Annisa Dwi Az Zahra gadis periang berusia 20 tahun yang memutuskan ingin menikah muda dengan lelaki pujaannya yang bernama Rian Abdul Wahab, namun kenyataan pahit harus diterima ketika sebuah tragedi menimpanya.
Akankah Nisa bertemu bahagia setelah masa depan dan impiannya hancur karena tragedi yang menimpanya?
"Kini aku sadar setelah kepergianmu aku merasa kehilangan, hatiku hampa dan selalu merindukan keberadaanmu, aku telah jatuh cinta tanpa kusadari" Fahri
"Kamu laki-laki baik, demi kebaikan kita semua tolong lepaskan aku, karena bertahan pun bukan bahagia dan pahala yang kita dapat melainkan Dosa" Nisa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Setelah Rian pergi ke dapur Bu Widya senyum sendiri kemudian mengusap muka dengan kedua telapak tangannya meng Aamiinkan Do'a yang Ia panjatkan dalam hati, berharap rencananya membuahkan hasil.
Karena beberapa hari belakangan Ia melihat Rian sang anak berubah jadi lebih banyak senyum-senyum sendiri disaat memainkan handphonenya dan pernah suatu malam Ia hendak mengambil barang yang berada dilantai dua rumahnya yang bersebelahan dengan kamar Rian. Ketika melewati kamar sang anak yang pintunya tidak tertutup rapat Ia tidak sengaja mendengar percakapan anaknya yang sedang bertelepon ria memanggil nama bu guru dengan sangat manis. Dari awal Ia memang sudah curiga anaknya jatuh cinta namun belum ada petunjuk pada siapa putra kesayangannya menjatuhkan hati, hanya berdoa dan berdoa yang selalu Ia panjatkan supaya dugaanya benar, pada siapapun anaknya melabuhkan hati Ia akan menerimanya dengan suka cita, tapi semenjak mendengar panggilan bu guru malam itu hatinya membuncah bahagia. Karena andaikan benar yang dipanggil Rian ditelepon waktu itu adalah Nisa kesayangannya maka akan menjadi kebahagiaan tersendiri dalam melewati pergantian angka usianya ditahun ini yang akan jatuh pada hari Minggu yang tinggal dua hari lagi.
Karakter Nisa yang sederhana dan polos telah membuat Bu Widya jatuh cinta, berpuluh rencana telah Ia susun demi mendukung pendekatan putranya, mengingat usia Rian yang sudah cukup untuk berumah tangga.
"Bu Ri pamit ke kamar. Masih ada sedikit pekerjaan yang belum selesai tadi di kantor." Rian pamit pada ibunya hingga mengagetkan sang ibu karena sedang asyik sendiri menyusun rencana dalam benaknya hingga terkadang keningnya mengkerut menambah garis halus yang sudah kentara ada beberapa garis menandakan usianya yang sudah tidak lagi muda.
Bu Widya melihat ke arah Rian sambil menganggukan kepalanya, Ia pun berdiri sambil membawa piring dan sisa sayur ke dapur, Ia berpapasan dengan bik Sarni ART nya yang hendak merapikan meja makan.
"Bik darimana? kan sudah saya bilang kalau waktunya saya makan jangan kemana-mana biar kita makan bareng." Tegur Bu Widya pada bik Sarni sang ART.
"Aduh Bu maaf. Tadi saya sudah makan duluan dibelakang habis Maghrib pas ibu masih mengaji, mau bilang takut mengganggu akhirnya saya makan duluan karena tidak kuat lapar."
"Oh syukurlah yasudah tidak apa-apa makan saja kalau sudah lapar jangan sungkan, lauk sama sayur masaknya tidak usah dipisah atau dibedakan dengan yang saya makan, harus disamain." Pesan Bu Widya pada bik Sarni yang dibalas anggukan bik Sarni.
Alhamdulillah Ya Allah dapat majikan super baik, beruntung sekali dapat majikan seperti Bu Widya dan Mas Rian, apalagi nanti perempuan yang akan jadi menantunya sungguh sangat beruntung.
Bik Sarni berucap syukur dalam hati karena dipertemukan dan dipasangkan dengan majikan yang Shaleha.
