Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Hot Couple
***
"Bagaimana..apa kau mau kembali ke hotel
sekarang, atau masih mau jalan-jalan.?"
Devan bertanya saat mereka sudah menaiki
motor kembali dan bersiap-siap meninggalkan
restauran yang sudah menyajikan makanan
super lezat itu.
"Kita jalan sebentar lagi ya, aku masih ingin
menikmati suasana malam ini."
Ucap Sherin sambil melingkarkan tangannya
di tubuh Devan yang terlihat tersenyum puas.
"Baiklah Nona..sesuai keinginan anda.!"
Sahut Devan yang sukses mendapat cubitan
kecil dari Sherin. Dia mulai melajukan motor
gede nya itu membelah jalanan yang memiliki pencahayaan minim. Tangan kirinya bergerak menangkup tangan Sherin yang membelit di
perutnya, sementara tangan kanan nya tetap
stabil mengendalikan laju motornya. Keduanya
begitu menikmati moment ini di iringi gejolak
perasan yang dari tadi tidak karu-karuan.
"Apa yang kau rasakan sekarang.?"
Sherin mengangkat wajahnya, dia menatap
wajah Devan dari belakang, pria ini selalu saja
sempurna di lihat dari sudut manapun. Pantas
saja kalau dia mendapat julukan Mr Perfect.
"Aku sangat bahagia malam ini.. terimakasih.
Kau telah menghadirkan kebahagiaan ini."
"Kalau begitu..pulang dari kota ini kau harus
memberikan hadiah spesial padaku."
"Hadiah..apa yang kau butuhkan Tuan Devan.?
Semuanya sudah ada di depan matamu. Jadi
apa yang bisa aku persembahkan padamu.."
"Berikan dirimu padaku Miss Sherin.."
Jleb !
Sherin langsung terdiam, perlahan-lahan dia
menyandarkan kepalanya kembali di punggung
Devan dengan wajah yang saat ini memerah.
"Aku sudah pernah bilang.. kapanpun kau bisa
mengambil hak mu itu, aku tidak akan pernah
menghalangi nya."
Lirih Sherin dengan suara yang sedikit gemetar.
Pelukannya di tubuh Devan semakin kuat. Ada
gelombang perasaan yang membuncah dan
membuat jiwanya terasa begitu hangat.
"Baiklah.. aku akan menagihnya begitu kau
kembali ke kota.!"
Ucap Devan dengan seringai tipis di bibirnya.
Sherin memejamkan matanya, mencoba untuk
menikmati kehangatan suasana ini.
"Aku akan pergi ke luar negeri malam ini. Jadi..
jaga dirimu baik-baik, jangan membuatku cemas. Kalau ada yang mencoba mengganggu dirimu,
singkirkan saja mereka tanpa ampun.!"
Deg !
Sherin kembali mengangkat wajahnya, dirinya
cukup terkejut mendengar ucapan Devan. Jadi
dia akan pergi malam ini.? Ada yang mencelos
jauh di lubuk hatinya, rasanya begitu berat.
"Kau akan pergi malam ini.? Apakah harus
malam ini juga.?"
"Ya..ada urusan yang harus segera di tangani
dan tidak bisa di tunda lagi. Tapi aku akan
cepat-cepat membereskan nya."
Sahut Devan, tangkupan tangannya di lengan
Sherin semakin kuat, di bawa naik ke dadanya.
Keduanya terdiam, bibir Sherin tiba-tiba saja
terasa kelu. Dia tak bisa berkata-kata lagi.
Akhirnya Dev membawa Sherin mengunjungi
sebuah pasar malam. Di tempat itu di jajakan
berbagai barang hasil kerajinan tangan warga
kota ini. Sherin benar-benar tidak habis pikir,
bagaimana bisa pria yang sangat mendunia ini
masih mau menginjakkan kakinya ke tempat
yang sangat merakyat seperti ini. Tanpa risih
ataupun terlihat canggung. Dia justru sangat
menikmatinya.
Keduanya tampak berjalan beriringan sambil
bergandengan tangan. Terlihat sangat hangat
dan romantis. Sesekali keduanya berhenti di
stan yang cukup menarik perhatian.
"Beli lah apa saja yang kau inginkan.!"
