Pengganti Mommy (Anak Tiriku, Sekretarisku)

Erga masih duduk di ruang kerja Maya. Ia menyesal sudah bicara seperti itu. Iya, dia mengaku salah karena secara tidak langsung menyamakan Maya dengan Mommy nya.

“Bodoh sekali kamu, Erga!” umpat Erga merutuki dirinya sendiri.

Erga langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu menyusul Maya ke pantri, yang katanya akan menyusul Nungki di sana. Sesampainya di sana, Erga hanya melihat Nungki saja, dan beberapa karyawan lainnya. Entah di mana Maya, Erga tidak tahu. Erga menghampiri Nungki bermaksud untuk bertanya dengan Nungki soal Maya.

“Maya mana Nung?” tanya Erga.

“Idih kenapa tanya aku? Bukannya dari tadi sama Pak Erga?” jawab Nungki.

“Tadi katanya mau nyusulin kamu ke sini?” ucap Erga.

“Mungkin ke toilet dulu kali, Pak,” ucap Nungki.

“Ya, mungkin. Ya sudah aku cari ke sana!”

Erga langsung mencari Maya. Seketika Erga menghentikan langkahnya saat Erga melihat Maya sedang keluar dirangkul seorang pria, yang tak lain adalah Ehsan. Ehsan menemui Maya  karena ingin mengajak makan siang putrinya itu. Beruntung saat Maya sudah dalam keadaan tenang, ia berpapasan dengan ayahnya.

Erga membiarkan Maya bersama ayahnya, mungkin dia sedang menenangkan hatinya juga, karena kejadian tadi. Erga memilih kembali ke ruang kerjanya, dan merenungi kesalahannya.

**

Maya makan di restoran yang berada tidak jauh dari kantornya bersama ayahnya. Untung saja ada ayahnya, jadi Maya bisa mengulur waktu untuk kembali ke ruangannya karena malas bertemu dengan Erga.

“Kamu kelihatan lelah sekali, apa Tuan Erga memberi kamu pekerjaan sangat banyak?” tanya Ehsan.

“Enggak sih, Yah. Biasa kerjaannya. Ya memang hari ini agak sibuk, karena sudah dua hari kan aku gak berangkat ke kantor, Yah,” jawab Maya.

“Yakin begitu? Tuan Erga tidak macam-macam dengan kamu, kan?” tanya Ehsan.

“Enggak, Ayah ... Daddy baik kok,” jawab Maya meyakinkan Ayahnya, karena memang Erga baik padanya.

“Apa Tuan Erga suka denganmu?” tanya Ehsan.

Ehsan sebenarnya tidak tenang melihat kedekatan putrinya dengan Erga. Apalagi Erga adalah pria dewasa, dia juga tahu bagaimana Erga, yang mungkin hampir sama dengan dirinya, kalau hubungan intim adalah hal utama jika memiliki hubungan dengan perempuan. Ia takut anaknya akan memberikan apa yang seharusnya tidak ia berikan sebelum menikah.

“Kok Ayah tanya itu?”

“Karena Ayah lihat Daddy mu itu perhatiannya melebihi perhatian pada seorang anak, melainkan lebih kekasih hati mungkin?” jelas Ehsan.

Maya hanya diam, karena memang Erga sudah berstatus sebagai kekasihnya, namun sekarang dirinya sedang dilanda cemburu karena Erga menyamakan dirinya dengan Mommy nya. Salah sih cemburu dengan orang yang sudah meninggal, tapi tetap saja, hati perempuan mana yang tak sakit saat kekasih hatinya menyebut nama seorang wanita yang pernah singgah di hatinya?

“May, gak mau jujur sama Ayah?” desak Ehsan. “Ayah tahu, kita baru ketemu kemarin, jadi kamu masih belum leluasa cerita dengan ayah. Tapi, ayah ingin kalau kamu ada apa-apa, cerita sama ayah, ayah siap mendengarkan sebagai teman curhat kamu. Ayah hanya punya kamu, May. Jadi jangan jauh dari ayah,” pinta Ehsan.

“Makanya biar gak sendiri cari istri lagi, Yah? Apa aku carikan?” ucap Maya mengalihkan pembicaraan.

“Jangan bahas lain dulu, ayah sedang tanya kamu sama Tuan Erga, ada hubungan atau tidak, May? Kok malah mau cariin istri baru untuk Ayah? Lihat saja tanah kuburan Tante Marisa masih basah, May?” ucap Ehsan serius.

“Ya kan biar ayah gak sendiri, gak kesepian? Nanti kalau Maya menikah Ayah sama siapa? Sama Nungki sepertinya Ayah cocok? Nungki bar-bar, ayah kaku dan dingin?” ucap Maya dengan tertawa kecil.

“Kenapa Nungki? Dia masih muda sekali, mana cocok jadi istri ayah? Ngaco kamu ini?” ucap Ehsan.

“Ya kenapa kalau masih muda? Bukannya enak kalau dapat istri muda, Yah?”

