My Husband Is Paralyzed

Sheila terdiam...

Setelah sekian lama dia yang terlalu banyak berpikir.

Kata-katanya bergema di telinganya. Dia menggertakkan gigi karena marah.

Sheila memaksakan senyum palsu di wajahnya, "Baiklah."

Saat dia berbicara, dia berjalan ke depan brayan dan duduk di karpet yang lembut. Dan dengan lembut memijat kakinya.

Sentuhan lembut seperti tulang membuat tubuh brayan menegang, Lalu dia menghela nafas panjang.

Setengah jam kemudian, sheila menatapnya dengan ekspresi kesal, "Apa kah sudah cukup, tangan ku sudah sakit!"

Brayan awalnya ingin lebih menikmati pijatannya. Namun melihat sheila yang sudah lelah, dia mengangkat alisnya dan sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman mengejek, "Cuma ini?"

Sheila tidak akan melakukannya lagi. Dia bangkit dan berpura-pura tersenyum. "Lakukan lah sendiri, aku tidak akan menemanimu lagi!"

Apa di tidak tahu bahwa pijat adalah pekerjaan teknis?! Setengah jam telah berlalu. Apa lagi yang dia inginkan?!

"Kartu." Suara brayan dingin.

Sheila merasa merinding ketika mendengarnya. Dia menggosok lengannya, "Baiklah, baiklah. Aku akan memijat mu, oke!"

Dia memelototinya dengan kesal, ketika dia memiliki banyak uang, dia akan mengusir pria di depannya ini.

Melihat tujuannya telah tercapai, senyum muncul di wajah brayan yang bahkan tidak dia sadari, "Kamu bisa pergi dan beristirahat sekarang."

Sheila, yang hendak jongkok, berada dalam posisi yang aneh sekarang. Dia berjongkok dengan rambut tergerai.

Brayan ingin sekali menyentuh kepalanya, namun pengekangan yang kuat mencegahnya melakukan sesuatu yang dapat merusak citranya.

Sheila baru menyadari apa yang sedang terjadi sekarang. Dia mengerti bahwa brayan benar-benar mempermainkannya.

Dia berbalik dengan marah dan mencibir di belakangnya. Dan memutar matanya dengan lemah.

Setelah mandi, sheila tidak peduli lagi terhadap brayan dan tidak mencarinya.

Dia menyalakan komputernya dan melihat manga yang dia kirim. Hanya dalam beberapa jam, jumlah sukanya mecapai puluhan ribu. Hal ini membuatnya sedikit terkejut.

Dengan sangat cepat, pihak developer mengiriminya surat kontrak.

Sheila mengkliknya nya dan membacanya dengan cermat. Dia merasa keuntungannya lumayan. Jadi dia memutuskan untuk menandatangani kontrak itu.

Dia menghubungi editor dan mengisi informasinya sendiri sebelum melanjutkan menggambar.

Saat perbaruan selesai, pihak developer memberi pesan pada pembaca.

Wajahnya penuh senyuman saat dia menjawab beberapa pesan. Baru saat itulah dia dengan puas jatuh ke tempat tidur empuk dan tertidur lelap.

......................

Keesokan paginya, sinar matahari menyinari celah dahan di luar dan ruangan menjadi terang. Sheila berbalik dan bersiap untuk tidur sebentar lagi.

Saat ini terdengar suara sepatu hak tinggi di lantai bawah. Dia berguling beberapa kali karena frustasi.

Saat ini, bagaimana bisa terdengar sepatu hak tinggi di dalam vila?

Langkah kaki itu semakin dekat. Rasa kantuk sheila segera menghilang.

Terdengar bunyi klikk dari pintu, dan pintu terbuka secara perlahan.

Segera setelah itu, aroma parfum yang kuat menyerang hidungnya. membuat sheila mengerutkan kening dengan tidak nyaman.

"Sheila bodoh. Jam berapa sekarang? Kenapa kamu masih belum bangun?" Lara menatap dengan kesal pada bola yang meringkuk di tempat tidur.

Sheila mengusap matanya yang mengantuk dan membuka selimut.

Dia menatap lara dengan wajah yang polos, suaranya sangat lembut saat dia berbicara, "Kakak, kenapa kamu ada di sini?"

