknya untuk mengingatnya. Ia merasa ada yang kurang. Wanita cantik itu pun bertanya kepada suaminya.

"Apa kamu merasa ada yang kurang, suamiku?" Tanya dengan wajah mengkerut bingung.

Tuan Smith pun mulai berpikir, ia juga merasa ada yang tertinggal. Pria gagah itu melihat sekitar mobil, di mana barang-barang mereka berada. Hingga matanya menangkap tas pakaian milik Lily.

"Nona Lily!" Sentak pria itu pelan.

Nyonya Alice segera menatap suaminya dengan kedua mata melotot, dengan segera dan bersamaan, keduanya menoleh ke belakang.

"Nona Lily!" Pekik nyonya Alice.

Sang asisten suaminya pun menghentikan mendadak mobil yang sudah bergerak itu, karena terkejut.

Nyonya Alice segera turun dan berlari dengan susah payah mendekati Lily yang terlihat kebingungan di halte bus.

"Nona Lily!" Panggil nyonya Alice.

Lily yang sedang mencari keberadaan kedua pasangan suami-istri itu menoleh ke belakang.

Ia pun menghela nafas lega. Wanita berpenampilan culun itu begitu khawatir, kedua pasangan suami-istri itu akan tersesat.

"Anda dari mana?" Tanya Lily.

"D-dari …."

"Tuan Jeremy kemana?" Tanya Lily kembali.

Nyonya Alice terlihat kelabakan dan gugup. Ia harus mengatakan apa kepada gadis baik hati ini.

Lily menatap nyonya Alice dengan kedua alis bertautan. Ia bingung melihat wajah gugup nyonya Alice.

"Ada apa? Nyonya baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu kepada tuan Jeremy?" Serentetan pertanyaan membuat nyonya Alice, semakin gugup.

"I-itu … d-dia … a-ad …." Ucapan terbata nyonya Alice terhenti, ketika mobil super mewah berhenti tepat di samping keduanya.

Lily yang notabene-nya memiliki harta berlimpah begitu tercengang, melihat mobil mewah di sampingnya ini.

Sedangkan nyonya Alice terlihat semakin gugup, ia harus mengatakan apa kepada Lily, kalau selama ini mereka berpura-pura menjadi pasangan terlantar.

Tidak lama kemudian, tuan Jeremy keluar dari mobil. Membuat Lily melebarkan kedua kelopak matanya kaget. Mulutnya pun ternganga lebar.

"T-tuan?! Ucap Lily tidak percaya.

"Masuklah!" Perintah tuan Jeremy dengan sikap wibawanya.

……….

"APA!" Lily yang sudah berada di mobil mewah keluarga Smith berteriak nyaring saat — mendengarkan kejujuran dari nyonya Alice mengenai status asli mereka.

"Maaf, kami hanya ingin merasakan hidup sederhana," terang nyonya Alice. Wajah wanita itu juga terlihat bersalah.

Lily pun hanya bisa menghela nafas panjang, jadi selama beberapa bulan ini, dia merawat pasangan suami-istri kaya.

Lily mengingat saat menemukan kedua pasangan itu di pinggir jalan sepi menuju desa. Keduanya mengaku ditelantarkan oleh putra mereka.

Lily yang tersentuh dan tidak tega melihat mereka terus hidup di jalanan, membawa keduanya ke panti sosial dan mulai merawat pasangan itu.

"Maafkan kami," sela tuan Jeremy.

Kedua pasangan itu memasang wajah bersalah karena sudah membuat kebohongan dan membuat Lily kerepotan.

Lily pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum kepada pasangan suami-istri itu.

"Seharusnya, saya turun disini saja," ujar Lily.

Kedua pasangan itu saling menatap dan memberikan kode masing-masing.

"Jangan!" Pekik kedua pasangan itu.

Lily dan sang asisten menatap keduanya dengan bingung. Asisten bahkan tidak biasa melihat sikap abstrak majikannya.

"M-maksud kami, nona Lily ikut pulang bersama. Kami ingin mengucapkan terimakasih karena selama di panti, nona Lily sudah merawat kami. Jadi… izinkan kami menjamu nona dengan baik," pungkas nyonya Alice dan disetujui oleh tuan Jeremy Smith.

Lily akhirnya setuju, setidaknya ia akan menginap selama satu malam di kediaman orang paling kaya di negara ini.

Tanpa Lily sadari, kedua pasangan suami-istri itu sedang merencanakan sesuatu untuk menjodohkan Lily dengan putra mereka.

Kali ini nyonya dan tuan Smith sangat yakin, putranya itu akan menyetujui perjodohan ini.

Karena semua ini adalah … tantangan dari putranya sendiri. Mereka di tantang oleh putranya untuk hidup sederhana tanpa sepeser uang pun di tangan keduanya.

Kalau mereka berhasil, maka sang putra akan menyetujui perjodohan dari mereka dan pilihan keduanya.

Nyonya Alice dan suaminya kini tersenyum penuh kemenangan saat melihat banguna megah di depan sana yang merupakan kediaman mewah mereka.

…….

Sementara di dalam kediaman Smith.

Terlihat punggung kekar sedang berdiri di sebuah kaca jendela yang berada di kamar super mewah. Pria itu menikmati sejenak kehangatan sinar matahari langsung dan menikmati keindahan sinar kekuningan itu dengan netra grey nya yang begitu mempesona.

Pria bertubuh menggoda itu membalikkan badannya dan berjalan ke arah kamar mandi, mengguyur tubuh tegap seksi itu dengan pancuran air shower. Pria itu tampak begitu mempesona dengan tubuh basahnya.

Rambut ikal panjang itu terlihat basah, pria pemilik rahang tegas itu membiarkan air menetes dari pangkal kepalanya turun membasahi dada bidang menggoda itu.

Pria berotot seksi, memasuki sebuah ruangan mewah dimana jas mewah tergantung, kemeja yang didominasi warna netral itu terlipat rapi di sebuah rak pakaian canggih. Hanya menepuk tangan tiga kali, maka semua pintu penyimpanan barang keperluannya terbuka.

Terlihat hari kekar pria itu memilih kemeja hitam yang tergantung rapi dan wangi. Setelah menemukan yang tepat, selanjutnya ia memilih sebuah jas juga bawahan celana kain model modern.

Tidak lupa, aksesoris pelengkap penampilan sempurnanya.

Pria itu menurutkan handuk yang melilit di pinggang kekar itu dan mulai memakai satu persatu pakai yang sudah disiapkannya.

Kini pria itu berdiri di depan sebuah cermin besar, ia meraih sebuah botol parfum dengan merk terkenal terlihat, terlihat pria itu menyemprotkan di beberapa bagian tubuhnya. Seketika wangi maskulin nan tajam mengisi ruangan mewah itu.

Setelah selesai, pria itu pun tersenyum penuh menggoda. Wajah tampan itu terlihat begitu sempurna.

Tatapan tajam dengan wajah tegas nan dingin itu melirik ponselnya yang bergetar. Tidak lama senyum lebar terlihat di wajah rupawan itu. Wajah yang dihiasi bulu-bulu halus di kedua sisi garis wajah, menambah kesal cool dan seksi.

"Halo haney." Suara berat, tajam nan seksi itu terdengar begitu menggoda.

"Baiklah,"

" …"

"Hum,"

" …"

"Love you too,"

Panggilan terputus, pria yang bernama, Brian Jeremy Smith, segera meraih kunci mobil di sebuah penyimpanan khusus. Terlihat beberapa kunci mobil mewah di sana dan terlihat juga sebuah kunci kendaraan udara.