Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembukaan toko obat
...~Ibu kota Yinuo~...
Di salah satu ruangan penginapan dengan penjagaan sangat ketat. Di dalam kamar pemuda dengan jubah coklat keemasan duduk santai menikmati waktunya. "Mereka kira penjagaan seperti ini bisa menghalangi niat ku." Mengambil kue berbentuk daun maple yang ada di atas meja. "Em... kue ini cukup enak. Jika di tambah rumput herbal tentu saja akan lebih memiliki kasiat menyembuhkan." Remah roti memenuhi mulutnya. "Hih... Di dalam ruangan ini sangat membosankan. Kakak perempuan pasti sudah pergi meninggalkan ibu kota. Orang-orang menyebalkan itu selalu saja mengetahui keberadaan ku." Menyandarkan tubuhnya pada pembatas kursi.
Wakil Heng Liang masuk membawa nampan berisi empat lauk berbeda dengan mangkuk berisi nasi putih yang masih panas. "Taun muda, saya sudah menyiapkan jalur kepulangan anda. Besok pagi kita dapat berangkat." Meletakkan nampan di atas meja. Dia menyiapkan setiap lauk di atas meja dengan teratur. Setelahnya Wakil Heng Liang duduk di kursi berhadapan dengan Lei Guangyi. "Tuan muda, panglima saat ini berada di negara musuh dengan identitas yang sangat sensitif. Jika ada sedikit saja perubahan dalam pengaturan yang dia berikan. Kita tentu tidak bisa menanggung akibatnya."
"Pengaturan? Menjadi selir dari seorang pangeran? Status kakak sangat mulia. Dia seorang tuan putri pertama dari negara paling di takuti di seluruh penjuru dunia. Seorang panglima perang yang memiliki jutaan pasukan di seluruh kekaisaran Yun. Sekarang? Dia justru harus menjadi seorang selir yang selalu di anggap rendah. Tidak..."
Brrakkk...
Menggebrak meja. "Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja."
"Tuan muda, kita benar-benar tidak bisa membuat kesalahan lagi." Wakil Heng Liang berusaha meyakinkan pemuda yang sudah tidak mau berkompromi lagi.
Emosi Lei Guangyi perlahan setabil. Dia duduk dengan tenang menikmati makan malamnya. "Baik. Tapi aku ingin tetap berada di ibu kota ini. Masuk ke istana dengan cara ku sendiri. Jika kalian masih mencegah. Aku bisa menggunakan semua cara agar bisa tetap berada di negara ini." Menatap kearah pria di depannya yang terlihat mengerutkan keningnya.
Setelah diam beberapa saat Wakil Heng Liang berkata, "Baik. Aku akan menyiapkan identitas baru. Sebelum itu anda tidak bisa keluar dari ruangan ini."
"Setuju."
Kesepakatan di buat dengan cukup cepat tanpa adanya perlawanan dari kedua belah pihak.
Keesokan paginya, Wakil Heng Liang membawa surat identitas yang di maksudkan. "Tuan muda." Memberikan surat di tangannya.
Pemuda itu melihat setiap detail yang ada di dalam surat identitas palsu. "Tuan muda kaya dari negara Menghua. Sepertinya tidak terlalu buruk," ujar Lei Guangyi cukup senang. "Rumah? Belikan aku rumah besar di Ibu Kota. Kediaman yang cukup dekat dengan tempat tinggal Pangeran kesembilan. Aku tidak ingin kakak di rugikan. Beli juga toko obat dengan halaman luas."
"Baik." Wakil Heng Liang bergegas pergi kembali menyiapkan semua keperluan yang di butuhkan Lei Guangyi.
Di hari itu juga setelah mendapatkan kediaman yang di inginkan berserta toko obat di tengah kota. Lei Guangyi menjadi jauh lebih tenang. Bahkan mulai mempersiapkan segalanya untuk pembukaan toko obat pertama.
Dereeree...
Petasan di nyalakan tepat di depan pintu masuk toko obat yang baru saja di buka untuk pertama kalinya. Beberapa orang yang berlaku lalang berhenti untuk memeriahkan suasana pembukaan toko obat. Lei Guangyi terus melemparkan petasan sebagai tanda kebahagiaan. "Untuk pembukaan toko obat pertama kali. Saya akan memberikan diskon enam puluh persen kepada siapapun yang membeli obat hari ini."
"Yayayahhh..." Teriakan terdengar penuh kegembiraan dari kumpulan orang-orang yang menyaksikan di sana. Tepuk tangan juga sangat meriah.
