🏆🏅 Juara Harapan Baru YAAW Season 10🥳
Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏
Hafsa tidak menyangka bahwa pernikahannya dengan Gus Sahil akan menjadi bencana.
Pada malam pertama, saat semua pengantin seharusnya bahagia karena bisa berdua dengan orang tercinta, Hafsa malah mendapatkan kenyataan pahit bahwa hati Sahil tidak untuknya.
Hafsa berusaha menjadi istri yang paling baik, tapi Sahil justru berniat menghadirkan wanita lain dalam bahtera rumah tangga mereka.
Bagaimana nasib pernikahan tanpa cinta mereka? Akankah Hafsa akan menyerah, atau terus berjuang untuk mendapatkan cinta dari suaminya?
Ikuti terus cerita ini untuk tahu bagaimana perjuangan Hafsa mencairkan hati beku Gus Sahil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Berbahagialah Ning
Gus Sahil tampak khusyuk melihat layar handphonenya. Dia terlihat cukup serius membuka satu persatu halaman di laman pencarian, kemudian mencatatnya di sebuah buku catatan kecil.
"Sepuluh cara menyenangkan istri," Abah Baharuddin mengintip dari belakang, membaca keras-keras tulisan pada kertas itu.
"Astaghfirullah!" Gus Sahil terkaget-kaget. Buru-buru menyembunyikan bukunya.
"Lagi ngapain sih Hil?" Abah Baharuddin terkekeh. "Sibuk banget kayanya,"
"Cuma, nyari-nyari sesuatu Bah," Gus Sahil menjawab malu-malu.
"Cara menyenangkan istri?" Ledek Abah Baharuddin.
"Abah!" Gus Sahil tampak melihat ke sekelilingnya, suara Hafsa dan Umi Zahra terdengar mengobrol di dapur membuatnya menghembuskan nafas lega.
"Jangan keras-keras ngomongnya Bah, Sahil malu!" Gus Sahil berbisik.
"Oh.." Abah Baharuddin mengangguk-anggukkan kepala. "Jadi sudah dapat apa belum?" Abah Baharuddin bertanya sembari ikut berbisik.
"Baru ini si Bah," Gus Sahil mengeluarkan bukunya. Menunjukkan list yang sudah ia tulis.
Abah Baharuddin membaca tulisan Gus Sahil dengan seksama.
..."Sepuluh cara membuat istri senang:...
...1. Komunikasi yang baik: Dengarkan dengan penuh perhatian ketika istri berbicara, dan berbicaralah dengan sopan dan terbuka. Jangan lupa untuk memperhatikan perasaan dan keinginan istri Anda....
...2. Berikan perhatian khusus: Sediakan waktu untuk berkualitas bersama istri Anda, berbicaralah tentang kehidupan sehari-hari, minat, dan keinginan. Tunjukkan bahwa Anda peduli dan ingin tahu tentang apa yang terjadi dalam hidupnya....
...3. Berikan pujian: Hargai dan puji istri Anda untuk segala hal baik yang dia lakukan. Pengakuan dan apresiasi dapat meningkatkan rasa percaya dirinya dan membuatnya merasa dihargai....
...4. Bantu dalam pekerjaan rumah tangga: Ambil bagian aktif dalam pekerjaan rumah tangga. Bantu istri Anda dengan membersihkan, memasak, mencuci piring, atau tugas-tugas lain yang biasanya dia tangani. Ini menunjukkan bahwa Anda bekerja sama dan menghargai usahanya....
...5. Berikan kejutan: Sesekali, buatlah kejutan untuk istri Anda. Bisa berupa hadiah kecil, makan malam romantis, atau rencana liburan tak terduga. Kejutan semacam ini dapat membuat istri Anda merasa istimewa dan dihargai....
...6. Jaga keseimbangan dalam kehidupan: Bantu istri Anda mencapai keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan kehidupan pribadi. Dukung dan dorong dia untuk mengejar hobi dan minatnya sendiri, serta sediakan waktu berkualitas bersama keluarga....
...7. Perhatikan detail: Menunjukkan perhatian terhadap detail-detail kecil dalam kehidupan istri Anda dapat membuatnya merasa dicintai dan diperhatikan. Ingat tanggal penting, perhatikan preferensi pribadinya, dan luangkan waktu untuk membuat momen-momen spesial....
...8. Jadilah pendengar yang baik: Berikan kesempatan bagi istri Anda untuk berbicara tentang perasaan, kekhawatiran, dan impian-impian yang dimilikinya. Dengarkan dengan penuh perhatian, tanpa menghakimi atau mencoba memberikan solusi jika dia hanya ingin berbagi pengalaman....
...9. Hormati pendapatnya: Berikan penghargaan kepada istri Anda dengan menghormati pendapat dan pandangannya. Ajak dia untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan penting dan hormati perspektifnya....
...10. Perhatikan kebutuhan romantis: Ingatlah bahwa hubungan intim dan romantis adalah aspek penting dalam pernikahan. Usahakan untuk memahami dan memenuhi kebutuhan dan keinginan istri Anda dalam hal ini. Bersikaplah lembut, perhatian, dan penuh kasih sayang."...
"Bagaimana Bah?" Gus Sahil bertanya dengan sorot mata berbinar. "Ada yang perlu ditambah?"
