My Arumi

" A... Apa maksud kamu ? " tanya Alea tak percaya dengan perkataan yang baru saja dilemparkan oleh Malik.

" Kamu yang harus pergi, bukan Arumi ! " tegas Malik lagi.

Malik menggenggam tangan Arumi dengan erat sambil menatap Alea dengan tajam.

" Malik, sayang... Jangan main-main. Ucapanmu itu tidak benar kan ? " tanya Alea mempertanyakan kembali ucapan Malik.

" Sayangnya aku serius. Aku sudah memilih Arumi sebagai pasanganku dan aku sudah memutuskan untuk menceraikanmu " jawab Malik dengan yakin.

Alea mundur, kepalanya menggeleng. Ia tak terima dengan keputusan Malik.

" Tidak ! Kamu tidak bisa menceraikanku, Malik. Aku lebih dulu menjadi istrimu dan jangan lupa kalau aku adalah ibu kandung dari anakmu. Kamu tidak bisa melakukan ini kepadaku " pekik Alea tak terima.

" Ini sudah keputusanku, Alea. Kita berdua terikat dalam hubungan yang tidak sehat. Bahkan meskipun kamu sudah mengandung dan melahirkan Attar, tetap saja aku tidak bisa mencintaimu. Seberapa besarnya aku berusaha, tapi tetap aku tidak bisa " jelas Malik.

Malik melepaskan pegangan tangannya dari Arumi. Ia berjalan mendekati Alea yang bersandar pada pinggiran meja kerjanya.

" Kita sudahi baik-baik hubungan ini, Alea. Aku tahu kau sendiri juga tersiksa " ucap Malik melembutkan suaranya. Tangan Malik terulur mengusap punggung Alea.

Malik sadar hubungan diantara mereka hanya memberikan luka baginya dan juga Alea.

" Tidak... Tidak... Malik... Kita masih punya kesempatan memperbaiki semuanya. Kita hanya perlu saling membuka hati, aku yakin cinta itu akan segera datang kepada kita " lirih Alea sambil menatap Malik dengan penuh harap. Tangannya meraih tangan Malik.

" Tidak Alea... Aku sudah mencobanya selama ini, tapi perasaan tidak bisa dipaksakan " sahut Malik menepis pegangan Alea. Malik berharap Alea akan mengerti.

Arumi membeku melihat interaksi keduanya. Sebagai seorang wanita, tentu Arumi bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Alea. Arumi bahkan bisa melihat cinta di mata Alea.

" Semua karena wanita itu kan ? Kamu berpaling karena dia menggoda kamu. Iya kan ! " tuduh Alea menunjuk Arumi.

Tatapannya terlihat penuh amarah melihat Arumi.

Tanpa diduga, Alea bergerak mendekati Arumi dan langsung menyerang Arumi.

Plak

Arumi harus menahan sakit akibat tamparan Alea di pipi sebelah kanannya.

" Dasar kau perempuan j*lang. Pelakor ! Penampilanmu tertutup tapi hatimu itu kotor. Dasar perempuan licik, dasar srigala berbulu domba. Kamu bisa menipu Malik, tapi aku tidak akan tertipu... " pekik Alea sambil menarik hijab yang menutup kepala Arumi.

Plaak

" Cukup Alea ! Berhenti menyakiti istriku ! " teriak Malik balas menampar Alea.

Ia menarik tangan Alea dan mendorongnya hingga wanita itu terjatuh di sofa.

Malik segera merangkul Arumi yang terlihat begitu kaget mendapat perlakuan dari Alea.

Omar kemudian datang karena mendengar keributan dari ruangan Malik.

" Omar ! Kau bawa Alea pulang sekarang. Jangan biarkan ia pergi dari mansion sebelum aku datang " perintah Malik kepada Omar.

" Baik, Tuan " jawab Omar.

Omar lalu membawa paksa Alea tak peduli meskipun wanita itu menolak.

" Lepas ! Lepaskan aku ! " sentak Alea terus berontak saat Omar menarik paksa tangannya.

" Sebaiknya anda menuruti permintaan Tuan Malik, Nyonya " ucap Omar terdengar dingin. Omar melepaskan tangan Alea saat mereka telah masuk ke dalam lift.

" Kalian pasti sudah bersekongkol untuk menyingkirkanku. Dengar, aku tidak akan membiarkan rencana kalian berhasil " pekik Alea lagi dengan dada yang naik turun. Amarahnya masih belum reda.

Omar tersenyum miring.

" Sebaiknya anda bersikap baik, Nyonya. Tuan Malik selama ini sudah banyak memberikan kelonggaran untuk anda tapi anda hanya memikirkan diri anda sendiri. Saran saya, sebaiknya anda tidak berbuat hal yang akan membuat rugi diri anda sendiri. Tuan Malik sudah memegang kartu as anda " sahut Omar dengan tenangnya.

