NovelToon NovelToon
The Killer?

The Killer?

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cherry_15

Sebuah kasus pembunuhan berantai terus saja terjadi di tempat yang selalu sama. Menelan banyak nyawa juga membuat banyak hati terluka kehilangan sosok terkasih. Kasus tersebut menarik perhatian untuk diselidiki. Namun si pelaku lenyap tanpa sebab yang jelas dan justru menambah kekhawatiran penyelidik. Kasus ini menjadi semakin rumit dan harus segera dipecahkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherry_15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Bola Cokelat

Satu bulan berlalu sejak munculnya kembali pembunuh berantai yang mengerikan, orang-orang disibukkan oleh pening dan tegangnya menghadapi kasus ini. Julian sibuk mencari polisi atau orang dalam mana yang mengambil topeng tersebut hingga menghadirkan kembali pembunuh baru, sedangkan Leo sekarang lebih sering menghabiskan waktu bersama Julian untuk diinterogasi.

Dan aku? Semenjak pintu rumahku dibobol polisi aku jadi tinggal di rumah Leo dan menunggu biaya untuk membetulkan pintu rumah sambil mengurus kedai yang aku bangun bersama Leo dua bulan lalu. Kini aku harus menjaga kedai sendirian karena Leo jarang ada waktu untuk menemaniku, terkadang aku merasa sepi dan sedih jika teringat tentang Leo.

Pria berbando itu adalah sahabatku yang paling perhatian dan rela mengurus ku layaknya seorang ayah. Pada saat rumahku digerebek polisi pun ia adalah orang pada barisan paling depan untuk membelaku. Walaupun jika berbicara tentang kasus pembunuhan berantai dia tidak peduli bila bukan aku atau dia yang mendapat tuduhan, terkesan egois namun aku merasa bahwa ia hanya ingin melindungiku dan juga dirinya dari kasus berbahaya ini.

Sedia payung sebelum hujan mungkin cocok dengan apa yang Leo fikirkan tentang kasus ini. Jika mala bahaya ada disekitar, memang jauh lebih baik untuk menghindarinya daripada memasukinya. Sebenarnya tak ada yang salah dengan pemikirannya, kami memang sudah lepas dari tuduhan lantas untuk apa lagi kami mencari pelakunya? Namun hatiku terasa sakit ketika membiarkan kriminal itu merenggut banyak nyawa tak bersalah.

Aku benar-benar merasakan dilema yang seolah mencabik-cabik hatiku, ingin ku percaya pada Leo namun perkataannya hari itu sungguh mengecewakan. Aku tidak bisa mencurigai Leo begitu saja tanpa tahu apa alasan Julian mencurigainya, aku tak paham dengan isi kepala detektif berandal itu. Yang ku tahu pasti adalah, aku benci mendapatkan cap sebagai ‘bocah polos’ oleh kedua pria menyebalkan itu.

Yang benar saja! Aku ini sudah dewasa! Bagaimana bisa mereka menyebut ku sebagai ‘bocah’!? Jika ada hal yang tidak ku mengerti, itu karena hal tersebut bukanlah bidangku. Aku hanya memahami caranya memasak dan berbuat baik dengan senyuman manisku. Apa aku memang tak mampu menghadapi kriminal yang jahat dan banyak tipu muslihat karena aku percaya bahwa mereka itu baik? Apa aku memang polos seperti yang Julian katakan?

...***...

“Di mana kak Picho yang biasanya tersenyum manis dan ramah?” Suara salah satu pelanggan yang membuyarkan lamunan panjangku sebelum meneteskan air mata. Atensiku yang tadinya sibuk memasak sambil melamun teralihkan padanya. Perempuan kecil dan mungil yang kemungkinan usianya masih dibawah sepuluh tahun itu menatapku dengan mata berbinarnya.

“Apa?” Tanyaku singkat sambil mematikan kompor dihadapanku karena takut masakanku hangus.

“Sudah hampir sebulan ini kak Picho tak pernah terlihat bercahaya lagi. Kakak sadar ga sih kalau pelanggan di kedai ini berkurang karena dilayani oleh pria pemurung!?” Jawabnya sambil menunjuk kearahku selayaknya orang dewasa.

Aku sedikit tersentak dengan pernyataan gadis kecil ini. Ku lihat di sekelilingku rupanya pelanggan di kedai ini memang berkurang. Yang datang hanyalah beberapa pelanggan setia yang sudah tahu betul cita rasa masakanku yang tak pernah berubah. Mungkin mereka masih mau makan di sini karena mereka lapar dan hanya kedai inilah tempat yang paling murah serta nyaman untuk mengisi perut.