Ucap Devan sambil menarik tubuh Sherin agar
lebih merapat padanya karena saat ini pasar
sedang padat-padatnya pengunjung. Padahal
waktu sudah menunjukan pukul 10 malam.
Dan keberadaan mereka berdua di tempat ini
mampu menyita perhatian semua orang. Itu
karena sosok mereka yang memiliki tinggi di
atas rata-rata di tambah dengan postur tubuh
yang proporsional, terlihat sangat mencolok,
walau saat ini wajah mereka tertutup masker.
"Itu kelihatannya cukup menarik Dev.. ayo kita
kesana, aku ingin membelinya."
Sherin menarik tangan Devan menuju stan
yang menjual berbagai aksesoris cantik dan
unik hasil kerajinan para seniman lokal.
"Silahkan Neng.. mau beli yang mana.?"
Sang pedagang menawarkan barangnya
dengan ramah di barengi senyuman lebar.
Sherin memilih-milih barang yang menarik
perhatiannya.
"Yang ini ya Bu.. yang ini juga.."
Sherin menunjuk barang yang di inginkannya
di sambut anggukan kepala si ibu penjual.
Sedang Dev tampak berdiri di samping nya
dengan santai, sambil tak henti mengamati
semua gerak gerik Sherin yang selalu membuat matanya tak tak mampu berpaling dan beralih perhatian pada yang lain. Tiba-tiba hati Dev
semakin terasa berat untuk meninggalkan
wanita ini. Tapi.. bagaimana lagi, semuanya
harus tetap berjalan sesuai porsinya.
Dalam keadaan itu...
"Jambret... tolong.. ada jambret .."
Tiba-tiba saja ada teriakan dari seorang wanita
di susul kemudian dengan suara keributan.
Suasana kini berubah gaduh dan riuh di iringi pemandangan orang-orang yang berlarian tak
tentu arah. Ada beberapa orang yang terlihat
berlari mengejar dua orang pria di depan.
Namun keadaan berubah semakin rusuh ketika tiba-tiba ada kawanan preman yang datang menghadang orang-orang yang mengejar. Dan terjadilah satu keributan besar tidak terelakkan.
Bruk.! Bruk !
Dua orang pria yang tadi kabur dari kejaran para
warga kini jatuh tertelungkup di atas jalan, saat
secara bersamaan Devan dan Sherin bergerak menghadang mereka berdua. Orang-orang kini
langsung menyingkir, mepet ke pinggir jalanan,
memberi ruang pada Dev dan Sherin yang saat
ini terlihat mulai mendekat ke arah dua pria tadi.
Dua orang itu berusaha untuk bangkit dengan
susah payah sambil meringis kesakitan.
"Kembalikan tas itu, cepat.!"
Gertak Sherin sambil berdiri santai di depan dua
pria penjambret itu yang terlihat menegakkan
badannya. Mereka berdua saling melirik, tidak
lama menyeringai tipis.
"Mau apa kalian hahh..? Mau nyari gara-gara di
tempat kekuasaan kita..cuihh..!! cari mati Lo.!"
Bentak salah seorang yang kini menggulung
lengan bajunya. Sherin dan Devan saling lirik,
lalu menggedikan bahu bersamaan. Devan
terlihat memasukan kedua tangan nya ke saku
celana, tampak santai dan acuh tak acuh.
"Okay, kalau kalian merasa begitu.. ayo maju.!
Kita buktikan ucapan besar kalian itu.!"
Tantang Sherin sambil melambaikan telapak
tangannya dengan gaya yang terkesan meledek.
Dua pria penjambret itu kembali saling melirik.
Tidak lama mereka tertawa terbahak-bahak.
"Edan sugan ieu awewe teh, wani nangtang
sagala.! Ayo kita habisi saja cewek ini, maju..!!"
Teriak salah seorang sambil kemudian maju
menyerang Sherin, namun sedetik berikutnya
orang itu terhuyung mundur ke belakang sambil
memegangi perutnya. Gerakan Sherin sangat
cepat, memasukkan tendangan mautnya pada
orang itu. Mata pria itu melotot tak percaya.
Bagaimana bisa wanita ini melakukan gerakan
secepat tadi.? itu sangat mustahil.!
"Kalian maju nya bersamaan saja, tanggung.!"