Deg !

Alea tersentak mendengar ucapan Omar.

Tidaak... Apa Malik sudah mengetahui hubunganku dengan Stevan ?

Tiba-tiba wajah Alea memias. Ia khawatir semua perbuatannya diketahui oleh Malik.

Omar menyeringai melihat perubahan sikap Alea.

Sungguh anda memang tidak pantas mendampingi Tuan Malik. Anda sudah mengkhianati kepercayaannya tapi merasa tidak bersalah sama sekali

Alea berjalan mengikuti Omar tanpa penolakan lagi. Bahkan selama perjalanan dari kantor menuju mansion, pikirannya terus berkelana.

Tenang Alea... ! Malik tidak tahu skandal antara dirimu dan Stevan.

Iya, aku yakin Malik tidak tahu hal itu

Alea mencoba menenangkan dirinya sendiri kendati gurat cemas begitu kentara dari wajahnya.

Sementara itu, Malik menenangkan Arumi yang nampak sangat terpukul. Mereka kini berada di dalam mobil, dengan tujuan menuju apartemen.

Ya Allah... Apa iya aku ini perempuan jahat ? Pelakor ? J*lang ?

Astaghfirulloh... Ampuni hamba yang sudah menyakiti perasaan perempuan lain Ya Allah...

" Sayang... Kamu baik-baik aja ? " tanya Malik sambil meraih tangan Arumi yang sejak tadi hanya diam dengan tatapan kosong.

Karena Arumi tak merespon pertanyaannya, Malik menepikan mobilnya. Ia kemudian meraih tangan sang istri lalu mengusap bahu Arumi.

" Sayang... Rumi... " panggil Malik lagi.

" I, iya Mas ? "

" Kamu kenapa ? Dari tadi Mas lihat kamu ngelamun " ucap Malik khawatir.

" Aku gak apa-apa Mas " jawab Arumi singkat.

Malik mengangkat wajah Arumi yang tertunduk. Ia membingkai wajah cantik sang istri yang terllihat lesu.

" Mas tahu kamu bohong. Ada apa ? Kamu terganggu dengan kedatangan Alea tadi ? " tebak Malik yang merasakan perubahan sikap Arumi setelah bertemu dengan Alea.

Arumi mengalihkan pandangannya dari Malik. Ia tak ingin Malik tahu kegundahan hatinya.

" Ucapan Alea tadi jangan kamu ambil hati. Dia tidak tahu yang sebenarnya " sebut Malik.

Arumi berusaha menahan agar air mata tak jatuh dengan cara meraup udara sebanyak-banyaknya. Bahkan ia sampai harus menatap langit-langit mobil agar air matanya tak meluncur.

Sayangnya semakin ia tahan, semakin banyak air mata menggenang di pelupuk matanya.

" Sayang... "

Malik meraih tubuh Arumi lalu membawanya ke dalam dekapannya. Dan akhirnya air mata pun akhirnya tumpah karena Arumi tak lagi bisa menahannya.

" Mba Alea benar... Aku ini perempuan j*lang Mas. Aku sudah merebut Mas Malik dari Mba Alea. Aku... Aku... "

Arumi tak lagi sanggup melanjutkan ucapannya karena air matanya tumpah ruah membasahi jas Malik.

" Tidak... Itu tidak benar sayang. Kamu adalah wanita terhormat. Semua ucapan Alea itu tidak berdasar " ucap Malik menenangkan Arumi.

" Tapi aku sudah merusak rumah tangga kalian. Aku sudah jadi orang ketiga dalam pernikahan Mas Malik dan Mba Alea. Aku salah, Mas " tukas Arumi.

" Rumah tangga kami sudah rusak sebelum aku mengenalmu. Jangan menyalahkan dirimu hanya karena ucapan Alea tadi. Tolong... Tenangkan dirimu sayang, kasihan anak kita dia pasti ikut sedih kalau kamu sedih " Malik mengingatkan Arumi sambil mengusap perut Arumi.

" Tapi, Mas... "

" Tolong sayang... Mas mohon demi anak kita jangan kamu telan semua ucapan Alea tadi karena itu semua tidak benar. Tolong camkan, hubungan kami seharusnya sudah berakhir jauh sebelum aku bertemu denganmu. Lagi pula kamu tidak pernah jadi pelakor. Aku yang menginginkan kamu, memaksamu untuk menjadi istriku. Jadi, Mas mohon jangan lagi merasa bersalah kepada Alea. Dia tidak pantas untuk kamu kasihani karena dia sendiri sudah mengkhianati pernikahan kami " jelas Malik.