“Maaf, nona manis. Saya membuat anda tidak nyaman ya?” Tanyaku sopan sambil memaksakan senyuman manisku. Walau ia hanyalah anak kecil, aku tetap harus menghormatinya sebagai pelangganku.

Anak itu menghela nafas kesal sebelum bersuara “Itu, kakak lagi masak apa dan buat pelanggan yang mana? Masih banyak ga pesanannya? Sini Chiya bantu!” Sambil melangkah masuk dalam dapur kedai sebelum diberikan izin. Jadi nama anak manis ini Chiya?

“Ah, tak perlu repot-repot! Anak perempuan kecil sepertimu bisa terluka bila berada di dapur. Saya hanya memasak makan siang untuk diri sendiri kok, sebentar lagi juga jadi. Belum ada pelanggan yang memesan makanan di sini,” jawabku panik sambil mencoba menjauhkan Chiya dari kompor dan sedikit merasa heran tentang keberadaan orangtuanya. Anak sekecil ini dibiarkan berkeliaran sendiri!? Tak mungkin kan?

“Yasudah, cepat selesaikan memasaknya lalu susul Chiya di kursi itu! Chiya masih ingin berbincang dengan kak Chyo,” perintahnya dengan sikap selayaknya orang dewasa sambil menunjuk ke kursi pelanggan, seenaknya saja mengganti namaku. “Oh iya, Chiya mau bola-bola cokelat! Apa masih ada stoknya? Di kulkas bagian mana?” Lanjutnya sambil mengoprek kulkas tanpa izin.

Dia anak siapa sih!? Apa orangtuanya tidak mengajari sopan santun!? Aku hanya bisa menahan rasa gemas dalam hatiku melihat tingkah anak kecil yang berusaha jinjit untuk menggapai camilan manis pada kulkas bagian atas padahal ia tahu bahwa tinggi tubuhnya tak mampu mencapai camilan kesukaannya itu. Setelah puas melihat aksi gemasnya aku berinisiatif untuk membantu mengambilkan bola-bola cokelat yang ia maksud.

“Ini, anak kecil tidak boleh kebanyakan makan yang manis, nanti giginya sakit. Saya berikan lima buah saja ya, habis itu jangan minta bola cokelat lagi,” ucapku sambil memberi piring kecil berisi bola-bola cokelat padanya lalu tersenyum manis. Chiya pun tersenyum lebar sambil mengambil piring itu lalu berlari kecil pada kursi pelanggan. Imutnya….

...***...

Setelah menyelesaikan proses memasak ku dan memindahkan makanannya dari panci pada piring, aku pun membawanya menuju meja tempat gadis kecil bernama Chiya terduduk manis sambil mengayun-ayunkan kakinya dengan riang menikmati bola cokelat yang tadi kuberikan padanya. Aku duduk dibangku yang berhadapan dengan anak perempuan imut itu, namun sebelum bokongku benar-benar menelmpel pada kursi Chiya menghentikan pergerakanku dengan suaranya.

“Es teh manis dong satu kak,” pintanya memesan minuman. Membuatku tersenyum kecut padanya.

“Anak manis, minuman yang dingin itu tidak baik untuk kesehatan. Kedai ini tidak menyediakan minuman dingin atau makanan pedas demi kesehatan dan keselamatan pelanggan kami. Lagipula, hari ini juga cukup mendung dan dingin hingga tidak cocok untuk meminum minuman dingin,” nasehatku panjang lebar, takut ada korban jiwa yang salah mengonsumsi makanan lagi.

“Yasudah teh manis hangat saja!” Pintanya mengkoreksi menu minuman yang ia pesan.

*“Good girl*! Baik, satu cangkir kecil teh hangat manis less sugar akan segera saya buatkan. Mohon ditunggu ya,” ucapku sambil tersenyum manis padanya walau masih heran mengapa anak kecil suka minum teh. Bukankah kebanyakan anak-anak adalah penyuka susu? Fikir ku.

“Gulanya yang banyak!” Protesnya meralat pesanan yang tadi ku ucapkan.

“Kalau kurang manis, lihat aku saja!” Sahutku sambil tersenyum jahil dan beranjak ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuknya.