“Seperti kamu dan Tuan Erga misalnya? Iya, begitu?”

“Ih ayah! Apaan sih, kok ke Daddy jadinya?” kesal Maya.

“Iya, kan? Jujur sama ayah, ayah gak akan marah, May,” ucap Ehsan.

Ehsan sudah janji pada dirinya sendiri, ia tidak akan lagi mengurusi masalah pribadi Maya, apalagi soal laki-laki pilihan Maya. Asal mereka dan keluarga besarnya bisa menerima Maya dengan baik. Ehsan lihat keluarga besar Erga sangat sayang kepada Maya, jadi iaa rela jika anaknya dipinang oleh ayah tirinya.

“Apa kamu masih ada perasaan sama Panggih?” tanya Ehsan.

“Sudah Yah, jangan bahas Panggih, aku sama dia sudah tidak ada hubungan apa-apa, sebelum Mommy menikah sama Daddy kita sudah putus,” jawab Maya.

“Syukurlah kalau kamu sudah tidak memiliki perasaan lagi sama Panggih. Panggih tadi minta ayah bujuk kamu, supaya kamu kembali lagi dengannya. Tapi, Ayah agak ragu dengan mamanya Panggih yang begitu, banyak aturan ini dan itu, maklum keturunan ningrat. Kalau Papanya Panggih gak sabar saja, mungkin mereka sudah pisah dari dulu, tapi karena Panggih mereka masih bersama, meski harus hidup di jalan sendiri-sendiri. Mamanya Panggih, masih mengabdi sekali pada Bundanya, jadi masih kental dengan adat dan aturan keluarga besarnya,” jelas Ehsan.

“Itu yang membuat Maya putus sama Panggih, makanya saat Daddy menjalin hubungan sama Mommy, lama sekali Maya menyetujuinya, takut keluarganya seperti keluarga Panggih, tapi ternyata tidak, mereka sangat baik sekali,” ucap Maya.

“Terus hubungan kamu dengan Tuan Erga?”

“Ayah jangan marah, ya? Maya jatuh cinta dengan Daddy, sejak dua bulan Mommy meninggal. Dan, sekarang Maya menjalin hubungan dengan Daddy, Yah,” jelas Maya.

“Kalau begini Ayah lega dengarnya. Ya sudah kamu sudah dewasa, kamu sudah bisa jaga diri kamu, Ayah hanya minta jika Daddy mu itu serius dengan kamu, temui Ayah secepatnya,” pinta Ehsan.

“Opa sama Paman Arga malah sudah melamar Maya untuk Daddy sejak sebelum Maya diculik Ayah itu, malamnya Daddy ingin menikahiku, tapi aku tolak, Yah. Dan baru semalam aku sama Daddy meresmikan kalau kita menjalin hubungan,” tutur Maya.

“Kenapa ditolak?” tanya Ehsan.

Maya diam sejenak, ia tahu akan sakit hati jika Daddy nya membahas soal Mommy nya, seperti tadi. Itu yang Maya takutkan kalau dia menjalin hubungan dengan Erga. Di samping itu, Maya juga merasa bersalah dengan mommy nya, seperti merebut milik Mommy nya jika Maya memiliki hubungan dengan Erga.

“Maya hanya ingat Mommy, merasa bersalah jika Maya menikah dengan ayah tiri Maya. Masa iya, Maya nikah sama bekas suami Mommy, Yah?” ucap Maya.

“Kamu dengan Daddy mu tidak ada hubungan darah, jadi sah-sah saja kamu menikah, Mommy sudah tidak ada, Daddy statusnya duda, jadi apa masalahnya?”

“Maya takut nanti Maya cemburu, kalau Daddy bahas Mommy, kalau Maya gak sebaik Mommy, seperti tadi Daddy nyamain aku sama Mommy, kan kesel, Yah!” ucapnya dengan penuh kekecewaan.

Ehsan mengusap kepala putrinya. Mewajarkan rasa cemburu Maya, apalagi Maya masih muda, jelas rasa cemburunya masih menggebu.

“Wajar kamu cemburu, tapi jangan sampai marah berkepanjangan, mungkin Daddy mu gak sengaja cerita soal Mommy? Sudah jangan ngambek, makannya dihabiskan, nanti malam Ayah ajak kamu jalan,” ucap Ehsan.

“Aku harus pulang malam, mau ada acara sama Daddy, menghadiri acara rekan bisnis Daddy, Yah,” ucap Maya.

“Ya sudah besok saja, lain waktu.”

“Ayah jalan sama Nungki saja sana. Kasihan dia kan jomlo?”

“Kamu itu ada-ada saja! Sudah jangan bahas itu!”

Namun hati Ehsan berdebar saat Maya menyebut nama Nungki, apalagi ingat dengan kejadian tadi pagi saat mengantarkan Nungki, dengan blak-blakan Nungki minta lowongan untuk jadi istrinya.