Ingin mengikuti jejak sang ayah, Termasuk pasangan hidup. Sanjaya Nalendra Abraham bisa meraih cita-citanya. Namun tidak dengan kisah cintanya yang tidak semulus kisah kedua orangtua nya. Gadis pujaannya harus pergi untuk selama-lamanya membuat sikap Nalendra berubah.
Hingga pertemuannya dengan Ayra Zalfa Aryani seorang gadis perantau perlahan mampu menjadi obat lara hatinya.
Kemiripan wajahnya dengan mendiang sang kekasih, Membuat Nalendra bersikap lembut dan manis sehingga timbul rasa yang tak biasa hadir terhadap pria itu.
Rasa Cinta Ayra begitu besar, Namun sayang semua itu tak mampu membuka hati Nalendra yang masih bertaut dengan masa lalunya...
Akankah Ayra berhasil mendapatkan hati Nalendra dan membantu melupakan kekasihnya yang sudah tiada?
••••
"Aku Mencintaimu Ayra..." Sanjaya Nalendra Abraham
" Jangan mencintaiku karena aku mencintaimu, Tapi cintailah aku karena kamu memang benar-benar mencintaiku " Ayra Zalfa Aryani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Perhatian
Usai mengganti rugi barang-barang yang di rusak Ayra di Cafe Uncle Leon. Nalendra kini mengajak gadis itu ke suatu tempat. Walau sebenarnya, Ayra sendiri tidak enak terhadap Nalendra karena sudah mempermalukan pria itu akibat ulahnya saat bekerja.
Berulang kali Ayra meminta maaf, Akan tetapi Nalendra selalu menjawab "No Problem...
"Cobalah, Muat tidak?" Ayra menatap sepatu sneaker putih yang Nalendra pilihkan untuknya. Gadis itu celingukan kesana kemari memerhatikan orang-orang sekitar. Karena posisi mereka sekarang sedang berada dalam pusat perbelanjaan yang cukup besar.
"Apa yang kau lihat..?
"E..memang tidak apa-apa ya.. Sepatunya di coba.."Tanya Ayra ragu-ragu. Nalendra tergelak, pertanyaan macam itu.
"Sudah.. Cepat coba saja..."Ayra mengangguk. Gadis itupun meraih sepatu tersebut dan langsung mencobanya. Sebuah senyum terbit di bibir gadis itu, Sepatunya sangat pas dan cocok di kakinya.
"Bagaimana?
"Mu..muat kok...
"Kau suka?
"Hah?
"Aku tanya, Kau suka? Jika tidak kita bisa cari model lain dengan ukuran yang sama.."Ayra tak menjawab hanya sekedar gelengan saja.
"Berarti kau suka sepatu ini..
"Iya..
"Hem.. Kita bayar dulu sepatunya, Setelah ini kira pindah tempat.."Ayra hanya bisa pasrah kemana pria itu pergi. Sebenarnya Ayra kurang cocok dengan warna sepatunya tapi berhubung di belikan, Mana mungkin ia menolak. Dalam sejarah ia di ajarkan agar selalu merasa bersyukur, Apalagi atas pemberian orang.
"Tiga puluh juta...
"Hah!!?.."Mata Ayra melotot di sertai dengan mulut yang terbuka. Ia kira harga sepatunya hanya seharga seratus ribu, Namun nyatanya?
Ayra hanya diam mengatupkan bibir saat melihat Nalendra dengan begitu enteng mengeluarkan sebuah kartu hitam dari dompetnya.
"Dompetnya saja keliatan biasa aja.. tapi bisa jadi harganya juga selangit...
"Yuk...kita pindah tempat.."Ayra mengangguk. Gadis itu kembali melangkah beriringan bersama Nalendra. Lagi-lagi Ayra di buat terpana dengan ketampanan pria itu. Walaupun sebenarnya setiap berada di luar, Nalendra selalu berpenampilan tertutup seperti sekarang ini.