🍁🍁🍁
Nisa berguling ke kanan dan ke kiri setelah bertukar pesan dengan Rian selama setengah jam dan diakhiri dengan warning supaya tidurnya jangan larut kemudian ucapan selamat tidur yang begitu manis dibubuhi emot 😊🥰
Sungguh membuatnya berbunga-bunga.
Perhatian dan ucapan Rian sudah seperti candu untuknya. Setiap malam selalu bertukar pesan dan entah kenapa seolah menjadi penyemangat dan pengantar tidur agar lebih lelap.
Namun malam ini tidak seperti biasanya, yang minimal mereka bertukar chat beberapa menit kemudian mengobrol lewat telepon sampai jam 9 malam, malam ini Rian tidak nelepon dikarenakan ada pekerjaan kantor yang belum selesai, akhirnya mereka menyudahi walau sama-sama masih saling menginginkan untuk bertukar cerita.
Drrtt drrttt
Bu Wid Calling.....
[Assalamu'alaikum ya bu. Selamat malam]
Bu Wid : [Waalaikumsalam. Selamat malam juga sayang, gimana kabarnya? apa ibu ganggu?]
[Alhamdulillah baik, ibu gimana? enggak bu gak ganggu lagi santai ini]
Bu Wid : [Alhamdulillah ibu juga sangat baik, begini ibu malam-malam nelepon mau minta tolong boleh?]
[Boleh banget bu, selama Nisa mampu Insya Allah akan selalu ada untuk ibu. Kalau boleh tau ibu mau minta tolong apa?]
Bu Wid : [Begini nak, nanti hari minggu Alhamdulillah ibu ada pesanan kue dan lumayan agak banyak buat acara ulang tahun teman, dan di rumah cuma ada satu orang yang bantuin.
Apa Nisa bisa bantuin ibu?]
[Bisa bu. Bisa banget Insya Allah Nisa bantuin ibu dengan senang hati sekalian belajar biar pintar seperti ibu]
Bu Wid : [Alhamdulillah terimakasih banyak sayang. Nanti tidak usah naik motor biar Rian yang jemput sekalian belanja dulu soalnya ada bahan-bahan yang masih kurang, nanti list belanjanya ibu titipkan ke Rian ya]
[Iya bu]
Nisa menganggukkan kepala seolah-olah bu Widya ada didepannya.
Bu Wid : [ Yasudah, Ibu akhiri dulu ya, sudah malam tidak baik tidurnya malam-malam apalagi besok masih ngajar, terimakasih banyak sayang selamat rehat ♥️ Assalamu'alaikum]
[Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Selamat rehat juga bu] Nisa menjawab salam bu Widya dengan hati yang berbunga-bunga, Membayangkan hari minggu yang akan di jemput sang pujaan.
Pujaan? Beo Nisa dalam hati
Kenapa aku membayangkan sejauh itu, Astaghfirullah.
Bagaimana kalau om Rian hanya menganggapku adik, huft.
Nisa segera menyadarkan diri lagi dari khayalannya.
🍁🍁🍁
Detik berganti menit, menanti jam berlalu berganti hari siang pun berganti malam menyambut cerahnya mentari pagi esok hari. Dua hari berlalu begitu saja, tanpa terasa hari yang dinanti-nanti telah tiba. Setelah mendapat ijin dari sang Ibu dua hari yang lalu sesaat setelah menerima telepon dari bu Widya Nisa sudah mempersiapkan baju yang akan dipakainya ke rumah bu Widya.
Jam 6 pagi dikamar Nisa sudah siap dengan outfit santainya namun terlihat stylish, Sebentar lagi Ia akan turun kebawah karena mendapat kabar kalau Rian sudah berangkat dari rumahnya jam 6 kurang karena mengajaknya mencari sarapan diluar terlebih dahulu sekalian menikmati udara pagi.