"Hmm.." Abah Baharuddin tampak berpikir keras. "Ini sih sudah banyak sekali Hil. Tapi memang kamu yakin, bisa melakukan semuanya?"
Gus Sahil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sahil akan berusaha Bah. Tapi Sahil nggak tahu, apa Hafsa akan suka dengan usaha Sahil."
Abah Baharuddin tersenyum, menepuk-nepuk punggung putranya. "Jangan khawatir Hil. Ketulusan dan usaha yang kamu lakukan pasti akan terlihat dan dirasakan oleh Hafsa. Yang penting adalah kamu berusaha dengan sungguh-sungguh dan memberikan yang terbaik untuk istrimu. Kalau kamu melakukannya dengan sungguh-sungguh, Abah yakin Hafsa pasti senang."
Gus Sahil tersenyum, merasa semangat. "Terimakasih atas nasehatnya Bah,"
"Abah bangga sama kamu," Abah Baharuddin berkata sungguh-sungguh. "Kamu benar-benar punya niat untuk memperbaiki kesalahanmu,"
Perkataan Abah Baharuddin membuat Gus Sahil tersenyum kecut. Entahlah, dia sendiri merasa apa yang ia lakukan tidak tulus. Karena Hafsa sendirilah yang lebih dulu memintanya untuk melakukan itu.
...----------------...
Hafsa mendorong kursi roda Umi Zahra berjalan-jalan ke asrama. Mengawasi santri-santri yang masih mengikuti kegiatan bersama anggota PPI. Selain meningkatkan skill, anggota PPI juga akan mengadakan lomba sesuai dengan apa yang sudah mereka pelajari. Ada beberapa hadiah menarik yang akan dibagikan setelah kegiatan pembelajaran berakhir.
Gus Ihsan yang sebelumnya masih sibuk membantu para anggota PPI segera berlari menghampiri saat melihat mereka berdua.
"Assalamu'alaikum Umi," Gus Ihsan menyalami Umi Zahra, mencium tangan. "Maaf Ihsan tidak ikut menjemput Umi kemarin. Ada kegiatan di Pesantren lain,"
"Tidak apa-apa Gus," Umi Zahra mengusap-usap kepala Gus Ihsan. "Umi tahu kamu sibuk."
Hafsa melihat Gus Ihsan dengan tatapan canggung. Aduh, bagaimana ini? Perkataan Gus Ihsan saat di Bahrul Ulum kembali terngiang-ngiang di kepalanya.
"Biar saya saja yang dorong Ning," Gus Ihsan menawarkan diri. Hafsa mempersilahkan dengan mundur teratur.
Gus Ihsan kemudian dengan semangat membawa mereka berkeliling. Menjelaskan dengan detail apa saja hasil dari program yang telah mereka buat. Hasilnya sangat memuaskan. Padahal baru hari ke 20, tapi kemampuan para santri sudah berkembang pesat.
"Setelah ini, kita akan mulai mengajarkan cara memanajemen keuangan," Gus Ihsan menjelaskan.
Hafsa mengangguk-anggukkan kepala mengerti. Gus Ihsan memang cukup handal mengelola organisasi seperti ini.
Umi Zahra kemudian ikut membantu para santri yang sedang kursus menjahit. Memberi saran bagaimana cara menjahit dengan lebih rapi, dan beberapa teknik lain yang bermanfaat. Umi Zahra memang dulu bekerja sebagai seorang penjahit sejak masih gadis, dan berhasil membuka sebuah rumah jahit yang lumayan besar. Namun karena Umi Zahra menikah dan diboyong oleh Abah Baharuddin, rumah jahit itu pun diserahkan pengelolaannya kepada adik kandungnya.
Hafsa dan Gus Ihsan menunggu dari jarak yang agak jauh, karena memang tempatnya lumayan sempit jika mereka masuk. Keheningan panjang segera membungkus keduanya, mereka hanya saling terdiam untuk waktu yang lama.
"Njenengan kembali Ning," ucap Gus Ihsan beberapa saat kemudian, tatapannya masih lurus memandang Umi Zahra.
"Njeh Gus," Tanpa menolehkan muka, Hafsa menjawab lirih.
"Kalau begitu, tawaran saya waktu itu—"
"Maaf Gus," sahut Hafsa cepat. "Saya memilih untuk memperbaiki hubungan yang ada, ketimbang harus memulai hubungan baru dengan orang lain."
Gus Ihsan tertawa miris. "Apa itu berarti saya harus menyerah sekarang?"
Hafsa menundukkan kepala. "Saya harap njenengan menemukan wanita yang lebih baik dari saya,"
"Entahlah," Gus Ihsan menghembuskan napas berat. "Sepertinya sulit,"
Hafsa menggigit bibirnya, "Gus, saya—"
"Tapi saya akan berusaha menemukannya," Gus Ihsan menatap Hafsa, tersenyum lebar. "Maka berbahagialah Ning, supaya saya tidak menyesal karena melepaskan njenengan."
jd inget ya kita punya budaya.
jangan sampe budaya luhur warisan tergerus oleh budaya luar!
kita Muslim terapkan budaya dan doa!
jangan ikuti baby shower lah inilah itulah.
krna bayi Muslim itu sejak dlm kandungan di doakan terus!
Makasih tor, teruslah berkarya..