Jaket, Topi, Masker serta kacamata hitam yang tak pernah lepas dari pria itu. Tapi dengan begitu, Memang tak bisa di pungkiri paras tampan yang di miliki Nalendra tetap terlihat di matanya.
Keduanya terhenti ditempat dimana begitu banyak smartphone berjejer rapi disana. Sama seperti awal masuk, Ayra melihat kesana kemari karena ini memang pertama kalinya ia masuk ke tempat besar nan luas seperti ini.
"Disini dingin ya..."Nalendra menoleh, melihat Ayra mengusap-usap lengannya membuat Nalendra langsung membuka jaket hitam miliknya.
"Pakailah ini agar kau tidak kedinginan..."Jantung Gadis itu kembali tak aman saat Nalendra menunjukkan sebuah perhatian terhadapnya. Melihatnya yang kedinginan karena AC. Nalendra sampai rela melepas jaketnya, Tak tanggung-tanggung pria itu juga memakaikan jaket hitam tersebut di tubuh Ayra.
Deg
Deg
Deg
"Astagaa.. jantungku..
"Sekarang kau pilih ponsel mana yang ingin kau inginkan.."Ayra selalu di buat gelagapan. Entah Nalendra yang suka mengagetkan nya atau memang dirinya yang suka melamun ia tak tau. Yang pasti Ayra merasakan hal aneh saat ia berada di dekat Artis papan atas itu.
"E.. kita pulang aja ya.. Lagian ponselku masih..
"Masih apa? Ponsel seperti itu udah tua.. Sudah cepatlah, Mumpung kita berada disini..
"Beneran nih? Tadi udah di beliin sepatu kan?
"Hem.. Aku yang bayar, Kau tidak perlu khawatir.."Ayra kembali mengangguk. Gadis itu melihat satu persatu ponsel yang hendak ia pilih. Walaupun begitu banyak pilihan, Tapi Ayra tetap memilih harga yang biasa saja. Sepatu harga tiga puluh juta yang Nalendra belikan sudah cukup dan tidak mungkin kan Ia harus memilih ponsel yang harganya selangit juga.
Mungkin bagi Nalendra itu sangatlah kecil bahkan tidak ada apa-apa nya, Tapi baginya uang segitu sudah mampu membangun rumah.
Usai membeli Sepatu dan Ponsel, Kini Nalendra kembali mengajak Ayra pergi. Kemana lagi, gadis itu tidak tau.. Yang penting ikut saja.
.
.
.
Semua serasa mimpi bagi Ayra. Sungguh ia tidak pernah menyangka akan di pertemukan dengan Nalendra Seorang pria yang berprofesi sebagai artis sejak usianya masih sangat dini. Terlebih selama dua hari ini bersama Nalendra, Ayra merasa sangat di perhatikan.
Jujur ia sangat bahagia di perhatikan seperti itu. Bagaimana tidak? Sejak usianya Lima belas tahun ia sudah kehilangan semua kasih sayang itu. Ia harus di paksa dewasa sebelum waktunya.
Tapi sekarang, Ayra sangat bersyukur. Entah apa alasan Nalendra begitu baik padanya, Ayra tidak tau. Tapi yang jelas apapun alasannya Ayra berharap semoga hubungannya dengan Pria ini baik-baik saja.
"Kau lapar tidak?
"Hah?
"Aku tanya.. kau lapar apa tidak..?"Ucap Nalendra mengulangi pertanyaan nya.
"I..iya..Tapi, Bukankah ini sudah malam..
"Kita beli makanannya saja tapi kita makan di apartemen bagaimana?" Ayra mengangguk. Ia menurut saja dengan apapun yang akan pria itu lalukan. Toh Ayra yakin, Nalendra adalah pria baik-baik.
Tak berselang Lama mobil mewah milik Nalendra terhenti di salah satu Cafe besar disana. " Kau tunggu disini ya.. Aku masuk untuk beli makanan sebentar saja.."Kata pria itu sembari membuka seatbelt nya.