“Kak Chyo ada masalah apa?” Tanya perempuan mungil itu sesaat setelah aku meletakkan secangkir teh hangat manis pada meja dekatnya. Pertanyaan itu sedikit membuatku tersentak heran dengan apa yang ia maksud sebenarnya.

“Namaku Picho,” ujarku meralat panggilannya yang selalu salah itu.

“Ga mau! Chiya maunya manggil kak Picho itu kak Chyo! Itu nama panggilan sayang dari Chiya!” Rengeknya dengan nada manja, membuatku semakin gemas padanya.

“Benarkah? Anda menyayangi saya? Hmmm?” Tanyaku sedikit meledeknya karena gemas.

“Sayang lah! Kalau ga sayang Chiya ga bakal khawatir pada kondisi kak Chyo yang kian muram!” Jawabnya dengan serius dan penuh amarah. Anak ini? Dia benar-benar peduli padaku? Tapi kenapa? Aku saja baru mengenalinya.

“Baiklah, mengapa Chiya menyayangiku? Memang apa hal baik yang telah aku berikan pada Chiya?” Tanyaku dengan bahasa yang kubuat sesederhana mungkin agar mampu dipahami oleh anak kecil sepertinya.

“Kak Chyo sudah seperti kakak Chiya sendiri, Chiya nyaman berada di dekat kak Chyo. Setelah kedua orangtua Chiya tidur dan tak bangun lagi bulan lalu, hanya kedai ini dan kak Chyo yang menerima Chiya dengan hangat. Chiya ga suka lihat wajah sedih kak Chyo, itulah sebabnya Chiya mau meringankan beban kak Chyo.”

Jawaban yang terlontar dari bibir kecil mungilnya itu mampu membuatku termenung diam seribu kata. Memilukan! Jadi orangtua anak manis ini telah tiada? Sejak bulan lalu? Ulah topeng rubah putih itu lagi kah? Memuakkan! Kapan pembunuhan berantai ini akan berakhir!? Aku tak sanggup lagi melihat keluarga korban yang tak bersalah harus merasakan elegi yang begitu mendalam seperti ini!

Dia bilang ingin meringankan bebanku agar bisa kembali tersenyum manis dan memberinya nuansa kehangatan? Perhatian sekali anak manis ini. Tapi bukankah dia masih terlalu muda untuk mendengarkan kasus yang rumit ini? Apa aku bijak jika menceritakan keluh kesahku padanya? Rasanya ketimbang bersikap melankolis aku seharusnya menjaganya selayaknya seorang kakak yang menjaga adiknya, kan?

“Terimakasih sudah peduli padaku, tapi kakak tak memiliki masalah apapun. Hanya sedikit lelah saja bekerja sendirian di kedai ini setelah teman kakak jarang aktif membantu. Maaf jika wajah muram ku membuat Chiya khawatir, kakak akan bekerja dengan lebih semangat lagi,” ucapku mencari alasan agar perempuan mungil dihadapanku ini tidak tenggelam dalam rasa khawatirnya.

“Hanya karena aku anak kecil, bukan berarti aku tak bisa membantu permasalahan kak Chyo yang rumit! Tak apa, ceritakan saja dengan jujur,” protesnya yang entah mengapa menyadari kebohonganku.

“Baiklah, kuakui aku sedikit berbohong tadi. Aku tak tahu apakah kau mampu memahami masalah serumit ini atau tidak, tapi aku sedang merasa dilema terhadap sahabatku yang entah dia tulus berbuat baik padaku atau tidak. Terkadang dia mati-matian membelaku namun di lain sisi ia juga acuh tak acuh pada masalahku yang cukup besar, itulah yang membuatku bingung apakah dia layak ku anggap sahabat atau tidak.” Jawabku panjang lebar sudah tak peduli lagi dengan bahasa rumit yang ku gunakan untuknya. Jika anak kecil ini tak mengerti ia akan mengakuinya dan berhenti bertanya kan?

“Berpa banyak sahabat kak Chyo peduli dan berapa banyak sahabat kak Chyo acuh? Jika dia memang tak tulus, bisa saja dia dari dulu membatasi hubungannya dengan kakak dan hanya bertemu jika ada keperluan. Tapi jika persentasenya dia lebih banyak membela, melindungi, juga menemani kak Chyo, dia layak dianggap sebagai sahabat.” Jawab anak kecil yang bahasanya sudah seperti orang dewasa.

