Dendam Sang Wonderboy

Peter meregangkan ototnya setelah bangun dari tidurnya. Dia tidur dengan nyenyak meski masih hanya beralaskan karpet usang tanpa selimut dan bantal. Dia mengarahkan pandangan ke sekeliling rumah, dan suasana rumah itu tampak sepi.

Di luar hari sudah terlihat sangat cerah, dan itu membuktikan bahwa Peter bangun terlalu lama, mungkin karena dirinya kelelahan.

Peter bukanlah orang lain yang tidak mengatahui seluk beluk rumah ini, jadi dia tidak perlu bertanya jika ingin pergi membersihkan diri ke kamar mandi. Meskipun empat tahun sudah berlalu, namun rumah ini masih sama seperti dulu. Mungkin dia masih bisa menemukan beberapa pakaiannya di sini jika Grace tidak membuangnya, karena ketika dia pergi meninggalkan rumah ini dulu, dia hanya membawa beberapa potong pakaiannya.

Peter melangkah pergi untuk membersihkan dirinya, namun selama itu juga Grace tidak terlihat. Keluar dari kamar mandi, Peter berjalan menuju meja kecil yang biasanya digunakan sebagai tempat untuk makan. Tanpa ragu Peter membuka beberapa mangkok yang tertutup dengan rapat. Akan tetapi, sebelum benar-benar membukanya, Peter menemukan sebuah kertas yang berisi sebuah tulisan.

"Jika kau menginginkan makanannya, kau boleh memakannya. Tetapi kau harus membayar harganya! Jangan lupa berikan juga kepada asistenmu! "

Peter mengenggam kertas itu dengan kuat setelah membacanya, bahkan dia meremukkan kertas tersebut hingga menjadi sebuah bulatan kecil.

Meski dalam keadaan marah, Peter tetap duduk di depan meja tersebut, lalu membuka mangkok yang sebelumnya ingin dia periksa.

Tidak ada yang bisa menghentikan Peter saat ini, karena dia benar-benar menikmati makanan yang sengaja disediakan oleh Grace meskipun dia harus membayarnya. Kemarahannya luluh hanya dengan melihat makanan yang telah disediakan oleh Grace.

Selesai menghabiskan makanan tersebut, Peter memanggil sang asisten dan menyuruhnya untuk sarapan lebih dulu. Pria muda yang menjadi asisten Peter itu sedikit ragu, namun Peter memaksanya karena dia tidak ingin sang asisten kelaparan nantinya. Apalagi dia tahu bahwa di daerah ini tidak ada makanan yang bisa dibeli ketika waktu pagi.

Peter dan sang asisten keluar dari rumah. Mereka ingin kembali melihat proyek yang sedang dikerjakan. Dari jarak yang sedikit jauh, Peter melihat Grace sedang berjalan sendiri menuju rumahnya, ternyata inilah alasannya kenapa sejak tadi Grace sama sekali tidak terlihat.

Grace melewati Peter tanpa menyapanya, dan itu membuat Peter menjadi murka.

"Aaaakk," teriak Grace karena tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang dari arah belakang.

Grace menatap Peter dengan marah, begitu pun dengan Peter. Mereka saling bertatapan dalam waktu beberapa detik. Sementara itu, di antara mereka ada sang asisten yang sedang kebingungan dengan adegan yang dia lihat di depannya.

"Kenapa kau menarikku?" tanya Grace sambil melepaskan tangannya dari genggaman Peter.

"Ingat, waktu cutimu hanya beberapa hari lagi," beritahu Peter.

Grace merasa Peter sedikit aneh, tidak diingatkan pun dia tahu kapan harus kembali.

"Tidak perlu mengingatkanku, aku bukanlah orang yang tidak bertanggungjawab sepertimu." Grace seakan menyindir Peter, dan mengingatkan mereka dengan kisah lalu yang membuat mereka menjadi seperti saat ini.

"Wanita yang terlalu banyak menuntut dan tidak sabar sepertimu tidak pantas untuk diperlakukan dengan baik, karena kau wanita yang tidak bisa menghargai orang lain," jawab Peter tidak ingin mengalah dan membalas perkataan Grace dengan kasar.

Grace tidak ingin memperpanjang perdebatan mereka dan memilih untuk masuk ke dalam rumah meninggalkan Peter dan sang asisten.

"Sial," umpat Peter sendiri. Hatinya merasa sangat panas melihat sikap yang ditunjukkan oleh Grace.

Sementara itu, Grace benar-benar tidak mempedulikan Peter lagi, dia berharap Peter tidak akan kembali ke rumah ini lagi. Alasan yang sejak semalam ingin dia tahu dari Peter telah dia dapat dari beberapa orang yang dia temui saat pergi keluar rumah pagi ini. Dia sempat melewati sebuah bangunan besar yang menjadi proyek dari perusahaan Peter. Dulunya di tempat itu ada beberapa rumah, tetapi sekarang telah berubah menjadi sebuah bangunan besar.

...****************...

Di sisi lain, Peter sedang menyelesaikan masalah proyek bangunan yang terhenti di bagian utara, karena tanahnya yang bermasalah. Setelah Peter datang untuk memastikan langsung ke lokasi tersebut, ternyata tidak membutuhkan waktu yang lama, dan permasalahannya telah selesai.

Di waktu siang Peter berkeliling bersama sang asisten untuk melihat daerah tersebut, karena Peter ingin menjumpai beberapa teman lamanya. Dari pertemuan-pertemuan itu, Peter mendapatkan sebuah cerita masa lalu tentang Grace yang dulu pernah disalahkan atas kematiannya, bahkan Peter mengetahui bahwa alasan Grace ada di ibukota. Yaitu Grace tidak bisa mendapatkan pekerjaan di daerah ini lagi karena semua orang mengabaikan dan menjauhinya.

Banyak orang yang memuji Peter karena kesuksesannya, bahkan mereka ikut dendam dan seakan merasa puas ketika melihat perbedaan antara kehidupan dia dan Grace saat ini.

"Apa kita kembali ke rumah itu lagi?" tanya sang asisten ketika mereka baru saja pergi meninggalkan sebuah rumah teman lama Peter.

"Tidak, kita akan kembali ke ibukota!" beritahu Peter.

Dalam perjalanan mereka, Peter memasang rokoknya, dan menikmati rokok tersebut selama mereka belum tiba di ibukota. Sang asisten tidak bisa melarangnya, meskipun dia merasa yang dilakukan oleh Peter saat ini adalah sesuatu yang tidak baik untuk kesehatannya.