"Yes kamar sudah rapi, materi buat ngajar besok pun sudah ku pelajari, next tinggal nunggu jemputan"
Dengan riang Nisa berbicara sendiri sambil bolak balik melihat cermin untuk menilik penampilannya dari atas sampai bawah. Tidak terhitung entah sudah berapa kali Ia mengganti pasmina dan pakaian bawahannya, baju yang telah Ia siapkan dari dua hari yang lalu tidak terpakai karena menurutnya tidak cocok. Padahal Ia dapat kabar dari Rian cuma mau nyari sarapan dipinggir jalan tapi rasanya seperti mau dinner bareng kekasih, ada rasa tegang campur aduk.
"Adek ayo cepat turun sarapan dulu, nanti keburu datang jemputan." Panggilan sang ibu dari luar pintu kamar mengagetkan Nisa yang sedang memperagakan percakapannya dengan Rian nanti.
"Iya Bu bentar. Ini lagi pake kerudung dulu." Nisa meng iyakan panggilan ibunya sambil kembali merapikan pashminanya. Setelah berulang kali bercermin dan akhirnya memastikan penampilannya rapi Nisa keluar dari kamar sambil membawa Sling bagnya menuruni anak tangga satu persatu. Getaran hp sekali menandakan ada notif pesan masuk, Ia segera membukanya.
Setelah mengirimkan balasan Nisa bergegas menuju meja makan untuk pamit pada kedua orangtuanya, sedangkan Arman sang kakak masih belum pulang dari joging nya.
"Yah, Bu Nisa berangkat dulu ya" Kemudian Nisa mencium tangan ayah dan ibunya secara bergantian.
"Kenapa gak sarapan dulu?" Tegur sang ayah.
"Mau sarapan diluar, Yah. Katanya ada tukang nasi uduk baru, mau nyobain enak katanya rame banget." Jujur Nisa pada sang ayah.
"Ya sudah Adek beneran berangkat ya yah, Bu Assalamu'alaikum." Nisa melambaikan tangan pada ayah dan ibunya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" Pak Ahmad dan bu Ratna serempak menjawab salam anaknya.
Sesampainya diluar, pandangan Nisa langsung bersirobok dengan laki-laki yang memakai celana jeans biru dan kaos putih yang ngepas dibadan memperlihatkan bentuk tubuhnya yang tinggi tegap nyaris sempurna, Sedang bersandar pada pintu mobil sambil menatapnya lekat. Sesaat pandangan mereka saling mengunci namun Nisa langsung mengalihkan pandangannya karena demi apapun jantungnya sungguh tidak kuat seperti mau lepas dari tempatnya apabila berlama-lama ditatap om kesayangannya Adit itu.
"Ayo. Jadi berangkat gak?" Suara Rian menyadarkan Nisa untuk kembali berpijak, Yang sesaat sempat melayang karena melihat senyuman yang sangat langka. Ternyata bisa mengalihkan dunia.
"I iya om jadi. Ayo" Nisa langsung menghampiri Rian yang sedang membukakan pintu mobil untuknya sambil mengulum senyum, kemudian mempersilahkan Nisa masuk, setelah memastikan penumpangnya sudah duduk nyaman, Rian kembali menutup pintu mobilnya kemudian Ia pun memutar badan kembali masuk kedalam mobil dan duduk disebelah Nisa dengan tangan sudah siap memegang setir. Rian kembali menoleh pada Nisa sambil tersenyum simpul.
"Tidak usah tegang, kita mau sarapan bukan mau ke KUA"
Rian menggoda Nisa dengan candaan karena Ia melihat raut muka Nisa yang tegang. Seketika Nisa langsung memalingkan wajahnya kesamping.
"Apaan sih om, Siapa yang tegang?"
Ya Allah kenapa om Rian hari ini gantengnya jadi berlipat ganda, apalagi sedang menyetir, mungkin karena aku terbiasa melihatnya naik motor, ups. Refleks Nisa menutup mulutnya padahal sama sekali tidak ada yang mendengar pertanyaannya karena Ia hanya melontarkannya dalam hati.
🍁🍁🍁
Jatuh cinta.... Memang bisa membuat siapapun yang mengalaminya menjadi tidak karuan, juga tidak mengenal usia dan status, orang pintar bisa menjadi bod*h begitupun sebaliknya, maka siapapun yang sedang jatuh cinta berhati-hatilah. 🤭
jagain fahri atuhhh
masih membanggongkan ceritanya😯