NovelToon NovelToon
Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rifaat Pratama

Menganggur selama 3 tahun sejak aku lulus dari Sekolah Menengah Atas, aku tidak mengetahui ada kejadian yang mengubah hidupku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifaat Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6

Meskipun tidak bisa kuungkapkan dengan ekspresif, jujur aku sangat menyukai gambar ini. Tidak pernah ada orang yang memberikan sesuatu seperti ini, terlebih lagi karya seni buatan tangannya. Aku melipat kertas itu dengan hati-hati, membuka dompetku dan menyimpan kertas gambar itu di sana. Entah Melissa memperhatikan atau tidak, tetapi sesaat aku memasukkan dompetku kembali dia tampak seperti membuang muka dan menunduk ke bawah.

Dia membuka lembaran baru di kertas gambarnya, meminum seteguk minuman yang dia pesan dan menaruhnya kembali. Aku memperhatikan semua yang dia lakukan, dia tidak memberikan komentar apapun terhadap minumannya. Jadi aku mengasumsikan bahwa dia sudah mencobanya dan ini bukanlah pertama kalinya.

“Sering ke sini?” Aku bertanya, mencoba memecah es yang berada di antara kami berdua.

Melissa menengok ke atas. “Ya, kok kamu tahu?” Dia menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lagi. Entah apa yang dia kagumi tentang pertanyaan yang kulontarkan, tetapi dia tampak menyukainya.

“Ya soalnya kamu gak ngomong apa-apa soal minuman kamu, kalau orang yang baru pertama kali minum-minuman seperti itu biasanya akan berkomentar, wah ini enak atau semacamnya.” Aku tidak bisa mengatakan bahwa kepribadiannya yang super ceria akan bereaksi berlebihan jika mencoba sesuatu yang enak untuk pertama kali. Jadi aku mencoba merangkai kalimat yang sopan agar aku tidak salah bicara.

“Wow, kamu kuliah psikologi?” Pertanyaan acak itu ditanyakan oleh Melissa.

“Tidak.” Aku menjawab dengan cepat. Walaupun begitu, aku tidak bisa menyangkal bahwa aku menyukai pelajaran psikologi. Bahkan, saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, aku sudah memutuskan untuk melanjutkan kuliah di sana. Namun, karena ekonomi keluargaku sedang tidak baik saat aku lulus, aku harus mengurungkan niatku. Walaupun begitu, aku masih suka belajar melalui video dari internet yang membahas tentang perilaku atau watak manusia.

Perlu diketahui, aku menyukai pelajaran tentang watak dan sifat manusia. Terkadang itu membuat aku lebih dekat dengan diriku sendiri.

“Oh..” Melissa sedikit tampak kecewa dengan jawaban yang kuberikan. “Kalau begitu apa tipe kepribadianmu?” Tanya Melissa.

Pertanyaannya seakan membuka mataku, aku berbicara dalam hati. ‘Sekarang baru kita berbicara.’

Aku tidak terlalu suka percakapan basa-basi seperti menanyakan apa yang sedang dia lakukan atau semacamnya. Mendengar pertanyaan yang dia tanyakan kali ini membuatku tertarik berbicara dengannya.

“MBTI?” Tanyaku untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas.

Melissa melotot, dia kemudian mengangguk, mengiyakan pertanyaanku.

“INFJ.” Jawabku.

“Wah bukannya itu kepribadian paling langka? Katanya cuma ada 2 persen lho di dunia.” Melissa membanting pensilnya ke meja, dia tampaknya sangat tertarik dengan pembicaraan ini. Ya tidak masalah, karena aku juga tertarik dengan pembahasan ini.

“Kayanya sih gitu, kalau kamu?” Aku balik bertanya, apa tipe kepribadiannya. Dengan begini mungkin saja aku bisa mengetahui lebih banyak tentang Melissa.

“Aku sih.. ENFP.” Dia terdengar tampak ragu karena mencoba mengingat-ingat.

“Oh..” Tidak heran kenapa dia sangat energetik, kepribadiannya yang Extrovert membuat dirinya seperti orang yang selalu ceria dan bebas ketika berinteraksi dengan orang lain. Tiba-tiba aku mengingat sebuah artikel yang pernah aku baca, tentang 16 kepribadian itu, kelemahan, kelebihan, pekerjaan yang cocok, cara mereka mengambil keputusan. Aku membaca satu per satu dari mereka dan satu hal yang paling kuingat saat ini adalah, ada kalimat di mana ENFP dan INFJ adalah tipe yang sangat cocok berdampingan dan saling memahami potensi satu sama lain.

