Istri Kontrak Tuan Impoten

Menjelang pagi, Dika kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Kedua temannya telah pulang kerumah mereka masing-masing, hati Dika merasa lega setelah menceritakan banyak hal pada teman temannya itu.

Dika menoleh keatas kasur, dia melompat kecil karena melihat Diva tengah tidur terlentang mengenakan lingerie seksi berwarna merah maroon. Tiba-tiba Diva menggeliat, dia memiringkan tubuhnya dan tak sengaja membuat bagian bawahnya terekspose kemana-mana.

"Glek..." Dika menelan air liurnya. Suhu tubuhnya naik seketika, kepalanya pusing karena harus menekan hasratnya yang tiba-tiba meninggi.

Ayolah, kini Dika telah menjadi seorang pria normal. Kucing mana yang bisa tahan pada godaan ikan segar? Begitu juga dengan Dika, dia harus bekerja keras agar tidak tergoda dengan kemolekan tubuh istrinya.

Dika melarikan diri ke kamar mandi, dia melepaskan pakaiannya dan menyiram tubuhnya dengan air dingin.

"Bocah itu tidak sengaja melakukannya bukan? Apa dia pikir tubuhnya itu bagus? Gadis menyebalkan!" Gerutu Dika lirih.

Selesai mandi, Dika berganti pakaian. Dia naik keatas sofa dan menutupi tubuhnya dengan selembar selimut. Dia sama sekali tidak tau kalau saat Dika memakai pakaiannya Diva mengamatinya secara diam diam.

Sama seperti Dika, Diva juga gadis normal. Mana bisa dia memalingkan wajahnya dari seorang pria atletis yang memiliki otot besar menggoda? Diva tak sengaja melihat pemandangan indah itu, tapi sangat sayang bukan kalau pemandangan jarang seperti itu dilewatkan?🤭

Diva mengamati wajah Dika yang sedang tertidur lelap diatas sofa. Dia nampak tenang, kalem dan tampan. Andai Dika bisa bersikap sedikit lebih baik dan ramah padanya, pasti lama kelamaan Diva bisa jatuh hati padanya.

"Nasibku benar-benar kurang beruntung, bisa menikah dengan pria kaya dan tampan tapi hatinya tidak bisa aku miliki," batin Diva.

Diva kembali memejamkan kedua matanya, mencoba menghapus bayang bayang Dika dalam pikirannya. Dia berharap bisa mendapat mimpi yang indah malam ini, sekedar untuk menghilangkan rasa stres di otaknya.

Pagi pun datang, Diva bangun dari tidurnya. Dia segera mandi, mengganti pakaian dan pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Tak disangka, disana sudah ada seorang ART tengah berkutat dengan peralatan masak, Diva pun menghampiri dan menawarkan bantuan padanya.

"Boleh aku bantu Bi?" Tanya Diva.

"Ah, jangan Non. Nanti kalau Nyonya besar tau Bibi bisa dimarahi," wanita paruh baya itu merasa takut.

"Kenapa harus dimarahi? Aku kan hanya membantu memasak bukan melakukan pekerjaan berat?"

"Jangan Non, lebih baik Non bangunkan Tuan Dika saja. Sebentar lagi sarapannya siap,"

"Ya sudah kalau begitu."

Diva kembali ke kamarnya, dia menghampiri Dika dan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Sayang, pria itu tidak bangun, karena memang Dika baru saja tidur dua jam lalu.

"Ganteng-ganteng tidurnya kaya kerbau, susah sekali dibangunkan!" Gerutu Diva lirih. Entah mengapa Dika tiba-tiba saja membuka matanya, dia mendengar umpatan yang Diva lontarkan untuknya.

Kesal, Dika menarik tangan Diva hingga jatuh diatas tubuhnya. Kemudian dia mencubit pipi Diva dengan kedua tangannya kuat kuat.

"Aaaaaa.... Sakit," rengek Diva.

"Salah sendiri kamu samakan aku dengan kerbau, rasakan ini," Dika semakin menguatkan cubitannya.

Bukan Diva namanya kalau tidak bisa balas dendam, dia menghempas tangan Dika dengan kuat dan mencubit kedua sisi pinggang Dika.

"Awh... Jangan sentuh bagian itu! Menjauh lah dariku!" Dika mendorong Diva dan berdiri menjauh.

"Apa itu titik sensitif mu Om?" Tanya Diva polos.

"Bukan," tegas Dika.

Karena penasaran, Diva kembali mendekati Dika dan berusaha untuk menyentuh pinggang Dika lagi.

"Hey, menjauh dariku!"

"Tidak, aku tidak mau sebelum berhasil menyentuh pinggang Om,"

Terjadilah aksi kejar-kejaran di dalam kamar, Dika begitu berusaha keras agar bisa menghindari sentuhan Diva. Dia merasa geli saat ada wanita menyentuh pinggangnya, rasa geli itu juga sekaligus menaikan miliknya yang sedang hibernasi dibawah sana.

"Ingat isi perjanjian surat pra nikah kita, tidak ada kontak fisik," ucap Dika.

"Tapi Om yang memulainya tadi, aku tidak bisa tinggal diam," Diva membela diri.

Klak...

Pintu kamar tiba-tiba terbuka, Nurma kaget saat melihat Dika dan Diva sedang bergulat diatas sofa dengan serunya. Dan aksi mereka terhenti saat mendengar suara pintu terbuka lebar.

"Ibu?" Diva langsung melompat dari atas perut Dika.

"Maaf, Ibu lupa mengetuk pintu terlebih dahulu," Nurma tersenyum penuh arti.

"Ini, tidak seperti yang sedang Ibu bayangkan," ucap Dika kikuk.

"Wajar jika suami istri bercanda, tapi Diva kamu harus ingat kalau saat ini kamu sedang hamil. Jadi berhati hatilah," Nurma memberi nasihat.

"Ah, iya Bu. Terimakasih atas perhatiannya, Ibu baik sekali,"

"Tentu saja Ibu harus perhatian pada anak anak Ibu."

Bersambung...