Ledek Sherin sambil menepiskan tangannya
membuat kedua pria itu langsung kalap, malu
bukan main di permainkan oleh seorang wanita
yang wajahnya saja tersembunyi di balik masker.
"Kurang ajar. ! Ngaledek ka aing...seraang.."
Teriak yang satu lagi sambil maju menyerang
Sherin. Namun gerakan mereka lagi-lagi hanya
menembus angin karena tubuh Sherin sudah
bergerak lincah dan gesit menghindar dari
serangan mereka.
"Aku memberi mu waktu 10 detik sayang..
habisi mereka secepat kau bisa.!"
Terdengar suara Devan yang membuat Sherin
mengulum senyum dalam gerakan lincahnya.
Lalu dalam hitungan Devan dari satu sampai
lima kedua orang itu sudah jatuh tersungkur
di hadapan Sherin, terkapar tak berdaya.
"Lumayan..tapi kau tidak boleh lagi mengotori
tangan mu hanya untuk manusia-manusia
gagal seperti mereka.!"
Ujar Devan sambil meraih tangan Sherin dan
langsung menyemprotkan cairan hand sanitizer.
Sherin mendelik gerah melihat apa yang di
lakukan oleh Devan, this is over crazy..!!
Mata mereka melirik santai ketika tidak lama
berdatangan rombongan preman yang sudah membuat warga babak belur ke hadapan
mereka.
"Brengsek.!! Ada yang coba-coba nyari perkara
di wilayah gue rupanya.! Ayo.. habisi mereka.!"
Teriak salah seorang diantaranya dengan wajah
yang terlihat di penuhi amarah. Beberapa anak
buahnya serempak maju menyerang. Namun,
dengan santai nya Devan hanya menggerakkan
sedikit tangannya membagi pukulan. Tapi..
efek yang terjadi justru membuat semua mata membelalak tak percaya. Tubuh para preman
itu seketika terlempar jauh lalu berjatuhan
dengan posisi menumpuk.
Dengan gaya yang sangat santai, Devan maju
ke tengah arena. Menyingsingkan lengan baju
dengan tatapan terhunus tajam pada beberapa
preman yang kini tersisa.
"Ayo maju.! Aku ingin melihat seberapa hebat
kalian yang sudah berani menindas orang lain.!"
Tantang Devan sambil menggerakkan telunjuk
nya. Kepala preman tampak saling pandang
dengan anak buahnya. Lutut mereka saat ini
sebenarnya gemetaran, tapi sudah kepalang
basah, mau tidak mau mereka harus maju.
"Ayo maju.. seraang..!!"
Teriaknya sambil kemudian melompat maju
ke hadapan Devan di susul oleh anak buahnya.
Namun sepertinya mereka hanyalah tikus-tikus
got saja untuk Devan. Dia hanya menggerakkan
sedikit kaki dan tangannya untuk menggeser
posisi badannya dan mengatur serangan balik.
Tidak ingin membuang tenaga, dalam satu kali gebrakan, Devan membagi tendangan dan
pukulan telak pada lawan-lawannya, kemudian
mengibaskan tangannya ke udara membuat
tubuh-tubuh para preman itu terlempar sadis
lalu jatuh tersungkur di tanah dalam kondisi
yang tidak mungkin bisa bangkit lagi.
Orang-orang tampak bengong, tak percaya
saat melihat kemampuan pria bermasker itu.
Ini adalah pemandangan luar biasa. Sepasang
sejoli dengan kemampuan yang sama-sama
sangat mencengangkan. Jagoan masa kini.
"Akan ada polisi yang mengurus mereka semua.
Kalian aman sekarang, aku pastikan tidak akan
ada lagi gangguan dari preman-preman itu.!"
Devan berkata sambil membagi tatapan pada
semua warga yang terlihat menarik nafas lega.
"Terimakasih Tuan..terimakasih bantuan nya.!"
Ucap para pedagang serempak sambil maju ke
hadapan Devan dan Sherin lalu membungkuk
hormat. Devan mengangkat tangannya sedikit.
Setelah itu dia menarik Sherin, melangkah pergi
meninggalkan tempat itu. Tidak lama dia sudah melesatkan motor nya menuju ke hotel tempat
Sherin menginap.