Aku segera menepis ingatan itu, aku tidak ingin terlalu berharap kepada orang yang baru saja aku temui hari ini dan memikirkan bahwa aku mungkin pasangan yang cocok dengannya agak sedikit aneh. Tetapi aku tidak bisa tidak membayangkannya, dengan kepribadiannya yang sedari tadi dia tunjukkan, aku tidak membenci salah satu darinya. Malahan, aku merasa dia seperti seseorang yang sangat mengerti tentang diriku.

Dia kembali mengambil pensilnya, dan mencoba menggambar sesuatu. Aku tidak bisa melihatnya karena dia memegang buku itu setengah tegak, aku penasaran tetapi aku tidak ingin berdiri hanya untuk melihatnya, aku hanya berharap ketika sudah selesai dia akan menunjukkannya kepadaku.

Sekitar 20 menit berlalu, dia memutar bukunya dan menunjukkan kepadaku apa yang dia gambar. Namun, aku hanya melihat sebuah panel seperti komik dengan pedang, monster dan juga seorang ksatria di dalamnya.

“Ini apa?” Aku tidak bisa mengerti apa yang dia gambar, jadi aku mencoba menanyakan artinya.

“Ini itu gambar yang mau aku buat nanti, jadi ceritanya ksatria ini mau ngelawan monster yang ini.” Dia menunjuk satu per satu panel gambar itu sambil menjelaskan.

Namun, di lihat bagaimanapun aku tidak bisa mengerti apa yang dia gambar, karena gambarnya seakan terlihat acak yang tidak berurutan.

Aku mencoba menunjuk panel pertama yang dia gambar, gambar sebuah pedang. “Ini pedang ini maksudnya apa?” Tanyaku.

Dia memutar buku kearahnya dan memutarnya lagi ke arahku. “Oh ini itu ya pas dia ngeluarin pedang.”

‘Ngeluarin pedang.’ Yang aku lihat hanya pedang yang bersinar dan tidak ada seseorang yang mengeluarkan itu, apa maksudnya dia ngeluarin pedang?

“Kalau lagi ngeluarin pedang bukannya, bagusnya dia lagi pose bungkuk gini terus ngeluarin pedang gitu atau kalau pedangnya ditaro di belakang punggungnya, kamu gambar pas dia lari narik pedangnya gitu, jadi gambar orangnya juga, punggung orangnya.” Aku berbicara sambil mencoba memperagakan apa yang kukatakan.

Dia mengetuk ujung pensil ke mulutnya, matanya melihat ke atas dengan bibir bawah yang naik ke atas.

“Coba aku gambar dulu.” Dia mengambil alih seluruh buku itu kembali dan menghapus semua gambarnya. Beberapa menit kemudian Melissa menunjukkan kembali apa yang sudah dia gambar.

“Kaya gini?” Dia menyodorkan bukunya kepadaku.

Kali ini, aku melihat seorang ksatria sedang menarik pedang dari punggungnya, pose itu sangat cocok dengan apa yang kuperagakan sebelumnya.

“Nah iya ini bagus.” Aku memuji gambarnya. Dia kemudian kembali mengambil bukunya sambil tersenyum dengan lebar.

Entah kenapa, aku tidak bisa melepas mataku dari wajahnya saat ini. Aku tidak akan berbohong jika saat ini ada seseorang yang bertanya kepadaku apakah aku menyukai Melissa atau tidak, aku akan menjawab jujur dalam hatiku dan mengatakannya dengan keras. Walaupun itu terasa aneh jika aku pikirkan karena kita baru saja bertemu dan berkenalan. Aku juga tidak ingin membuat momen ini menjadi konyol dan memalukan hanya karena aku berkata aku menyukai seseorang yang baru saja aku temui.

Ketika aku tenggelam dalam pikiranku dan sudah menatapnya terlalu lama, aku dengan canggung meminum es coklatku dan mencoba untuk bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Akan sangat berbahaya jika dia melihatku memperhatikannya terlalu lama, mungkin aku akan dibilang orang aneh atau yang lebih buruk diteriaki di depan banyak orang karena memandangnya terlalu lama.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!