Lei Guangyi mendekatkan dirinya kearah Wakil Heng Liang yang harus menyamar menjadi pengawal pribadi pemuda itu. "Tuan Heng, catat setiap nama orang yang datang." Dia mengerutkan kening menatap pria di sampingnya. "Kenapa kamu tidak mengganti nama? Setiap aku memanggil nama Heng Liang selalu saja mengingat Kaisar dari negara Menghua. Kalian memiliki nama yang sama. Hehhe..." Pemuda itu tertawa dengan menggoda. "Untung saja sifat kalian berbeda."
"Orangtua ku yang memilihkan nama ini. Aku tidak bisa menggantinya begitu saja," saut Wakil Heng Liang menimpali.
"Benar juga." Mantap kesegala arah. "Toko obat resmi di buka." Lei Guangyi berteriak kuat. Membuat banyak orang semakin semangat kerena harga semua bahan obat menjadi yang terendah. Pemuda itu masuk ke dalam salah satu ruangan khusus untuk dirinya memeriksa pasien.
Empat penjaga memberikan pelayanan terbaik untuk setiap orang yang datang. Mereka pekerja dadakan yang di ambil secara acak. Namun semangat mereka membuat Lei Guangyi menjadi puas juga memberikan tambahan uang saku. Satu hari penuh keadaan di toko obat di penuhi pembeli. Hingga memasuki jam malam toko harus di tutup.
"Tabib, tabib. Tolong anak saya, tabib." Teriakan seorang wanita cukup muda berusaha menahan pintu yang akan di tutup.
"Nyonya, tabib sudah kembali ke kediaman. Anda bisa datang lagi besok pagi," ujar salah satu penjaga.
Wanita itu berlutut, "Saya mohon tolong anak saya. Saya akan membayar berapa pun. Asalkan tabib mau memeriksa anak saya."
"Nyonya, lebih baik anda mencari di tempat lain."
"Benar. Baru saja tabib pergi dengan kereta."
Para penjaga mencoba memberikan pengertian kepada Nyonya muda di depan mereka.
"Semua tabib sudah tidak berani untuk mendekati putraku. Hanya tabib yang baru saja datang di kota ini barang kali bisa menanganinya dengan baik. Hari ini putraku sudah tidak bisa bangun bahkan mengatakan ibu. Saya mohon, kalian bisa memberi saya alamatnya. Saya akan datang sendiri meminta bantuan." Wanita muda itu sudah tidak bisa lagi menahan dirinya. Dia terus memohon tanpa henti.
Dari arah lain, kereta berhenti tepat di depan pintu masuk toko obat. Lei Guangyi turun beberapa detik setelahnya. Dia hampir saja lupa membawa bahan racun yang telah ia campurkan dan tinggal tahapan terakhir dalam penyempurnaan. Pemuda itu langsung menghentikan langkahnya menatap wanita muda berlutut di pintu masuk.
"Tabib." Para penjaga memberikan hormat.
Mendengar itu wanita muda itu langsung mendekat. "Tabib, saya bisa memberikan semua uang yang anda inginkan. Saya mohon selamatkan putraku."
Tatapan Lei Guangyi berubah menjadi serius. "Tunjukkan jalan."
Wanita muda itu terlihat sangat senang. "Baik, baik. Anda bisa mengikuti kereta saya dari belakang."
Pemuda itu mengangguk mengerti.
Wanita muda itu berlari menuju kereta miliknya lalu dengan cepat menaikinya. Kereta melaju menuju kearah timur di ikuti kereta Lei Guangyi dari belakang. Membutuhkan waktu sekitar dua jam hingga mereka bisa sampai di salah satu kediaman yang mewah. Terpahat plakat Adipati Agung Zhu di atas pintu masuk kediaman.
"Nyonya muda." Semua penjaga kediaman memberikan hormat kepada wanita muda yang baru saja datang.
"Tabib, silakan." Wanita itu menunjukkan jalan.
Lei Guangyi bersama pengawal pribadinya masuk dengan membawa kotak peralatan medis. Mereka berdua di arahkan menuju ke salah satu ruangan kamar yang cukup besar. Namun juga terlihat sangat suram. Hanya ada beberapa lampu yang masih tergantung di luar. Tapi sudah tidak ada pelayan wanita yang membantu atau bahkan mempersiapkan kedatangan Nyonya muda mereka. Yang ada hanya lalu lalang para penjaga kediaman mengamankan situasi.
Di ruangan kamar terdapat anak laki-laki usia tujuh tahunan tertidur dengan wajah pucat tanpa tenaga.