"Dev.. apa kepergian mu tidak bisa di tunda.?"
Sherin menatap wajah Devan saat dia turun
dari atas motor. Keduanya saling pandang
dengan sorot mata yang sama-sama berat.
"Kenapa.? Kau mau aku menemani mu tidur
malam ini.? Apa kau kehilangan ku kemarin.?"
Wajah Sherin langsung nge blush.! tahu aja
sih nih orang.!
"Bukan begitu.. aku hanya.. hanya.!"
Cup.!
Devan mendaratkan ciuman lembut di kening
Sherin yang langsung memejamkan matanya.
Hatinya seolah terpeleset jatuh yang membuat
lututnya lemas seketika.
"Aku akan pulang secepatnya.! Kita akan pergi
bersama nanti kalau semuanya sudah sesuai.!"
Ucap Devan sambil kemudian mengecup bibir
Sherin dan menatap wajah cantik wanita itu
sambil mencoba menahan hantaman rasa
yang benar-benar menyiksanya.
"Hati-hati.. jaga dirimu. Semoga segala urusan
nya berjalan lancar."
Lirih Sherin sambil kemudian meraih punggung
tangan Devan lalu menciumnya saat pria itu
sudah duduk kembali di motor nya. Keduanya
kembali saling pandang, melukis wajah dalam
benak masing-masing.
"Jaga dirimu.. jangan biarkan orang menindas
mu sesuka hatinya.!"
Ucap Devan sambil mengacak rambut Sherin
dan mengelus wajahnya sebentar, setelah itu
dia melesatkan motor nya. Sherin hanya bisa
menarik nafas berat dengan perasaan hampa.
***
Hari terakhir akan cukup menguras tenaga..
Pagi-pagi sekali semua peserta berkumpul di
aula untuk mendapat pengarahan. kegiatan
hari terakhir, akan di mulai dengan kunjungan
ke sebuah panti asuhan. Setelah itu berangkat
menuju ke kaki gunung untuk melakukan sesi pemotretan terakhir. Dan selesai dari sana,
para peserta akan langsung pulang ke ibukota.
"Ayo cepat masuk, barang-barang bawaan biar
di bereskan oleh para asisten kalian.!"
Miss Manola memberi instruksi pada semua
peserta yang kini sudah berada di halaman.
"Miss Sherin.. kau ikut mobil pertama.!"
Titah Miss Manola dengan wajah datar namun
tatapannya nampak tajam. Sherin menatap
Miss Manola sedikit bingung dan tak mengerti.
"Ada yang aneh Miss Sherin.?"
"Ah, tidak ada Miss, baik."
Sherin segera masuk ke dalam mobil pertama.
Dimana di sana ada beberapa mentor dan juri.
Dan ini mengundang perhatian para peserta
lainnya karena Sherin satu mobil dengan para
orang dalam.
"Cihh.. paling dia melakukan kesalahan lagi.!"
Decak Pamela yang terlihat kesal dengan posisi
Sherin sekarang. Akhirnya setelah semua siap, rombongan itupun berangkat meninggalkan
hotel yang selama 3 hari ini sudah menjadi
tempat yang cukup meninggalkan banyak
kenangan bagi Sherin.
Setengah jam kemudian para peserta sudah
tiba di panti asuhan yang cukup besar yang
berlokasi di sekitar kota. Pihak manajemen
menyerahkan bantuan berupa uang dan juga
barang kepada pihak panti yang di serahkan
secara simbolik oleh Mrs Aliyah.
Setelah itu para model di persilahkan untuk
berinteraksi dengan anak-anak panti. Dan..
seperti biasa, Sherin bak gula yang akan selalu
di kerubungi oleh semut. Anak-anak hampir
semuanya merapat pada gadis itu. Sherin juga
sempat memandikan seorang bayi, kemudian
mengurusnya sampai selesai, bahkan sampai
bayi itu tertidur pulas.
Sekitar pukul 10 rombongan berangkat menuju
destinasi terakhir. Dan di sinilah kini mereka
berada. Di tengah hamparan bunga edelweis
yang sangat indah memanjakan mata. Para
peserta kompetisi berganti kostum musim
dingin, ada juga yang memakai kostum hiking.