Berulang kali aku dibuat tersentak olehnya. Dari mana anak sekecil Chiya mampu berkata sebijak itu!? Benar-benar menakjubkan! Sepertinya dia bukanlah anak biasa. Aku jadi terperangah kagum padanya. Seketika aku mencoba menelaah apa yang baru saja Chiya katakan tentang persentase.

Jika diingat lagi, Leo selama tahunan ini memang jauh lebih sering peduli pada keadaanku sih ketimbang acuh. Ia baru mulai acuh saat kasus pembunuhan berantai yang menjijikkan itu terjadi. Mungkin benar yang dikatakan Chiya, Leo tidak datang saat ada butuhnya saja, justru dia selama ini sering membantuku. Itu artinya Leo masih bisa ku percayai sebagai sahabat.

Aku tersenyum manis pada Chiya dan berkata “Bocah! Bersikap dan berkatalah sesuai usiamu!”

1
Amelia
waduh bahaya enggak tuh 😰😰
Amelia
salam kenal ❤️🙏 semangat terus
Cherry: Salam kenal juga, Terimakasih, kamu juga semangat 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
akhirnya author update, udh ditunggu tunggu.. btw happy birthday ya thor 🥳🥳🥳
Cherry: Makasih 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
senang nya dpt kabar dah mau update, di tunggu ya thoor🥳
Cherry: Makasih masih mau nungguin Author yang ga konsisten ini huwuuh… 😭🙏🏻
total 1 replies
Mpit
bilang aja pemiliknya itu gk mau bayar karyawan nya ahahah
Cherry: Bisa jadi 😁😂
total 1 replies
Mpit
Iyah ayolah,, MC jngn naif/Sweat/
Mpit: rada" wkwk
Cherry: Naif kah dia?
total 2 replies
Mpit
ga tau knp, gw ngerasa Phico punya kepribadian ganda,, nebak doang 🗿
Cherry: Hayo, Picho jenis orang seperti apa? 😄
total 1 replies
Mpit
selagi enak ya gaskennn🗿
Cherry: Tim penyuka pedas, gaskeun 🤩
total 1 replies
Mpit
loh,, gak telpon polisi/manggil warga sekitar gitu?? :(
Cherry: Namanya orang panik, mana kepikiran ke situ? 😁
total 1 replies
Mpit
kan emang jatoh dari sepeda :v ga salah sih
Cherry: Ga salah kan? Hehe 😁
total 1 replies
Mpit
bisa disebut "gadis kecil" aj sih haha
Cherry: Hehe, memang kecil dan mungil sih dia
total 1 replies
Mpit
daripada koma, lanjut dialog,, lebih enak dibacanya klo ditulis dialog, lanjutannya di bawah aja
Cherry: Terimakasih atas sarannya kakak, akan ku jadikan pelajaran di karya-karya berikutnya. 😊🙏🏻
total 1 replies
Mpit
dijadiin bakso enak tuh daging
Cherry: Kalau jual bakso daging manusia, ada yang mau beli ga ya? 😂
total 1 replies
Mpit
Hooo ku kira cewek wkwk

tipe cowok gondrong, kah? /Hey/
Cherry: Hehe, aku emang suka cowok gondrong 😁
total 1 replies
Husna Alifah
huhuu, di tunggu kelanjutannya thorr
Husna Alifah: ehehe, iya maaf ya thor, lama udah ga baca, karena terlalu sibuk 🙏🏻
Cherry: Eh? Kamu masih baca karyaku? Yaampun! Aku rindu banget, udah beberapa hari tak tinggalkan jejak di sini, huhu… 😭 Makasih masih setia menunggu 😊🙏🏻
total 2 replies
Husna Alifah
gapapa thor, tetap semangat yahh
Cherry: Siap, makasih 🥰🙏🏻
total 1 replies
Husna Alifah
aku Thaira thoor...
Cherry: Ok Ok, kita coba tunggu komen dari yang lain ya… kalau belum ada yang komen lagi sampe besok, aku bakal coba bikin Picho sama Taira, hehe. Makasih dah komen
total 1 replies
Husna Alifah
terus up thor.. sedih bngt sama episode ini TwT
Cherry: Besok up lagi. Sedihnya ini episode malah kejadian beneran sama dunia nyataku. Mirip tapi ga persis. #malah curhat /plak/ 😂
total 1 replies
Husna Alifah
update terus thor.. ga sabar kelanjutannya
Cherry: Terimakasih… Jangan bosen baca ceritaku ya 🥰🙏🏻
total 1 replies
Anita Jenius
Lanjut baca dulu
Cherry: Ok, selamat membaca 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!