Melihat wajah imut sheila yang baru bangun, sedikit kecemburuan melintas di mata lara. Gadis itu bodoh, tapi keimutan nya benar. Dia benar-benar ingin mengambil pisau dan menggores wajah sheila.

Matanya dalam, kemudian, dia menyilangkan tangannya di depan dada dan menatap sheila. Alisnya penuh dengan penghinaan.

Dia jelas cantik dan menyenangkan, tapi hatinya busuk. Saat ini, wajahnya menjadi sedikit garang karena cemburu.

"Kenapa kamu tidak bangun saat melihat ku?" Nada suaranya langsung berubah dingin.

Sheila seperti kucing yang ketakutan. Dia mundur dengan ketakutan, "Kakak, jahat!"

"Dasar gadis sialan! Jahat? kenapa aku harus begitu jahat pada mu?" Lara melihat bahwa sheila ketakutan padanya dan hatinya menjadi senang.

Ini adalah hal yang benar untuk di lakukan. Jalang ini harus mematuhi perintahnya dan mendengarkannya dengan patuh.

Melihat ketidak pedulian sheila, dia tidak punya niat untuk bangun.

Dia mengeluarkan tangannya untuk menarik sheila, "Bangunlah sekarang."

Sheila di tarik sampai dia mengerutkan kening kesakitan, dia kelihatan pasrah dan matanya yang indah mengeluarkan air mata, "Kakak sakit!"

Dia menutup matanya untuk menutupi kegelisahan di matanya.

Lara tidak bisa bergerak dan hanya bisa melepaskannya terlebih dahulu. Dia menatap sheila dengan ekspresi galak, mengapa gadis bodoh di depannya sangat kuat?"

Sheila melihat kebawah dan melihat pergelangan tangannya yang semula mulus dan lembut kini di penuhi tanda merah. Kelihatannya mengerikan. Bisa di bayangkan seberapa besar kekuatan yang di gunakan lara sekarang.

"Kakak, buruk!" Matanya berair saat dia bergumam.

Lara mengerutkan kening, beraninya dia menolaknya!

Dia mengulurkan tangannya lagi dan mencubit keras kulit mulus sheila. Kali ini, kekuatannya tidak sekuat sebelumnya.

Sedikit kemarahan melintas di mata sheila. Dia mengulurkan tangannya untuk menampar tangan lara dengan keras.

Lara menatap sheila dengan matanya yang besar dan suaranya sangat marah saat dia menggeram. "Beraninya kamu memukul ku!"

Sheila mengambil kesempatan dan berlari ke jendela dan menatapnya dengan ketakutan, "Itu menyakitkan....."

Dia membuka mulutnya seolah-olah dia tidak bersungguh-sungguh.

Hanya saja dia secara tidak sadar menolak lara, namun dia masih tampak seperti orang bodoh.

Lara tidak menyadari perubahan kemarahan sheila. Dia menahan amarahnya dan tersenyum dengan paksa padanya, "Gadis baik, kemarilah. aku punya permen."

"Permen?" Sheila membuang ekspresi marahnya dan menatapnya dengan gembira.

Melihat itu, lara mencibir dalam benaknya. dia memang bodoh.

Sheila ingin berjalan ke arahnya tetapi suara sedingin es terdengar dari belakang lara, "Menindas istri ku di wilayah ku. Itu bukan sesuatu yang pantas, kan?"

Brayan menatap lara dengan sangat dingin.

Wajah lara membeku. Dia menoleh dan menatap mata pria itu yang dalam dan gelap. Dia terkejut di dalam hatinya dan memaksa sudut bibirnya bergerak . “Aku hanya bermain-main dengan adikku. Apa yang salah?"

"Ada yang harus aku lakukan, jadi aku akan pergi."

Dengan itu, dia berjalan keluar dengan ekspresi panik di wajahnya.

Sheila kembali ke ekspresi aslinya dan melihat ke pintu dengan ekspresi dingin.

Mata brayan tertuju pada tangannya. Itu ditutupi dengan tanda merah, dia mengerutkan kening, “bagaimana bisa menjadi seperti ini?”

Sheila tersenyum, "Saya tidak tahu."