Dan untuk kali ini Sherin memakai kostum
hiking. Dia juga kebagian take di sesi-sesi
akhir. Saat ini Stella sedang kebagian take,
di susul oleh nanti oleh Pamela.
Sherin masih berada di dalam tenda. Dia baru
saja selesai mengenakkan kostum nya, hanya
tinggal memakai pelengkap lainnya seperti tas, tongkat dan penutup kepala. Ke dalam tenda
tiba-tiba saja masuk sesosok pria tinggi tegap
yang langsung mematung, menatap Sherin
dengan sorot mata yang sangat kompleks.
"Brian..bagaimana kamu bisa ada di tempat
ini.? Dan kenapa kamu masuk ke sini.?"
Sherin menatap tajam wajah pria yang pernah
di harapkan bisa menjadi teman hidupnya itu.
Pria itu yang tiada lain adalah Brian tampak
maju mendekat membuat Sherin mundur.
Para model lain yang ada di dalam tenda
tampak maju menghadang Brian.
"Tuan Brian maaf.. sebaiknya anda keluar.
Ini adalah wilayah pribadi kami para model
wanita. Jadi, tolong..anda keluar sekarang."
Ucap salah seorang sambil maju ke hadapan
Sherin berusaha melindunginya.
"Keluar kalian.. aku hanya ingin bicara sebentar
dengan mantan model ku ini.! Please..get out.!"
Brian malah mengusir para model itu yang kini
saling pandang bingung.
"Tuan Brian.. sekali lagi kami tegaskan..."
"Keluar kalian semua.! Ini urusan pribadi.!"
Suara Brian naik satu oktaf. Para model itu
tampak semakin bingung. Tapi saat melihat
sorot mata Brian berubah semakin panas,
mereka terpaksa keluar dari tenda.
"Apa yang anda inginkan Tuan Brian ?"
Sherin menegakkan badannya, berdiri tenang
di hadapan Brian yang kini terlihat menatapnya
dengan sorot mata aneh, ada sinar kerinduan
di mata pria itu tapi juga ada kekecewaan.
"Aku hanya ingin mengingatkan padamu. Kau
tidak boleh mengambil kemenangan dari ajang
ini, karena aku tidak akan pernah membiarkan
mu bangkit lagi Sherin. Kau harus kembali
padaku. Apapun yang terjadi, kau hanya akan
kembali padaku, merangkak di bawah kakiku.!"
Deg !
Wajah Sherin kini berubah memerah. Kenapa
pria ini tidak membiarkan dirinya bebas saja.!
"Kau tahu benar bagaimana kemampuan ku.
Jadi kemenangan itu sudah pasti akan aku
raih. Lalu apa yang kau inginkan sebenarnya.?"
"Hahaa..kau sangat percaya diri Sherin. Hanya
Stella yang boleh mendapatkan kemenangan
ini. Kau harus memberikan kemenangan itu
untuknya.! Aku tidak akan pernah membiarkan
kau mengalahkan nya. Karena dia adalah aset berharga untuk Starlight saat ini.!"
"Brian cukup.! Keluar kamu sekarang.!! Aku
muak dengan semua tingkah bodoh mu ini.!"
Teriak Sherin sambil menunjuk ke arah luar,
matanya kini menatap benci ke arah Brian.
Kehadiran pria ini selalu saja membuat dirinya
naik darah dan kehilangan kendali. Sementara
Brian terlihat menyeringai tipis dan mendekat.
"Datanglah lusa pada pesta pertunangan ku.
Bukankah kau adalah kakaknya calon istriku.!"
Ucap Brian sambil menyerahkan sebuah kartu
undangan warna emas ke tangan Sherin tepat
dengan kemunculan Stella ke dalam tenda.
"Brian sayang.. kau datang menjemput ku.?"
Stella menyerbu ke arah Brian kemudian
memeluknya erat dan menciumi pria itu.
"Tentu saja baby.. aku sangat mencemaskan
mu. Aku takut terjadi hal buruk pada calon
istriku yang sangat cantik ini."
Desis Brian sambil mengangkat tubuh Stella
ke dalam pangkuannya. Dan tanpa canggung
ataupun malu, keduanya langsung berciuman
panas di hadapan Sherin yang masih terdiam,
menatap kosong kartu warna emas itu..
***
Bersambung...
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