"Iya.." Tidak hanya itu saja, Nalendra juga menampilkan sebuah senyum yang selalu membuat jantung Ayra berdebar tak karuan.
"Ya Ampun.. Ada apa dengan ku ini.. Kenapa jantungku deg-degan terus ya.." Ayra memegang dadanya yang sejak tadi degupan jantungnya semakin menjadi. Matanya pun tak lepas menatap Nalendra yang mulai masuk ke dalam Cafe tersebut.
"Dia tampan banget.. Imut juga.. Jadi penasaran sama ayah ibunya.. kalo anaknya ganteng kayak gitu.. Pasti orangtuanya cakep.."Sudah terbayang di benak Ayra, Sesempurna apa orang tua Nalendra.
Buggh!!
"Maaf.. Agak lama, Tadi aku bertemu tanteku jadi masih berbincang sebentar..."Ayra tak menjawab dan lagi-lagi hanya mengangguk. Mobil mewah tersebut kembali melajubdengan kecepatan sedang menuju ke apartemen dimana keduanya sekarang tinggal.
Begitu sampai, Nalendra langsung duduk di sofa guna menghilangkan rasa lelah yang menderanya dalam seharian karena bekerja.
"Duduklah..Untuk apa kau berdiri terus disitu.."Ayra mengangguk samar dan ikut duduk. Nalendra bersandar sembari memejamkan mata disana.
"Saat terpejam saja sangat tampan.. " Batin Ayra memandang Nalendra tanpa berkedip. Paras tampannya memang sangat lokal, Tapi bagi Ayra sangat berbeda dan itulah yang membuat ayra begitu tertarik.
"Aku tau aku tampan, Tidak perlu di tatap seperti itu.."Melihat Nalendra yang mendadak membuka jelas Ayra langsung salah tingkat di buatnya. Nalendra terkekeh, Gadis di depannya ini sangat begitu menggemaskan jika tatap begitu.
"Huuufftt..Sekarang berikan ponsel lama mu padaku.."Pinta Nalendra sembari meraih paperbag dan meraih ponsel baru disana.
"E.. ponsel?
"Iya ponselmu yang sudah sekarat itu..."Ucap Nalendra seraya tertawa membuat Ayra kesal saja.
"Ini... Untuk apa?
"Tidak ada.. hanya mau memindahkan simcard nya saja..."
Prakkk...
"Hey! kenapa di banting begitu.."Protes Ayra tak terima saat Nalendra membuka ponsel miliknya dengan cara di banting ke lantai. Padahal tidak terlalu keras, Tapi Langsung hancur. Mungkin karena ponsel tersebut sudah lama dan tua.
"Ponselmu ini, ibarat orang terkena penyakit komplikasi.. Belum apa-apa sudah sekarat.."Ayra berdecak mendengar ucapan Nalendra yang selalu membuatnya sebal. Nalendra pun membuka box ponsel baru itu dan memindahkan Simcard milik Ayra ke ponsel yang baru.
"Ini.. Mulai sekarang kau bisa pakai ponselnya.."Ayra meraih ponsel yang sempat di beli tadi. Di tataplah ponsel yang tengah berada di tangannya itu.
"Perasaan bukan ini yang aku pilih tadi.."Tanya Ayra merasa bahwa ponsel yang ia pilih berubah.
"Memang..! Ponsel yang kau pilih itu pengeluaran lama.. Dan pasti tidak akan awet.. Jadi aku pilih yang pengeluaran baru saja agar awet. Ingat, Ponsel yang kau pegang itu anti air.. "Mata Ayra membola mendengar ucapan artis papan atas ini.
"Hah? Anti air?? Jadi walau kena air aman dong.."Dengan ekspresi girang Ayra bertanya.
"Iya..
"Tapi ngomong-ngomong berapa harganya.. pasti mahal?
"Tidak juga.. Harganya murah dan tidak sampai jual tanah.." Ayra kembali kesal mendengar ucapan Nalendra yang lagi-lagi menyebalkan ditelinganya.
.
.
.
Tbc