NovelToon NovelToon
Tarian-tarian Wanita

Tarian-tarian Wanita

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Slice of Life
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Made Budiarsa

Pada akhirnya dia terlihat menari dalam hidup ini. dia juga seperti kupu-kupu yang terbang mengepakkan sayapnya yang indah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 : Ratih Kumala

Pohon Kamboja itu sudah bertahun-tahun tumbuh di sana. Bunga-bunga merah muda akan mekar. Usianya mungkin sudah melewati beberapa generasi, aku tidak tahu seberapa tua pohon itu. Batangnya kira-kira setinggi dua puluh meter. Dua cabang besar terbelah, lalu terbelah lagi dan terbelah hingga menyeruak dan melebar seperti pohon besar. Ketika musim lebih panas, daun-daunnya akan berguguran atau tidak menumbuhkan daun sama sekali. Tapi bunga-bunga merah muda menghiasi setiap cabang-cabang dengan eloknya. Jika melihatnya dari jauh, bunga itu seperti bunga di jepang dan bunga persik di china.

Ketika memasuki musim yang lebih dingin, daun-daunnya akan tumbuh lebih banyak dan akan sangat rentan terkena penyakit atau pun hama. Aku sering melihat bulu-bulu putih di bawah daunnya. Ketika aku memetiknya, kupu-kupu putih kecil akan beterbangan.

“Apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkannya?”

“Kamu bisa menggunakan pestisida untuk membunuh mereka, tapi sepertinya tidak ada jenis pestisida untuk tanaman bunga seperti itu.

“Tanganku terlalu kecil untuk melakukannya. Maukah ibu melakukannya untukku?”

“kumala, tidak ada waktu untuk melakukannya.”

“Ini hanya sebentar.”

“Ibu tidak peduli dengan bunga-bunga itu.”

“Mereka sangat indah.”

“Kumala, Pohon itu sudah berumur panjang, mengapa kita tidak menebangnya, barangkali pohon itu akan merasa senang jika kita melakukannya.”

“ibu, kita tidak akan mengerti apa yang di inginkan pohon itu. Dia tidak punya mulut untuk berbicara, tidak punya tangan untuk memberi isyarat.”

“Kumala, daun-daunnya yang jatuh mungkin isyaratnya.”

“Mungkin saja bukan.”

“Lihatlah pohon itu. Ada lubang di batangnya yang berkerut. Ketika hujan turun, air akan tertampung di dalam sana. Ada jentik-jentik dan lumut-lumut tumbuh di sana.”

“Aku tidak bisa membayangkan bagaimana pohon tua itu menghiasi dirinya dengan cara seperti itu. Bukankah dia menyiksa dirinya sendiri?”

“Kumala, apa yang kamu pikirkan? Pohon itu sedang menderita, menderita karena kesepian. Tidakkah kamu berpikir jika pohon itu melakukan dengan sengaja? Agar menarik nyamuk-nyamuk untuk bertelur dan untuk menumbuhkan lumut hijau untuk menghiasi tubuhnya yang tua. Penampilannya terlalu buruk sehingga dia melakukannya.”

“Bukankah dia terlihat lebih indah ketika semakin tua? Dia tumbuh lebih indah, cantik dan besar. Ketika memasuki bunga-bunga kembang, orang-orang akan memujinya dari jalan.”

“Pohon itu mungkin berpikir jika dia seperti kita; semakin tua semakin jelek, tidak enak di pandang. Memiliki banyak kerutan-kerutan dan bintik-bintik hitam.”

“Menurutku tidak seperti itu. Orang tua akan lebih dihargai ketika mereka semakin tua. Banyak pengalaman hidup yang mereka alami dan banyak penderitaan yang merayapi tubuhnya.”

“Terlalu banyak, sehingga orang tua menanggung beban terlalu banyak sehingga membuatnya kehilangan akal.”

“Ibu, apa yang ibu katakan.”

“Lupakan saja.”

Ibu diam sejenak lalu berkata, “Kumala, ibu menyayangimu.”

“Saat ini?”

“Bukan, untuk selamanya.”

“Tapi ibu membutuhkan anak laki-laki bukan aku.”

“Tapi ibu tidak di anugerahi seorang anak laki-laki. Jika ibu terus menginginkannya, maka ibu tidak akan pernah mencintai putri tunggal ibu.”

“Ibu menyebutku anak pinjaman, bagaimana mungkin aku bisa melupakannya? Apa itu di sebut mencintai?”

“Bukan itu.”

“Lalu apa?”

******

Ingatan itu berhenti sampai di sana. Aku sudah lama tidak datang ke rumah. Meski aku sudah menikah, ini akan tetap menjadi rumahku, akan selalu, tidak tergantikan.

Pohon Kamboja itu berbunga lebat tahun ini. Aku tidak bisa menikmatinya bersama ibu, dia sudah pergi beberapa tahun lalu karena sakit. Pohon itu tumbuh semakin tua dan lumut-lumut hijau di bawahnya tumbuh semakin subur. Aku selalu membersihkannya ketika masih kecil dan selalu menjaganya. Ibu dan ayah merasa sedikit senang. Setidaknya jika aku bukan laki-laki aku masih bisa membantu mereka.

Aku anak perempuan mereka, anak yang tidak di harapkan.

Ayah pernah menyebutku anak pinjaman, karena mereka meminjam uang untuk biaya persalinan dan pinjaman motor. Ayah dan ibu memiliki harapan besar jika anak mereka terlahir laki-laki, tapi ternyata seorang perempuan. Mereka kecewa, tapi mereka berusaha menyayangiku. Aku benar-benar nakal dan beberapa kali aku mendengar anak pinjaman itu dari mulut ayah atau ibu.

Aku pernah berkata, aku tidak akan pergi dan terus bersama ayah dan ibu. Aku akan menikahi laki-laki yang mau pergi dari rumahnya.

“Tapi kita tidak punya apa-apa, apa yang bisa kita tawarkan? Kecantikanmu tidak akan berguna.”

“Tapi Kumala yakin akan ada laki-laki seperti itu.”

Itu hanya akan menjadi masa lalu. Aku mengambil sapu lidi di pojok kemudian menyapu daun-daun yang berjatuhan. Masa lalu sudah berlalu, tapi sisa-sisanya masih membekas. Setelah menyapu sanggah, aku membersihkan halaman rumah. Ayah tidak bisa menjaga rumah, dia seorang laki-laki. Pada umumnya menyapu tugas seorang wanita. Sampah berserakan, aku geram melihatnya. Aku membersihkannya selama tiga puluh menit kemudian duduk di sana.

Selama bertahun-tahun, aku tidak kembali pulang, apa karena kebencianku tentang fakta kematian adiku atau karena kebencianku terhadap rumah ini.

Suara-suara lalu lintas terdengar berisik di jalan-jalan. Karena rumahku sekarang jauh dari keramaian, rasanya berbeda ketika mendengar suara ini kembali.

Mencoba membuka pintu, ternyata pintu di tutup. Aku menunggu ayah pulang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!